-------
Senja menyingsing di langit, memberi warna merah dan oranye pada bangunan sekolah yang megah. Di ruang kelas yang penuh suara tawa dan teriakan, Zayyan, pemuda imut dan ceria, duduk di bangku dengan buku catatannya yang penuh coretan. Pindah ke sekolah baru adalah bab baru dalam buku kehidupannya.
Setiap langkah di koridor membawa ciri khasnya sendiri. Suara cekikikan, langkah-langkah yang terburu-buru, dan pintu-pintu yang terbuka untuk menyambut kisah-kisah baru. Zayyan bertemu dengan teman sebangkunya, Wain, seorang pemuda dingin namun juga seorang seniman yang selalu membawa pensil di telinga.
Di lapangan sekolah, Zayyan melihat kelompok teman yang tengah bermain sepak bola. Rintihan peluit guru penjaga lapangan menyusul sorakan para siswa. Sesaat kemudian, hujan mulai menetes, memberikan sentuhan magis pada suasana. Zayyan dan wain berteduh di bawah pohon, memulai obrolan yang menjadi akar dari persahabatan yang tumbuh.
Pertemuan dengan guru-guru yang penuh semangat dan pelajaran yang menantang membuka jendela ke dunia pengetahuan. Pemuda manis itu belajar tentang ilmu alam, matematika yang membingungkan, dan sastra yang membawa imajinasinya melintasi waktu.
Setiba waktu istriahat, zayyan melangkahkan kakinya menuju tempat paling damai disekolah, ya itu menurut zayyan namun untuk sebagian orang tidak. Perpustakaan menjadi tempat yang ditemui Zayyan untuk menghilangkan diri dalam dunia kata-kata dan cerita-cerita yang tak terbatas. Di sana, dia bertemu dengan Gyumin, seorang kutu buku dengan kacamata yang selalu setia menemaninya. Bersama, mereka membentuk klub buku kecil di pojokan perpustakaan.
"Hai moomin!"
"Hai juga zay, kenapa dengan wajahmu yang kau tekuk itu?"
"Hahh, aku sedang lelah saja pelajaran kali ini sungguh menguras pikiranku, apalagi besok guru akan mengadakan quiz mendadak bukannya itu sangat menyebalkan" ujar zayyan sambil mempoutkan bibirnya dengan gemas
"Hahaha sudah-sudah, dan tolong kondisikan wajahmu kau menjadi tambah imut ketika marah" ucapan gyumin seperti itu malah membuat zayyan semakin bete dibuatnya.
Setelah menyelesaikan membaca buku di perpus mereka berdua memutuskan untuk kembali ke kelasnya masing-masing. Fyi, zayyan dan gyumin beda kelas, zay berada dikelas 11 a dan gyumin di 11 b.
Keesokan harinya,
Saat quiz tiba, emosi bercampur aduk di ruang kelas. Pernahkah zayyan merasa gugup namun penuh semangat menghadapi ujian terbesarnya? Jawabannya adalah ya. Namun, dukungan dari temannya memberikan kekuatan dan keyakinan padanya.
Seribu kata tak cukup untuk merangkum keindahan sekolah ini. Bagi zayyan, setiap kisah, tawa, dan tangis di sekolah ini adalah bagian dari perjalanan yang tak terlupakan.
Salam Manis_Nanda❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dalam Rintik [Zayyan]
Teen FictionDalam kota yang dipenuhi rahasia dan emosi, hujan bukan hanya sekadar elemen cuaca. Tetes-tetes yang jatuh membuka pintu ke dunia perasaan yang tersembunyi, membawa bersama kisah cinta, penemuan diri, dan petualangan yang tak terduga. Mampukah zayya...