Senyum adalah cara terbaik menghadapi suatu sulit, meskipun itu senyum palsu.
•••
Happy reading
•••
Najwa menuruni anak tangga dengan semangat 45. Hari ini, hari pertama Najwa masuk SMA, jadi ia tidak ingin telat. Di meja makan sudah ada Ayah, Bunda, dan Zuan, adiknya. Karena Najwa tidak bisa makan pagi, Najwa mengambil roti dan langsung berpamitan. Orang tuanya jelas tidak akan peduli dengan dirinya, terserah ia mau makan atau gak.
Najwa berjalan keluar rumah dan langsung menuju garasi tempat motor nya. "Non, Najwa" Pekikan dibelakangnya membuat Najwa menoleh. Sudah ada mbok Sumi, asisten rumah tangganya yang sudah bekerja dari ia berumur 2 tahun.
"Iya, mbok? Ada apa?" Tanya Najwa lembut. Ia sudah menganggap mbok Sumi sebagai orang tua kedua untuknya.
Mbok Sumi menyodorkan paper bag kepada Najwa. "Ini bekal untuk, Non. Jangan lupa dihabiskan ya"
Najwa menerima paper bag ditangan mbok Sumi lalu mengangguk dengan senyum tipisnya. "Iya, mbok. Najwa bakal habisin kok, tenang aja"
"Sama tolong dikasihkan buat tuan muda Leo ya, Non" Ujar mbok Sumi.
Najwa tampak berpikir sebentar lalu mengangguk. "Iya, mbok. Ya udah Najwa berangkat dulu, ya, mbok. Bye!"
TIN TIN
Najwa dan mbok Sumi menoleh ketika mendengar suara klakson mobil di depan gerbang. Najwa bisa mengenalnya, itu mobil Abangnya, Leo. Najwa mendekat dan berdiri di samping kaca kemudi. Saat mendekat, bersamaan dengan kaca mobil yang menurun. Didalam ada Leo dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.
Najwa mengerutkan keningnya. "Lo ngapain, Bang?"
Leo melepas kaca matanya. "Jemput Lo. Gue gak akan percaya sama alasan sampah Lo itu. Udah cepetan masuk!" Perintah Leo penuh tekanan.
Najwa memutar bola matanya malas. "Lo apaan si? Gue mau berangkat sendiri, pake motor sendiri, nyetir motor sendiri. Gak mau sama Lo Abang ganteng"
"Gue gak menerima penolakan" ujar leo.
"Gue bilang gak ya gak" Najwa tetap menolak.
"gue.gak.menerima.penolakan" Ujar Leo penuh tekanan. Ia tidak ingin di bantah oleh adik kecilnya itu. Leo keluar dari mobil dan langsung menyeret Najwa ke pintu satunya, ia membuka pintu dan memasukkan Najwa secara paksa.
Najwa memutar bola matanya kesal dengan tingkah abangnya yang suka seenaknya dan terlalu posesif. "Ish, Lo apa-apanya si, bang? Gue gak mau" ucap Najwa merenggut.
Leo menatap Najwa tajam. "Lo sekali nurut deh. SMA Garuda Muda itu bahaya, banyak buaya. Gue gak mau Lo baru pertama masuk, eh, malah langsung jadi mangsa mereka"
"Gue ke sekolah bareng Lo juga bakalan dimangsa sama fans-fans Lo yang bedaknya kaya ibu-ibu plus rempong" Batin Najwa malas sekaligus sedikit ngeri membayangkan tindakan pembullyan.
"Iya, atuh Non. Nurut aja sama tuan muda. Toh ini juga demi kebaikan Non sendiri" ujar mbok Sumi menengahi.
Najwa menatap Leo intens yang sudah menatap Najwa dengan seringai kecil. Kali ini ia biarkan Leo yang menang, tapi pertarungan kedepannya ia yang akan menang. Ingat kodratnya, perempuan selalu menang dan laki-laki selalu kalah. "Iya-iya" ujar Najwa malas.
Leo tersenyum kecil, kemenangan. Lalu berjalan memutari mobil, ia berpamitan kepada asisten rumah Najwa dan memasuki mobil. Setelahnya ia baru menjalankan mobilnya.
Selama diperjalanan hanya keheningan yang mengisi keduanya. Najwa yang masih merasa kesal kepada Abang nya dan Leo yang tidak ingin menambah kesal adiknya.
"Kenapa si, Najwa? Kesel? Ini juga gue lakuin demi Lo" ujar leo memecah keheningan.
Najwa melirik leo intens. "Tapi Lo terlalu berlebihan Abang ganteng" Najwa sangat-sangat kesal dengan tingkah abangnya itu, ia selalu menganggap Najwa layaknya anak kecil yang harus dijaga. "Gue bukan anak kecil lagi" sambung Najwa.
Leo tersenyum tipis mencoba sabar. "Iya. Tapi Lo tetap anak kecil di mata gue Najwa Sanjaya"
"Ihh, gue bukan anak kecil. Gue udah besar, udah anak SMA" Najwa mencoba pembelaan terhadap dirinya. Mentang-mentang dirinya tingginya hanya sebatas dada Leo, ia bisa seenaknya menganggap dirinya sebagai bocil.
Leo menepikan mobilnya dipinggir jalan yang sedikit sepi. Di sepanjang jalan banyak pedagang kaki lima yang menjual berbagai jajanan dan makanan.
Leo menghadapkan tubuh sepenuhnya kepada Najwa. Ia bisa melihat kerutan yang tercetak jelas di keningnya. "Ini kita ngapain? Kenapa malah berhenti si, bang? Gue mau sekolah, gak mau telat ya!?" Tanya Najwa nyerocos. Tak lupa mata yang melotot. Bukannya takut, malah keliatan lucu.
Leo terkekeh geli. "Najwa, hadep sini" ujar Leo memegang pundak Najwa lalu memutar tubuhnya agar menghadapnya. "Lo dengerin kata-kata gue dengan baik. Lo itu tetep jadi anak kecil di mata gue. Lo gak lupa kalau gue pengen punya adek kan? Gue udah anggap Lo sebagai adek kandung gue. Mau Lo berubah ganas, ngereog gak jelas, mau berubah kaya apapun. Lo itu tetep selalu menggemaskan buat gue. Lo itu ratu, Lo itu bidadari, Lo itu rumah buat gue. Gak akan ada yang bisa gantiin posisi Lo dan mama dihati gue. Kalian sama-sama seseorang yang harus dijaga dengan baik. Walaupun nanti gue punya pacar sampai punya istri, dia akan menjadi yang ketiga dihati gue" Sambung Leo menatap mata Najwa.
Najwa tersenyum mendengar kata-kata manis yang selalu keluar dari mulut Leo. Leo selalu menjaga ucapan dan sikapnya kepada perempuan. Itu yang membuatnya bangga kepada kakak laki-lakinya itu. Ia selalu memandang seberapa kuat perempuan yang ada disisinya, perempuan tetaplah makhluk yang perlu dilindungi. "Iya, gue ngerti maksud Lo. Makasih udah selalu ada buat gue, udah nyemangati gue terus, intinya makasih buat semuanya"
"Gue gak mau kehilangan Lo, Na. Jadi, ngertiin gue ya? Gue bukan posesif, gue cuma memastikan Lo itu selalu aman dan nyaman"
"AAA, sayang Lo banyak-banyak" Najwa langsung menerjang tubuh Leo dengan semangat 45.
Leo terkekeh geli. "Gue juga" Bisik Leo.
"Udah dong. Gak usah melow-melow, gue mau sekolah, nanti gak cantik lagi. Pasti sedih kan muka gue?" Cemberut Najwa sambil meratakan rambutnya yang sedikit berantakan.
Leo tersenyum tipis. "Gak. Lo selalu cantik"
"Ish, Lo bisa aja. Gue memang cantik dari lahir si" Tuh, udah capek-capek muji malah ngelunjak. Ibaratkan dikasih hati mintanya jantung. Untung Leo sabar.
"Ya, udah mau jajan gak Lo? Bubur?"
Najwa mengangguk semangat dengan mata berbinar. "Bubur kacang ijo"
"Oke. Lo tunggu sini aja" Leo keluar dari mobil dan menuju pedagang bubur kacang ijo yang letaknya tidak jauh dari mobil yang ia pakir kan. Dari tempatnya, Najwa bisa melihat semua gerak-gerik Leo. Dari yang memesan sampai membayar.
Leo memasuki mobil dan menyerahkan kresek wadah bubur kepada Najwa lalu menjalankan mobilnya ke sekolah.
•••
Typo tandai.
Hayo loh, siapa yang mau jadi pacar Leo nih? Jadi yang ketiga tapi hihihi
Leo itu cowok idaman menurut aku. Definisi sayang keluarga.
Aku yang ngetik, eh, aku sendiri yang salting. Sampai jungkir balik, kepala dibawah kaki diatas.
Jangan lupa vote dan komennya ya guys.
Follow akun aku juga.Follow akun tik-tok : Wp_farinjwa
![](https://img.wattpad.com/cover/355436055-288-k7771.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile
RomanceFollow akun ini dulu ya gais, anda senang saya juga, simbiosis mutualisme:) ••• Ini tentang Najwa, remaja SMA yang tidak mendapatkan kebahagiaan sejak kehadiran Azuan Andika Sanjaya, adik kandungnya sendiri. Farikha Najwa Sanjaya, gadis dengan banya...