🌱🌱🌱
Tidak ingin ini berakhir, aku mengejarnya membuat permainan baru diantara kami yaitu polisi dan pencuri.
"Sini lu anj" setelah Ia membalas dendamnya, aku juga tidak mau kalah. Ku mulai mengejarnya, menjahilinya untuk membayar apa yang Ia lakukan—enak saja menyentil ku seperti itu.
Ia yang ku kejar hanya tertawa sebari meladeni ku dengan ikut dalam permainan ini. Ruangan yang awalnya sunyi hanya terdapat suara kecil kini penuh dengan gelagak tawa. Malam ku yang dulunya sepi dapat menjadi menyenangkan seperti ini-serius aku tidak ingin ini berakhir.
Permainan yang seharusnya berhenti ketika polisi berhasil menangkap pencurinya, namun berbeda dengan ku dan si putih. Permainan kami terhenti ketika kami sudah kehabisan tenaga, nafasku sampai tersengal-sengal saking lelahnya.
Begitu juga dengan si putih, kulitnya yang kering kini terpenuhi dengan keringat. Kami saling memandang kemudian tertawa bersama, entahlah hanya saja itu lucu. Kami yang awalnya meributkan tentang teh, saling sentil, sekarang berakhir dengan kejar-kejaran dan mandi keringat.
Hujan yang tadinya mengguyur Semesta, telah reda diakhiri dengan rintik-rintik menimbulkan irama tenang, sebagai backsound lagu tidur.
Di sini kami sekarang, duduk dengan tenang setelah tertawa. Aku menatap si putih yang masih tertawa, melihatnya saja dapat membuatku hangat. Aku ingin memilikinya, sungguh aku cinta dia.
Saat ku rasa cukup bercandanya, aku menghampiri si putih, mengulurkan tangan membantunya untuk berdiri. Ia dengan senang hati menerima bantuan ku, kemudian berdiri. Kami saling memandang beberapa saat, setelahnya ku suruh si putih untuk kembali duduk menikmati teh yang telah disajikan.
Ia dengan setuju duduk kembali di sofa, namun masih dengan pikirannya untuk tidak menikmati teh yang ku buat. Sekali lagi aku bertanya padanya.
"Kenapa ga diminum?" tanyaku padanya, namun diresponnya dengan jawaban yang sama.
"Ini serius ga ada racun kan?" aku sontak menghela nafas, dan memasang ekspresi lelah saat mendengarnya menanyakan hal yang bahkan tidak perlu dijawab.
"Yailah goblk, kan tadi udah dijawab" respon ku atas pertanyaannya yang menyebalkan.
"Ya kan sia-" aku sentak memotong ucapannya. "Apa? lu mau gue buktiin, sini" tawarku padanya, setelah itu aku langsung meminum teh yang dingin tersebut—karena ga diminum2.
Ku minum teh itu, hingga tersisa setengah gelas. Setelahnya, ku berharap si putih percaya. Ku lihat si putih yang juga sedang melihat ku.
"Noh ga ada racun kan?" tanya ku padanya, dijawab oleh si putih dengan anggukan kecil, menandakan aku telah memenangkan kepercayaannya.
"Nah sekarang percayaka-" ucapan ku terpotong karena lutut ku yang secara tiba-tiba lemah, seketika membuat tubuh ku ambruk dan terjatuh ke lantai.
Ia segera panik, kemudian berdiri menghampiri ku yang terjatuh—padahal seharusnya Ia lari karena aku memiliki niat untuk meracuninya. Setelah si putih berada disamping ku, dengan segera Ia mengerakkan tubuhku, secara berbicara.
"Oyy goblok bangun anj, jangan mati kontol" paniknya, ku arahkan mata ku untuk meliriknya, wajahnya sekarang pucat seperti darah berhenti mengalir ke otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapal Pecah || YonDib
Fanfiction"Apa kita bisa bersama selamanya??" "Ku harap begitu..." Dipertemukan oleh semesta, bagaikan cakrawala dan bentala. Kisah cinta yg memiliki seribu perbedaan, apakah asmara mereka akan dapat bertahan...? Kisah cinta yang bahkan tidak bisa dipisahkan...