Chapter 2

21 7 0
                                    

Jatuh bukan berarti aku menyerah, aku hanya lelah sampai kapan aku dipandang sebagai sebuah masalah?

•••

Happy reading

Seorang gadis mengerjapkan matanya perlahan ketika sinar matahari menusuk penglihatannya. Najwa tersenyum ketika melihat Tante Clara yang ternyata membuka gorden kamar dengan lebar. Tante Clara berjalan menuju ranjang Najwa lalu duduk di bibir ranjang. Ia mengusap lembut surai hitam milik Najwa. "Bangun yok, nak. Sarapan, terus kata bang Leo kamu sama dia mau beli perlengkapan sekolah?"

Najwa tersenyum tipis dan mengangguk. "Iya, Tan."

"Yaudah cuci muka terus gosok gigi dulu sana!"

Najwa mengangguk semangat lalu berdiri dan berlari kearah kamar mandi " GAK USAH LARI-LARI NAJWA" teriak Tante Clara.

"IYA, TAN" balas Najwa. Kemudian Tante Clara keluar dari kamar Najwa.

Setelah gosok gigi dan cuci muka, Najwa berjalan turun untuk sarapan sebelum pergi belanja perlengkapan sekolah untuknya. Saat sampai dimeja makan ternyata sudah ada om Hendra, Tante Clara, dan Abang Leo disana. Najwa duduk disamping Leo dan tak lupa sambutan hangat dari mereka untuknya. Entah Najwa merasa berbeda saat berada disini dan berada dirumahnya sendiri. Makanya Najwa selalu merasa nyaman disini, rasanya tak ingin pulang.

"Besok kamu sudah mulai masuk SMA kan, Najwa?" Tanya om Hendra membuka obrolan.

Najwa mengangguk. "Iya, Om"

"Oh ya, pa. Nanti aku sama Najwa mau ijin beli perlengkapan sekolah. Gak papa kan?" Ujar leo.

"Tentu, gak masalah. Tapi ingat, jangan pulang sore-sore, dan kamu abang harus jagain terus adikmu itu" balas Hendra.

Leo mengangguk. "Oke, Pa"

"Ya sudah papa sama Mama berangkat dulu, hari ini ada pertemuan dengan teman Papa." Ujar Hendra lalu berdiri dan merangkul pinggang Clara posesif.

"Ck, posesif. Ingat umur Om" decak Najwa tersenyum geli.

"Iya, udah tua lagi, malu kali sama yang muda" cibir Leo.

Hendra menatap putra dan keponakannya itu sinis. "Iri aja jomblo" ucap Hendra dan berlalu begitu saja, tak peduli dengan Leo serta Najwa yang sudah mengumpatinya.

"Anjir, jomblo-jomblo gini yang ngantri banyak, Wirrr" ujar Leo.

"Dikatain jomblo sama bapak-bapak bucin angkut, njirr" ujar Najwa merasa kesal dengan om nya itu. Mereka sudah meratapi nasib kejombloannya. Jomblo ma selalu ngenes.

•••

Saat ini Leo dan Najwa sedang berada di mal yang cukup terkenal di kota ini. Mereka berada di toko perlengkapan sekolah. Dengan memakai pakaian sederhana Leo dan Najwa sudah jadi tontonan orang yang ada di toko itu, memakai celana jeans dan kaos hitam serta jaket yang melekat di tubuh Leo, berbeda dengan Najwa yang kaos nya dimasukkan. Banyak tatapan iri yang mengarah ke mereka, jika sedang jalan berdua seperti ini Leo dan Najwa seperti pasangan yang romantis bukan kakak beradik.

"Udah?" Tanya leo saat melihat Najwa menghampirinya dengan tangan yang sudah penuh dengan memegang paper bag.

Najwa mengangguk. "Udah"

PluviophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang