Remah-remah roti menarik perhatian semut. Baru saja mereka hendak mengambil, Leila membersihkan meja hingga semut-semut malang itu ikut tersapu. Aku menghela napas panjang.
Saat ini, kami sedang berada di taman. Letaknya di tengah-tengah mansion. Sepiring biskuit dan roti isi selai blueberry yang baru selesai dipanggang menemaniku sore ini.
"Kau tahu, Leila? Duchess bertanya hal tak masuk akal padaku." Aku mengutarakan pertanyaan Duchess Edmont tiga hari lalu.
"Apa itu, Nona?" tanya Leila.
Kutatap uap yang mengepul dari cangkir teh keemasan di tanganku. Cincin hadiah Duchess Edmont tersemat di jari. Sengaja kupakai untuk menghargainya.
"Dia menanyakan pendapatku, jika Dariel menikah lagi. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli, tapi bagaimana respon rakyat saat mendengar hal ini?" keluhku.
Mereka pasti mengira ada sesuatu yang salah denganku. Tak bisa memberi keturunan atau membangkang. Perubahan yang terjadi padaku sudah menyebar. Pasti rakyat Apore akan berasumsi liar.
"Nona sangat mencintai Tuan Dariel. Pertanyaan itu pasti melukai hati Anda," sahut Leila.
"Tidak, aku tidak mencintai Dariel!" Aku menjawab dengan cepat sambil menatap Leila untuk membuktikan kesungguhan.
Wajah Leila tampak terkejut. Keningnya berkerut. Jelas sekali dia tak menyangka aku akan berkata demikian.
"Nona, rakyat Apore sangat tahu, Anda begitu mencintai Tuan Dariel."
"Aku sungguh-sungguh, Leila," kataku gusar. "Bagaimana bisa aku terus-menerus mencintai monster seperti dia? Istrinya hampir saja mati, tapi Dariel tak pernah datang. Kurasa dia pergi menemui Joana."
"Saya ingin mengatakan sesuatu." Leila tampak ragu.
Leila adalah orang kepercayaan Giselle asli. Dia terbukti setia. Umur kami tidak terlalu jauh. Aku lebih tua dua tahun darinya. Kedekatan kami pasti menjamin Leila tidak pernah berbohong dan berpihak padaku.
"Katakan saja."
"Saat Anda mati suri, Nona Joana pernah datang beberapa kali. Duke dan Duchess menyambutnya dengan sangat baik."
"Apa dia datang saat aku mati suri saja?" tanyaku memastikan.
"Sebelumnya, Nona Joana juga sering ke mari saat Anda tidak di rumah."
Aku mengangguk-angguk sambil memegang dagu. "Diam-diam, ya. Baiklah, aku memahami situasinya. Mereka benar-benar ingin mengambil menantu lagi, tapi tidak menunjukkannya secara terang-terangan."
Ingatan milik Giselle asli menunjukkan karakter asli Joana. Gadis berambut hitam lurus sepinggang itu terlihat polos tanpa dosa. Padahal aslinya licik bagai serigala.
Di depan keluarga Duke, dia berpura-pura tak berdaya. Mengajak Giselle berteman. Memberi banyak saran dan masukan. Alasannya karena perhatian, aslinya ingin menjatuhkan.
Dia belum bertemu denganku. Pasti akan terkejut hati busuknya itu saat melihat bonekanya tak lagi bisa dimanfaatkan. Dariel, Joana, adalah dua manusia yang ingin kugiling sampai lumat.
"Nona, maaf jika saya mengatakan ini," kata Leila dengan raut wajah khawatir. "Setelah Anda bangkit dari kematian, ada banyak sekali perubahan. Nona tak lagi terlihat lemah dan penurut. Apa kepala Anda terantuk batu saat tenggelam?"
Aku tertawa kecil. "Tidak, Leila."
"Mungkin hanya perasaan saya saja, Nona."
"Tidak juga, kau benar. Aku sendiri merasa ada perubahan pada diriku. Hidup tidak boleh menerima takdir begitu saja, bukan? Jika ingin bahagia, aku harus berani melangkah lebih jauh dari biasanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And The Bad Husband [On Going]
FantasySetelah mati tenggelam, aku terbangun di tubuh seorang wanita lemah lembut bernama Giselle Albern. Wanita yang hidupnya dihabiskan dalam kebodohan karena menuruti apa kata suaminya yang kejam, Dariel Edmont, putra pertama Count Jarrod Edmont. Apakah...