OO3 : Cinta dan Kehidupan

63 5 4
                                    









Ayla meregangkan tubuh, bersandar pada sandaran kursi ketika sudah selesai berkutat dengan laptopnya setelah hampir dua jam. Baru selesai membuat powerpoint kelompoknya yang akan dipresentasikan besok di sekolah. Gadis cantik itu menyalakan hapenya, mengecek pesan masuk, membalas beberapa yang sekiranya dirasa cukup penting.

Ayla kemudian melirik jam digital di sudut, tersadar kalau sudah hampir pukul tujuh malam. Maka gadis itu memutuskan untuk beranjak dari tempat duduknya, keluar dari kamar dan menuruni anak tangga menuju dapur.

Sambil mengemili biskuit rasa coklat yang baru saja ia ambil dari kulkas, Ayla menyalakan lampu ruang tengah.

Baru saja Ayla ingin duduk dan menyalakan televisi, suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya. Itu pasti Mama yang baru pulang kerja.


“Udah pulang, Ma?” tanya Ayla seraya menghampiri sang Ibu.

“Iya, tumben banget hari ini jalanan lagi nggak terlalu macet,” balas Mama tersenyum. Wanita paruh baya itu menyerahkan sekantong kresek putih pada Ayla.

“Ayla udah makan? Mama tadi sempat mampir buat beli kwetiau goreng kesukaan kamu,” kata Mama sambil melepas flatshoes dan menatanya kembali di rak sepatu dekat pintu.

Ayla menggeleng. “Kebetulan banget Ayla lagi laper. Dari tadi pulang sekolah cuma sibuk ngerjain tugas aja,” katanya meringis kecil. Mama mengusap lembut puncak kepala Ayla sambil tersenyum.

Ayla langsung menuju meja makan, mengeluarkan box makanan yang berisi kwetiau goreng itu. Gadis cantik itu berseru riang dalam hati, beberapa saat sudah mulai menikmati makanannya.






“Gimana sekolahnya hari ini?” tanya Mama setelah selesai berganti baju, menarik kursi samping Alya dan duduk di sana. Ikut membuka box makanan yang berisi nasi goreng dan mulai menyantapnya.

“Begitu deh,” jawab Ayla mengangkat bahunya. Gadis cantik itu kembali menyuapkan sesendok penuh kwetiau goreng ke dalam mulutnya, mengunyah pelan.

“Tadi di sekolah sempat jamkos sebentar karena guru-guru ada rapat. Terus temen sekelas Ayla, yang namanya Ajun ituloh, Mama inget nggak? Ayla sebelumnya udah pernah ceritain dia juga. Masa dia ngide banget bawa bola futsal ke kelas? Jadinya dimainin tuh bola di dalem kelas sama anak-anak yang lain. Kan bahaya banget ya? Terus akhirnya kena kaca, untung nggak pecah. Bisa-bisa dipanggil lagi Ayla ke ruang BK,” lanjut Ayla setelah mengunyah habis makanan di mulutnya.

Mama diam, berpikir sejenak seperti mengingat-ingat. “Ajun yang kamu bilang pernah matahin kaki kursi karena kursinya dia dudukin buat dibawa keliling sekolah itu?” tanya Mama. “Aneh juga ya dia.”

“Emang!!” sahut Ayla segera dengan menyala-nyala.

Mama tertawa. “Nggak apa apa, La. Bawa asik aja. Nanti kalau udah lulus kamu pasti kangen masa-masa SMA yang kayak gitu,” ucap Mama menanggapi kalem. “Seenggaknya kan kamu jadi punya kenangan seru sama temen kamu walaupun caranya emang agak nakal.”

“Kangen sama kebiang kerokannya? Nggak dulu deh, Ma,” sambar Ayla cepat dengan mulut yang masih penuh kwetiau goreng buat Mama kembali ketawa.

“Awas nanti kalau kamu ternyata beneran kangen sama si Ajun-Ajun itu pas udah lulus.” Kali ini Mama justru menggoda Ayla.

“Ih Mama apaan sih.” Yang digoda sendiri melotot tak terima. “Mama gimana di kantor? Semua lancar?” tanya Ayla cepat-cepat mengganti topik pembicaraan.

Mama hanya tersenyum saja melihat tingkah laku anak gadisnya itu. “Lancar kok semua,” kata Mama menjawab pendek.

Selanjutnya sudah tidak banyak percakapan di antara mereka. Sesekali mungkin diselingi guyonan, atau hal-hal receh untuk berdiskusi ringan. Keduanya sibuk menghabiskan sisa makanan masing-masing.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

underscoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang