hai pembaca!.
How are you today?
Saya akan melanjutkan lagi, jangan lupa seperti biasanya ya. Selalu dukung cerita dan akun saya, ohh ya
SMG harimu selalu baik! Selamat membaca.Sastra..
Di sebuah rumah yang cukup mewah di kota Madrid. Ada sepasang pasutri yang sedang duduk di ruang tamu, salah satunya sedang membaca koran dan satunya lagi sedang berkutat dengan laptop.
Tak lama kemudian, datanglah seorang pemuda yang berparas sangat menawan, kedua orang tersebut menyapanya dengan begitu bahagia.
Pemuda yang tak lain adalah Johan, menyapa sang bunda yang begitu ia cintai, dan ayah yang sangat berarti baginya.
Mereka memeluk Johan dengan sangat hangat, tak terasa. Anak yang mereka gendong dan sering mengompol itu sudah besar.
"Bun?" Panggil Johan menyadarkan lamunan ibunya.
"Putraku, sudah tumbuh besar ya? Bagaimana kabarmu?" Tanya bunda Johan yang tak lain adalah felizza.
"Aku baik Bun, bagaimana denganmu?" Tanya Johan balik.
"Kabar bunda baik sayang" jawab bundanya, tangannya terangkat, mengelus Surai hitam Johan.
"Hei son! Apakah kamu tidak merindukan ayahmu, heh?" Tanya Jonathan, ayah Johan.
"Haha ayah, kau selalu memanggilku dengan itu" jawab Johan dengan tawanya dan langsung memeluk ayahnya.
"Kau tumbuh dengan baik, tidak nakal kan di sana?" Tanya ayahnya.
"Tidak ayah tenang saja!" Jawab Johan antusias.
"Baiklah baiklah, lanjutkan nanti, sekarang Johan kamu beristirahatlah nanti bunda bangunkan jika sudah waktunya makan siang" lerai sang bunda memberi tahu Johan.
"Baik Bunda, aku akan segera pergi ke kamar" jawab Johan lalu pergi menuju kamarnya.
Jagan tanyakan dimana barang-barang Johan, tentunya sudah ada para maid yang membawa menuju kamarnya. Kamar Johan di rumah ini cukup luas, nuansa yang ia pilih sejak ia berusia 10 tahun, suasananya tak jauh berbeda dengan kamarnya yang dulu.
Background hitam, lampu belajar kuno, meja belajar putih, dan mawar hitam tentunya. Bundanya juga bingung, mengapa anak laki-laki nya ini begitu menyukai mawar hitam, padahal jika di perhatikan lagi, hitam bukanlah warna yang cocok untuk mawar.
Tapi, mengapa anaknya ini begitu menyukai warna hitam, serba hitam? Apakah tidak ada warna lain pikirnya begitu.
Setelah Johan membersihkan dirinya, ia berjalan menuju meja belajarnya. Di sana terlihat buku Dengan sampul biru laut, dengan ukiran bunga mawar beserta durinya.
Mengingatkan Johan pada suatu kenangan dimasa lalunya..
"Haiiii, camu ngapain dicini cendilian?" Tanya bocah berusia 5 tahun.
Johan tidak menjawab, ia hanya melirik bocah itu sekilas.
"Ih, camu punya mulut untuk belbicala ??" Tanya bocah itu lagi.
"Huh? Aku hanya mencari angin" akhir Johan menjawab.
"Umm, mau aku temenin? Coalnyaa aku tidak punya temen" ujar bocah itu, menundukkan kepalanya dan memainkan jari jari kecilnya.
"Baiklah, kemari" jawab Johan mengulurkan tangannya.
"UM!" Jawab bocah itu antusias.
Mereka berdua menjadi lebih akrab dan menjadi sepasang sahabat, di ulang tahun Johan yang ke 9 tahun, bocah kecil itu memberikan hadiah pada Johan.