3. Merelakan

167 13 2
                                    

Dengan langkah gusar Haechan berjalan melewati pekarangan rumahnya. Tidak terlalu besar tapi rumahnya itu rumah paling nyaman menurut Haechan. Melihatnya saja merasa tidak rela untuk meninggalkan rumah tempatnya tumbuh besar.

Kedua matanya menyapu habis seluruh ruang yang dilihatnya. Berkali-kali Haechan menghembuskan nafas lalu menghirupnya lagi terus seperti itu. Mulutnya tak henti-hentinya mengeluarkan keluh kesah tak lupa dengan mengabsen seluruh penghuni kebun binatang.

"Si anjing emang, kalo gue tau di situ ada Jeno ga bakal gue dateng anjinggg." Haechan terus menendang dan menyingkirkan kerikil yang menghalangi kakinya.

Di otaknya terus memutar rekaman dirinya yang kepergok sedang berduaan dengan Mark. Iya tadi Jeno butuh udara segar dan sialnya malah ikut ke balkon. Wajah Mark sangat dekat dengan wajah Haechan, siapa yang tidak berpikir macam-macam.

Baru saja Haechan membanting tubuh di sofa empuk favoritnya, notifikasi hp nya berbunyi. Haechan itu bukan pengoleksi nomor telepon seperti Yangyang, sahabat sehidup sematinya. Jadi mendapat pesan masuk itu membuat Haechan sangat kaget.

Jeno
Selamat ya Seo Haechan

Tubuh Haechan merasa panas dingin dan tubuhnya bergetar hebat. Tidak bisa dibantah kalau Haechan belum melupakan Jeno. Setelah 1 tahun menjalanin hubungan, mereka terpaksa berakhir.

Sial Haechan tidak menyukai panggilan Jeno sekarang. Terlalu formal pikirnya, tapi dia siapa selain mantan kekasih Jeno. Jangan berharap hubungan keduanya sudah berakhir lama.

Me
Lo nggak pernah bilang kalo
punya abang

Tak ada yang bisa mengartikan ekspresi wajah Haechan saat ini. Tangannya terus bergetar bahkan mengetik dengan benar pun susah. Rasa gugupnya membuncah bahkan gengsinya tiba-tiba saja hilang.

Jeno
Haruskah?

Me
Hahaha bahkan keluarga
terdekat lo aja ga bisa lo
ceritain sama pacar lo, Jen

Jeno
Lo bukan pacar gue lagi

ga bisa protes dong


Apa yang Haechan harapkan dari seorang pembohong seperti Jeno, sepertinya memang jeno benar benar melupakannya. Padahal dahulu Jeno pernah berjanji akan mencintainya sampai kapanpun, bahkan daripada dirinya karirnya lebih penting.

Me
Terserah

Haechan langsung meletakkan handphonenya di nakas lalu membaringkan tubuhnya di ranjang. Ia memeluk boneka beruang kesayangannya dan terlelap perlahan. Haechan sudah terlalu lelah untuk marah bahkan menangis, jadi biarlah ia melampiaskannya dengan tidur saja. Toh besok Haechan pasti melupakannya.

Disisi lain Jeno yang masih duduk di meja makan, hanya bisa terpaksa menikmati makanannya sambil mengamati keluarganya yang sedang mengobrol dengan keluarga Haechan.

Sebenarnya inilah yang dia tunggu tunggu, perkumpulan keluarganya dan keluarga Haechan. Namun kali ini bukan untuk dirinya, tapi untuk abangnya.

Flashback on

"Lo ga bisa egois Jeno, gue ga bisa kaya lo! gue cuma pecundang karena udah nyembunyiin hubungan ini dari siapapun. Bahkan sahabat gue ga tau kalo kita pacaran!"

Back to You [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang