EPS 07 : But People Can Go (02)

79 10 0
                                    

Dipublikasikan pada 18 Februari 2024
Belum direvisi

"Yeah, I feel you're the best. With your love, I feel my best. See you again and again and again, in another galaxy"
-Shooting Star, Kep1er

『✎﹏ 』

D-DAY tes seleksi akselerasi gelombang kedua.

"Diberitahukan kepada seluruh siswa-siswi SMA Angkasa yang telah terdaftar mengikuti tes seleksi akselerasi, untuk segera berkumpul di ruangan yang telah disediakan."

Pemberitahuan yang diumumkan melalui sound system pada jam ketiga berhasil menyita perhatian seluruh warga sekolah. Tes seleksi akselerasi gelombang kedua telah dibuka, di mana murid-murid kelas sepuluh yang ada kalanya lolos seleksi gelombang pertama wajib mengikuti tes ulang.

Satu persatu murid mulai berkerubung di tiga ruangan sekaligus yaitu Lab Fisika dan Lab Komputer IPA dan IPS. Tes yang dilaksanakan sama seperti pada gelombang pertama, terdapat tiga tes yang harus dilalui oleh semua murid. Ada tes IQ, mengerjakan soal esai yang berkaitan dengan semua mata pelajaran wajib dan jurusan, lalu tes kemampuan emosional.

Bu Sera kebetulan ada jam mengajar di kelas akselerasi 10 IPS 5, sekalian memberi semangat dan meminta agar anak-anak didiknya mengerjakan semua tes dengan segenap hati. Semua murid berhimpun membentuk lingkaran, saling berseru dengan suara keras hingga membuat kelas sebelah terkejut bukan main.

"Buset, apaan itu tadi?" tanya Jihan yang posisi duduknya tepat di sebelah dinding tripleks.

Murid-murid akselerasi kelas 10 IPS dan IPA mulai keluar dari dalam kelas, semua mata ditujukan kepada mereka. Merasa saingan yang akan anak-anak reguler hadapi lumayan berat, ada pula yang merasa terpukau melihat wajah rupawan murid-murid akselerasi. Sembilan murid mulai berpencar, keberuntungan dan posisi aman mereka ditentukan melalui tes ini.

Gue masih mau ada di kelas ini...

『✎﹏ 』

Dua Minggu setelah tes seleksi akselerasi diadakan.

"Jangan asing ya? Kita masih bisa temenan lagi, kan? Tanpa melibatkan perasaan, kayak dulu."

Siswi dengan jaket hitam itu senantiasa menunduk, buru-buru mengusap air mata serta mengulumkan bibir. Tepat di depan gadis itu, seorang siswa lain mulai mengusap pipi kanannya.

"Kalo hari lo lagi buruk, lo bisa bicara ke gue, lo bisa datang ke gue. Lo bakal selalu aman di sini." Tangannya bergerak menggenggam tangan si jaket hitam, "Meskipun kita udah bukan siapa-siapa lagi."

Gadis itu tak kuasa menahan air matanya, sakit hati berkali-kali lipat mendengarkan kalimat terakhir yang diucapkan laki-laki itu.

"Gue harap ... kita jangan pernah ketemu lagi."

Gadis itu mengangguk kaku.

"Last hug?"

"Nggak perlu."

Hania pergi begitu saja, pergi dari sang mantan kekasih dengan perasaan sakit hati. Baginya, semua telah berakhir tanpa debat. Apa pun yang terjadi, Hania tak pernah suka akan hal berpisah, padahal ia masih mencintai sang kekasih. Karena satu hal yang menyebabkan mereka berdua menyerah dan memilih untuk lebih baik menyudahi hubungan saja.

Excellent '05 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang