BAB 04

44 31 38
                                    

Tandain kalo ada typo!

"Jangan cepat benci, jangan cepat marah, karena kadang telinga salah mendengar, mulut salah berucap dan hati kadang salah menduga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan cepat benci, jangan cepat marah, karena kadang telinga salah mendengar, mulut salah berucap dan hati kadang salah menduga. Belajar jadi pemaaf, berhenti jadi pembenci, berusahalah memperbaiki diri"

~Happy reading~

~o0o~

Geo menolehkan kepalanya ke samping kanan dimana memang kebetulan Azyel duduk di sana bersama Celine

Geo melemparkan senyumannya pada Azyel dan malah di balas delikan oleh Azyel, yang tentunya membuat Geo juga menjadi merasa sia-sia telah menyia-nyiakan senyum manisnya

Selama pelajaran berlangsung, sama sekali tidak terjadi apa-apa semua berjalan dengan lancar-lancar saja

Namun tidak bagi Azyel, sudah dua pelajaran yang terlewati namun semuanya tidak masuk sama sekali kedalam pikirannya

Ia kira bersekolah di tempat baru ini ia akan merasakan apa yang namanya bahagia dan tentram namun ternyata sama saja

Pandagan-pandangan mata mereka hampir semua tertuju pada Azyel, yang notabenya murid baru. Memang Azyel menganggapnya sudah tidak aneh. Tapi tatapan yang mereka sungguh benar-benar membuatnya tidak nyaman

"Woy shutt! Shutt! Pen, Pen! Anjeng Mapen bangkep!" bisik Keandra pada Maven yang terlihat sama sekali tidak berminat dengan pelaran yang kali ini sedang di jelaskan oleh guru Fisika, di depan sana

"Hohh ... nape lo?" Maven, kini menolehkan kepalanya pada Keandra "Tuh, tuh, tuh lo liat deh. Kek mata mereka semua tertujunya ke si Azyel dah"

Maven pun kontan langsung menggerlingkan matanya ke setiap penghuni kelas yang ada. Dan benar saja apa yang di bisikkan oleh Keandra "Lah iya cok! Gawat ini gawat" ujar Maven

"Woy Shak! Shaka!" Maven, kini mencolek bahu Shaka menggunakan pulpen, yang ia pegang juga eeuhh--- lebih tepatnya pulpen itu baru saja keluar dari lubang hidungnya

Shaka langsung menoleh ke belakang "Apaan? Kaga usah nyolek-nyolek napa, pulpen lo najis" ujar Shaka sambil mengibas-ngibaskan tangan di area bahunya yang di colek oleh Maven tadi

"Elahh! Pulpen punya gua suci dunia akhirat, jangan salah ye lo!" Maven kini malah memukulkan pulpen itu di kepala Shaka. Membuat sang empu mendengus kesal

"Rambut gua ternodai anjeng, anjeng, bangsat!" umpat Shaka langsung mengacak-acak rambutnya dengan ribut "Tega ye lo Shak! Pulpen punya gua udah jadi yatim, masa lo malah bilang dia najis sih goblok!"

"Sinting" delik Shaka yang langsung membalikkan badannya kembali ke depan "Aelah lo juga sama aja ka-- woy! Shaka bansad nengok sini lo!" ujar Maven yang mau tak mau Shaka menoleh lagi ke belakang dengan malas

"Apaan cepet! Ngantuk gua sumpah!" ujar Shaka yang matanya juga kini malah terlihat sedikit memerah, menandakan jika laki-laki itu benar-benar sedang mengantuk

VAROZYELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang