BAB 06

7 0 0
                                    

Tandain kalo ada typo!

~Happy reading~

~o0o~

"Duduk, biar gua yang obatin" titah Geo menyuruh Azyel untuk duduk di salah satu bankar kosong yang ada di sana. Azyel hanya menurut saja tampa mau banyak bicara, membiarkan laki-laki itu sibuk sendiri.

Matanya menggerling melihat keseluruhan ruang UKS seperti biasa di ruangan ini di cat dengan warna serba putih polos juga bau obat-obatan yang seolah sudah menjadi ciri khasnya. Terdapat empat pintu yang berjejer di daerah sebelah kirinya yang ia tebak itu adalah kamar, juga di luar tepatnya dimana sekarang ia duduk terdapat lima bankar yang di sekati oleh tirai berwarna putih tulang.

Bahkan di sana juga terdapat dua sofa berukuran sedang, yang memang sudah di sediakan. Setelah di lihat-lihat ternyata sekolah ini memanglah termasuk jejeran sekolah yang elite, namun di sekolah ini sama sekali tidak memungut biaya SPP sekolah sama sekali, SMA Galih Pratama dengan total luas tanah yang sangat luas, di dalamnya terdapat dua gedung bertingkat yang  empat lantai sekaligus, lapang atas yang biasanya di jadikan tempat upacara bendera luasnya saja sudah seukuran empat lapangan basket, lapang bawah juga yang tak kalah luas dan jangan lupakan parkiran motor dan mobil yang di pisah juga masih banyak lainnya lagi.

Saat masuk untuk mendaftarkan dirinya bersekolah di sini pun ia sama sekali tidak di kenai biaya apapun kecuali untuk seragam khusus SMAGP.

"Mana sini gua obatin, jidat lo dulu" Geo berjalan mendekati ke arah Azyel sambil membawa nampan khas rumah sakit yang di atasnya sudah lengkap dengan obat-obatan.

Azyel hanya menurut saja, entahlah kali ini ia sedang malas berbicara apapun. Membiarkan Geo mengobati luka-lukanya "Kalo sakit bilang aja ya, gua pelan-pelan" ujar Geo yang di respon anggukan kepala.

Dengan perlahan tangan itu mulai mengambil beberapa helai kapas juga cairan alkohol dan mulai mengaplikasikannya pada luka di jidat Azyel.

"Sshhh ..."

"Sorry, gua pelan-pelan" Geo mencoba mengobati luka itu dengan pelan-pelan dan sangat teliti, setelah mendengar lenguhan dari Azyel.

Wangi parfum 'Bulgari' menyeruak masuk kedalam indra penciumannya "Gede juga seleranya, wangi, parfum mahal inimah" batin Azyel yang memang baru pertama kalinya ia mencium bau parfum yang wanginya semahal ini.

Dengan perlahan kepalanya sedikit mendongkak ke atas dan objek yang pertama ia tangkap adalah wajah tampan Geo. Lebih tepatnya posisi kepala Geo itu sudah hampir seperti akan mencium puncak kepala Azyel.

Mata yang sedikit sipit, alis yang tebal, hidung mancung, rahang yang tegas, rambut hitam tebal sedikit kecoklatan, bibir merah alami. Ia akui Geo memanglah termasuk jejeran orang-orang tampan yang sering ia lihat di layar ponselnya, ia bahkan membandingkannya dengan salah satu aktor dan artis China yang kerap di sebut dengan nama 'Lin yi'

"Apaan lo liatin gua kek gitu?" Geo menatap Azyel sekilas kemudian kembali pokus dengan plester yang akan ia tempelkan di jidat Azyel.

Ayolah dia kepergok tengah memandangi Geo. Malu? Tentu jelas lah! "Dih, lagian siapa juga yang ngeliat lo?! Geer banget" dech Azyel.

Geo hanya mengangguk saja "iya gua tau gua ganteng, makanya lo liatin muka gua" ujar Geo dengan percaya dirinya sambil mulai mengobati luka di sibuk Azyel.

"Ganteng lo bilang? Perlu di liat dari lubang sedotan kali!" delik Azyel "Kaga ada bedanya sama sekali" lanjut Azyel lagi membuat Geo langsung memudarkan senyumnya saat itu juga.

VAROZYELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang