Inginkan dia #03

100 8 2
                                    

🍃🍃🍃

Tanpa basa-basi aku menyerahkan teh, tak disadari olehnya. Tepat saat secangkir teh itu telah bersentuhan dengan meja menimbulkan suara yang dapat membuat atensi seseorang terganggu.

"Nih minum" suruh ku padanya, namun bukannya menjawab. Ia malah menatap ku dan secangkir teh yang ku suguhkan.

Sambil menunjuk cangkir teh yang ku berikan Ia berkata.

"Ini buat gue?" ucapnya, melontarkan pertanyaan, aku jawab dengan anggukan kecil.

Ia mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, setelah Ia mengalihkan atensinya kearah lantai yang kotor. Ia mengikuti bercak air yang berada dilantai. Sampai terarah ke celanaku yang masih basah.

Ia segera menatapku dengan tatapan aneh, bahkan kalau aku bisa bilang mimik wajah yang Ia ukir begitu lucu dan kelihatan seperti seperti jamet—jawa metal.

"Itu celana lu masih basah loh, ga diganti?" Ia melemparkan pertanyaan kepada ku, setelah sekian lama memperhatikan ruang tamu.

Aku tidak ingin salah bicara, hanya anggukan yang ku berikan untuk jawaban.

"Ganti dulu lah anjing, ngapa lu malah ngasih teh tolol" omelnya, padahal aku juga mau ganti celana setelah ini.

"Iya iya habis ini gue ganti, nih diminum dulu" suruh ku, tak digubris sama sekali olehnya. Ia hanya fokus pada secangkir teh tersebut tanpa memiliki hasrat atau pemikiran untuk meminumnya.

Terlihat dari dia yang sama sekali tidak menyentuh teh miliknya. Tidak lama setelahnya Ia mengutamakan isi pikiran yang sedari tadi bertumpuk di otak milik si putih.

"Ini serius buat gue?" tanyanya, aku sempat mengira Ia akan menanyakan hal yang lebih penting dari ini.

Aku yang kesal, mulai menjawab pertanyaannya dengan alis yang sedikit berkerut—menandakan kemuakanku atas dirinya.

"Pake nanya, yailah goblk, emang ada orang lagi disini??" jawabku seadanya, berusaha tidak tersulut emosi dan benar-benar menculik anak ini.

"Ya ga adasihhh" Ia menatap ku sambil memainkan kedua jarinya, memberikan keimutan pada diri si putih.

Lucuk

Batinku dalam hati—apa bedanya tolol. Sekali lagi aku menyuruhnya untuk meminum teh yang ku buat—dengan sepenuh hati tentunya.

Ia tidak meminum tehnya, malahan melihat ku dengan tatapan curiga.

Dia ga mikir gue naruh racun...kan?

Batinku, dari tatapannya Ia seperti sangat tidak nyaman dengan apa yang ku lakukan.

Salahkan aku, membuatkan teh kepada cinta ku?

Entah berapa banyak film yang sudah Ia tonton sampai membuatnya curigaan begini.

"Ini ga ada racunnya...kan?" benar apa yang ku pikirkan, kenapa dia begitu curiga? Dimana letak salahku?

"Ya ga ada lah, ngapain gue racunin lu?" jawabku dengan pertanyaan singkat diakhir.

"Ya siapa tau, lagipula apa yang lu lakuin itu ga masuk akal anj, gue aja ga kenal sama lu dan lu malah dengan mudah bawa gue ke rumah" jelasnya panjang lebar, aku yang ingin membalas ucapannya dihentikan oleh aksi si putih. Saat Ia menempelkan jarinya di bibir.

Kapal Pecah || YonDib Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang