0.4. Calon gue, dia?

37 2 0
                                    

“Perihal jodoh, pada akhirnya kita akan dipersatukan dengan seseorang yang memang sudah ditakdirkan untuk kita. Atas nama cinta atau tidak, tetaplah dia yang tertulis di lauhul mahfudz sebagai pemenangnya.”

~Imamku Dokter Tampan

Versi AU, di Instagram: @imamkudokter_tampan


****

Malam sudah larut, Ilona baru sampai di rumah mewahnya. Keadaan ruang tengah yang sudah gelap dengan sedikit penerangan. Dengan cara mengendap-endap untuk masuk, Ilona pun hampir sampai di tangga. Selangkah lagi mau menaiki tangga, keadaan yang semula gelap tanpa lampu akhirnya kembali terang.

"Jam segini baru pulang! Perempuan macam apa kamu! Dasar anak pembangkang!" Suara bariton itu berasal dari seorang laki-laki yang tak lain Papanya sendiri, Nugroho.

Dengan sedikit malas Ilona menoleh ke arah sang Papa. "Ilona capek Pa! Mau tidur besok aja di bahas," jawab Ilona pasrah.

Nugroho tampak geram, kemudian berjalan berdekatan ke hadapan Ilona. Dengan emosi yang sudah meluap-luap, Nugroho menampar pipi Ilona.

Plak

Plak

Plak

Tiga tamparan dilayangkan oleh Nugroho kepada sang putri. Ilona hanya bisa memegang bekas tamparan itu, sakit sudah pasti dirasakan oleh Ilona.

"Sudah berapa kali Papa bilang sama kamu jadi anak perempuan itu nurut jangan membantah! Asal kamu tau, saya menyesal punya anak seperti kamu!" Nugroho yang tersulut emosi dengan lantang mengatakan hal demikian.

Ilona yang sudah kebal dengan kata-kata itu hanya bisa tersenyum smirk.

"Menyesal nggak guna Pa, karena semua sudah terjadi." Setelah mengatakan hal itu, Ilona langsung pergi dari hadapan sang Papa.
Nugroho hanya bisa menatap punggung sang putri, yang sudah pergi dari hadapannya.

"Baik ataupun buruk cara ini yang akan aku lakukan, semisalnya nanti aku sudah tiada! Ilona bakal ada yang urus!" Lirih Nugroho dengan suara terdengar tegas.

•••

Kata orang cinta pertama seorang anak perempuan itu, sang Ayah. Namun apa kabar sama Ilona? Yang sedari kecil mempunyai seorang Papa namun sayangnya cuma raga saja tidak dengan cintanya. Hampa sudah pasti dirasakan tapi mau gimana lagi itu udah takdir 'kan?

"Papa aja bisa nyakitin gue kek gini, apalagi pria lain di luar sana?"

"Kayaknya gue udah mantapin diri buat nggak nikah seumur hidup, walaupun ada pria baik tapi gue nggak bakal mau!"

"Kenapa hidup gue sesuram ini sih? Padahal gue punya semuanya."

"Tapi rasa-rasanya gue belum bahagia!"

Ilona bermonolog sembari terkulai lemah di lantai kamarnya, walaupun hidup Ilona terlihat mewah tapi tidak dengan kebahagiaan. Ilona belum sepenuhnya bahagia, seakan-akan sulit untuk dia bahagia.

Ilona yang semula terkulai lemah itu langsung masuk ke kamar mandi, di bawah pancuran air shower dia menangis sejadi-jadinya.

"Gue capek!"

"Gue pengen mati, hidup gue belum bahagia."

"Gue pengen punya keluarga yang baik, yang sayang sama gue bukan gini!"

"Papa maupun Mama nggak sayang sama gue!"

Lagi dan lagi Ilona terus mengeluarkan unek-unek dengan suara sedikit berteriak, untung saja kamar Ilona kedap suara jadi lumayan aman jika semisalnya dia berteriak-teriak dengan suara yang lumayan kencang.

*****


"Nanti gimana jadi nggak, Nugroho?" Tanya Juliet kepada sang suami.

Nugroho mengangguk sekilas, "jadi nanti kalian pergi langsung, aku bakal nyusul dari belakang!"

"Kenapa kita nggak pergi sekalian aja?"

"Aku sibuk hari ini."

Huff...

Juliet hanya mampu menghela nafas berat. Hening seketika, di meja makan itu hanya terdengar suara dentingan yang berasal dari sendok dan piring yang beradu keduanya.

Ilona yang juga ikut sarapan pagi, hanya sekedar makan, menyimak obrolan kedua orang tuanya dan setelah itu memutuskan untuk pergi dari sana.

"Hari ini kamu nggak ada jadwal kuliah, kan?" Belum beranjak dari sana, Ilona sudah disuguhkan dengan pertanyaan demikian dari sang Papa.

"Nggak!" Jawab Ilona singkat.

"Bagus, siang nanti kamu ikut sama Mama!" Pukas Nugroho.

"Terserah kalian!" Setelah menjawab Ilona langsung pergi dari sana.

Baik Juliet maupun Nugroho saling pandang usai melihat kepergian Ilona dari sana.

"Nugroho, kamu yakin dengan cara ini? Bagaimana kalau nanti Ilona tidak setuju, bisa gagal bisnis kita!" Juliet membuka obrolan keduanya.

"Kamu tenang saja, itu semua biar aku yang urus! Lagian anaknya Pak Ferdian itu baik, aku yakin dia bisa bimbing dan menerima Ilona sebagai calon istrinya."

📍The Consulate Surabaya

"Ma, kok kita ke sini sih? Mau ketemu sama orang ya?" Tanya Ilona kepada sang Mama yang kebetulan mereka sekarang sedang berada di salah satu restoran yang terkenal pesat dan mewah juga.

"Iya mau ketemu sama keluarga calon suami kamu!"

Gluk

Ilona menelan saliva pahitnya, seketika langsung terbalalak kaget.

"Mama serius? Tapi Ilona belum siap nikah, Ma!"

"Siap maupun enggak itu bukan urusan Mama! Intinya kamu harus kenalan dulu sama dia!"

"Tapi Ma!" Desis Ilona.

"Nggak usah tapi-tapian Ilona! Nurut sama orang tua jangan jadi anak pembangkang."

SKATMAT

Saat mendengar kata, anak pembangkang. Membuat Ilona terdiam, seakan-akan kehabisan kata hanya sekedar menjawab saja.

Beberapa usai menunggu, Nugroho sudah tiba di sana dengan sepasang suami istri dan diikuti seorang pria di belakang mereka. Dari penampilan dan postur tubuhnya, Ilona seperti mengenalinya.

Alangkah syoknya Ilona saat melihat mereka hampir dekat.

Gue nggak mimpi, kan? Kenapa sempit kali dunia ini kalau calon gue, dia. Gerutu Ilona dalam hatinya.

****

Ma syaa Allah Tabarakallah, aku up lagi🥰

Gimana suka nggak, btw komen plus vote ya besti biar aku semangat up makasih

Vote + komen

Versi AU ada di Instagram

Vote+

Komen+

❤️❤️❤️❤️













Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Imamku Dokter TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang