#TAEJOON POV#
Lee Jihye. Nama yang sudah kutahu sejak tujuh belas tahun lalu. Seorang gadis yang tiba-tiba muncul di dalam mimpiku. Awalnya kupikir dia hanyalah karakter pelengkap bunga tidurku saja. Tapi kemudian mimpi tentangnya terus berlanjut hingga membuat rangkaian episode layaknya sebuah series. Sampai akhirnya pada usia sepuluh tahun, ketika aku memahami kemampuanku melihat masa depan melalui mimpi, saat itulah aku menyadari kalau Lee Jihye juga nyata.
Tak kenal tapi familiar, begitulah hubungan satu arahku dengan Lee Jihye. Informasi tentangnya terus mengalir di mimpiku tanpa kuminta. Seiring berjalannya waktu, rasa penasaranku terhadapnya semakin bertumbuh. Tak jarang keinginan untuk menemuinya secara langsung pun hinggap di benakku. Bahkan aku sampai belajar bahasa isyarat dengan harapan jika bertemu dengan Jihye nanti, kami bisa berkomunikasi. Sayangnya niat itu terus tertunda hingga bertahun-tahun. Alasannya selalu sama, aku masih sibuk menjalani kehidupan yang dirancang ketua grup Tiger-Tech untukku.
Kira-kira sebulan yang lalu, Jihye kembali muncul di mimpiku. Mimpi itu begitu mengerikan. Aku melihatnya berdiri di tengah jalan. Dengan darah segar yang terus menetes dari bahu kanannya, ia menatap horor keadaan kacau di hadapannya. Gedung-gedung roboh dan terbakar. Mobil-mobil terparkir tak beraturan, diantaranya bahkan sudah penyok atau terbalik. Orang-orang yang masih selamat berlarian dengan panik, sedangkan sebagian dari mereka terluka akibat reruntuhan dan sebagian yang lain sudah menjadi m*y*t akibat serangan ribuan makhluk asing yang berterbangan di langit.
Makhluk berbentuk kubus itu terus menyerang dengan menjatuhkan atau menabrakkan dirinya sendiri. Dan Jihye seperti hilang akal menyaksikan itu semua, ia sama sekali tak beranjak ketika seharusnya ia berlari dan bersembunyi. Lalu tiba-tiba aku melihat bayangan yang menaungi Jihye dan saat mendongak, aku melihat sebuah kubus tepat di atas Jihye sedang terjatuh dengan kecepatan tinggi. Aku berteriak, berkali-kali memanggil namanya. Aku sangat ingin menjangkaunya untuk menjauh dari sana, tapi di saat krusial itu aku justru terbangun dari tidurku. Terbangun dengan kondisi yang sangat kacau, keringat dingin, hiperventilasi dan tangis penyesalan.
Malam itu, setelah berhasil menenangkan diri, aku segera menggambarkan mimpiku, sambil mengingat-ingat apakah ada sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk untuk mengetahui kapan tragedi itu akan terjadi. Tapi sampai selesai menggambar pun aku tidak mendapatkan keterangan apa-apa. Hal itu membuatku frustasi dan terjaga semalaman. Setelah bolak-balik berpikir, aku tidak menemukan jalan lain yang mungkin bisa menyelamatkan Jihye dari apa yang akan terjadi. Selain mengeluarkannya dari tempat kejadian, Seoul-Korea, aku harus sesegera mungkin membawanya pergi dari sana.
Percobaan pertama dan aku gagal. Jihye tidak mempercayaiku, ia justru terlihat waspada terhadapku. Jihye bahkan menggunakan jurus taekwondonya untuk menendangku hingga tersungkur.
"Kau sadar kan kalau kemampuanmu itu terdengar sangat fiksi dan halu untuk orang yang tidak tahu? Dan kau hanya memberi penjelasan sekedarnya, apa yang kau harapkan? Tentu saja dia akan menganggapmu gila" Tutur Hyungjun menggerutu dari dalam laptop. Sepupuku itu menghubungiku saat aku sedang bersiap-siap. Hari ini aku akan menemui Jihye lagi, untuk percobaan kedua.
"Aku pikir dengan menunjukkan sketsa-sketsa itu sudah cukup untuk membuatnya percaya. Siapa yang mengira dia malah menganggapku stalker" Ungkapku mencoba membela diri.
"Percaya padaku, akan lebih mudah dimengerti kalau kau menunjukkan bukti nyata. Ya.. Meskipun penerimaannya agak sedikit menakutkan." Aku' Hyungjun. Benar, begitulah caraku memberitahukan kemampuanku padanya. Dan rencanaku hari ini adalah mencoba cara yang sama pada Jihye.
"By the way, bagaimana gadis itu secara langsung?" Tanya Hyungjun tiba-tiba.Mendengarnya membuatku teringat dengan kejadian kemarin. Aku tak bisa menahan senyum ketika mengingat ekspresi kepanikan Jihye saat ia menyadari ia hampir menghabiskan camilan yang kuhidangkan, sampai-sampai aku hampir lupa harus menjawab pertanyaan Hyungjun.
"Akhem. Apa maksudmu bagaimana? Ya sama saja dengan yang di mimpiku.""Terus kenapa tadi kau senyum-senyum begitu?" Tanya Hyungjun menyelidik.
"Hyung, kapan kalian meninggalkan Korea?"
"Jangan mengalihkan pembicaraan" Kata Hyungjun, lalu mendadak hening sebelum kemudian kudengar ia kembali berbicara. "Aku tidak mau terlalu ikut campur, tapi kau tidak lupa dengan rencana Pak Kim dan perjodohanmu kan?"
Aku mematung saat mendengarnya. "Haruskah aku perduli dengan hal itu sekarang?" Aku bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Kalau kekacauan itu benar-benar terjadi, maka rencana perjodohan atau rencana apapun itu juga akan kacau. Sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal itu.
"Tidak harus, aku hanya ingin kau berhati-hati. Aku yakin kau lebih mengenal bagaimana Ayahmu."
Haahh..
Ujung-ujungnya aku hanya bisa menghela nafas setiap kali Pak Tua itu disebut-sebut. "Lupakan soal itu. Jadi kapan kau sekeluarga meninggalkan Korea?" Tanyaku lagi setelah duduk di depan laptop, aku sudah selesai bersiap."Ayah, Ibu dan Minju akan terbang malam ini. Sedangkan aku, karena masih ada hal yang harus kubereskan.. Mungkin minggu depan baru bisa pergi."
"Baiklah Hyung. Kalau kau butuh bantuan kabari saja, lebih cepat selesai lebih baik kan."
"Kau juga, kalau sampai minggu depan gadis itu tetap tak mau mempercayaimu, tinggalkan saja. Kau kembali bersamaku."
"Ok. Aku harus pergi sekarang Hyung, nanti kuhubungi lagi." Pamitku, lalu kuputus sambungan kami. Waktunya sudah hampir tiba, aku harus segera menemui Jihye di tempat dia mengajar.
Saat menyetir dan melihat kota masih dalam kondisi normal, rasanya sangat menyakitkan mengingat semuanya akan hancur dalam waktu dekat. Satu hal tentang kemampuanku, aku hanya bisa melihat masa depan dalam kurun waktu sampai satu tahun saja terhitung dari saat aku bermimpi. Jadi tragedi itu bisa terjadi kapan saja diantara waktu setahun ini.
Awalnya aku ingin memberitahu semua orang tentang tragedi itu, tapi Ibu, Taeri dan Hyungjun, tiga orang yang tahu soal kemampuanku, tidak setuju dan melarangku melakukan itu. Karena kalaupun nantinya orang-orang mempercayaiku, kabar itu hanya akan membuat mereka panik dan akhirnya kekacauan akan pecah bahkan sebelum tragedi itu terjadi. Apalagi aku tidak tahu apa sebenarnya makhluk itu, apakah itu yang disebut alien, ataukah sejenis senjata militer buatan manusia. Dan Ibu khawatir aku malah akan berada dalam bahaya jika banyak orang yang tahu tentang kemampuanku.
Akhirnya aku hanya bisa berharap pemerintah mampu melakukan sesuatu untuk menyelamatkan nyawa sebanyak-banyaknya. Karena setidaknya, aku sudah mengirimkan peringatan pada mentri pertahanan melalui hacker kenalan Hyungjun. Meski aku tidak bisa menyelamatkan semua orang, tapi aku ingin menyelamatkan orang-orang terdekatku. Termasuk Jihye salah satunya, karena bagiku, dia sudah lama hadir di hidupku. Dan aku bertekad untuk membawa Jihye pergi bagaimanapun caranya.
Aku sudah sampai di parkiran Dojang tempat Jihye mengajar taekwondo. Jihye bekerja part-time setiap hari sabtu sebagai pelatih taekwondo bagi anak-anak berkebutuhan sepertinya. Dan hari ini, tigapuluh menit dari sekarang, akan ada kejadian yang bisa membantuku membuktikan kalau aku tidak berbohong tentang kemampuanku.
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearest, Darling, My Universe
RomanceCerita tentang Taejoon & Jihye. Seorang pria yang pergi untuk menyelamatkan gadis dalam mimpinya dari sebuah tragedi mengerikan. Siapa sangka cinta mereka tumbuh meski di tengah kekacauan. Namun akankah kisah cinta mereka berakhir bahagia? Atau jus...