1 - joshua got caught

8 2 1
                                    

***

"Saya mau kita ga pacaran lagi." Ucapan itu terlontar dari cowok yang duduk tepat di depanku. Siapa lagi kalau bukan Joshua?

"Putus maksud kamu?"

Joshua menganggukkan kepalanya. Aku mengambil jeda untuk mengabadikan ekspresi seriusnya itu, kemudian ikut mengangguk.

"Okay, saya pulang dulu." Dia lantas mengambil tas ranselnya dan segera beranjak dari kursinya. "Eits, aku belum bilang setuju," kataku sambil menahan ujung bajunya. "Tell me why."

Dengan ekspresi pasrahnya, Joshua kembali memosisikan dirinya di depanku. Dia sadar betul kalau permintaannya tidak akan terkabul semudah itu. "Sejak awal saya ga mau pacaran, saya mau fokus belajar."

"Kurang fokus apa kamu belajarnya? Kita bahkan cuma date dua jam setiap minggu," ujarku sambil memasang ekspresi sedih.

Maksudku ayolah, date yang kita maksud itu hanya sekadar makan malam bersama di Hari Minggu .... Joshua betul-betul jarang mau diajak ke public space yang ramai.

"And in case you forgot, minggu lalu kamu bilang kamu nyaman aja dengan cara pacaran yang kayak sekarang."

Dengan ragu dan dengan gerak matanya yang ke mana-mana, dia memberanikan diri untuk menjawab. "Hm, iya tapi itu minggu lalu. Sekarang saya berubah pikiran."

"Tapi pasti ada alasan lain kenapa tiba-tiba kamu berubah pikiran. Right?" Aku tau jelas kalau seseorang berbohong dan sekarang salah satunya. Dia belum mengatakan yang sebenarnya dan aku hampir tertawa melihat wajah paniknya.

"Okay, saya bakal kasih tau kakak alasan sebenarnya tapi kakak jangan marah sama saya."

Tunggu, aku tau kalian akan kira aku cewek dominan yang suka menindas pacarnya. But no, kalian salah besar. Manusia satu ini adalah satu-satunya anak dari sepasang strict parents, homeschooling sejak SD, dan sekarang kuliah di luar kota sendirian (tanpa mention Pak Supir dan Bibi asisten rumah tangganya). Jadi kalian terbayang kan gimana Joshua akhirnya jadi penakut dan super hati-hati dalam melakukan berbagai hal?

"Janji, aku ga akan marah."

"Mama saya tau kalo saya pacaran sama kakak dan akhirnya saya diintograsi semalaman."

"Interogasi." Serius, lucu sekali melihat kegugupan tergambar jelas di wajah manisnya.

"Ah iya salah. Cuma bukan itu kan poinnya. Saya malu kalau kakak begitu terus ke saya."

Aku tidak bisa lagi menahan tawaku. Kalian harus tau bagaimana rasanya pacaran dengan orang selucu Joshua. "Maaf, I didn't mean to."

"Tolong dengerin saya sampai selesai dulu kak. Jadi setelah tanya banyak hal, mama bilang ke saya kalau sebetulnya saya lagi dimanfaatin sama kakak. Katanya banyak perempuan yang materialistic dan kami bisa jatuh miskin karena itu. Mama juga ga setuju kalau pacar saya lebih tua."

"Even just two years older?"

Joshua mengangguk lesu.

"Kamu merasa aku manfaatin kamu ga?"

"Ga sama sekali, tapi saya mau mencegah terjadinya hal-hal yang ga diinginkan."

"Well, we can fix that."

Dia terkejut dan buru-buru memberikan tambahan informasi untukku. "Saya betul-betul harus putus sama kakak kalau ga mau dilaporin ke papa saya."

"Aku paham, kita akan tetap putus. Tapi kamu tau ga Sabtu depan itu tanggal berapa?"

Joshua melirik layar ponselnya dan mulai menghitung di dalam pikirannya. He's the purest human being I've ever known. Kalian bisa langsung tau apa yang sedang dia pikirkan hanya dengan memperhatikan ekspresi pada wajahnya.

"14 Februari?"

Aku menjentikkan jari tepat saat Joshua melontarkan jawabannya. "Exactly! It's valentine's daay!"

"Yes. And?" Tau lagu terbaru Ariana Grande? Kalau kalian pernah dengar, kalian pasti tidak asing dengan jawaban Joshua. Namun bagian yang mengherankan adalah Joshua bahkan tidak mendengarkan lagu Ariana. Responnya memang selalu sesingkat itu.

"Kamu tau apa yang paling ditunggu-tunggu orang pacaran? Hari ulang tahun dan hari valentine! Sayang banget kita udah empat bulan tapi malah ngelewatin hari sespesial itu. Setuju?"

Joshua mengangguk-angguk seolah paham betul dengan situasi yang sangat nanggung ini. Sebelum akhirnya dia sadar, "Ah, maksud kakak setuju apa?"

"Yay, thank you for agreeing. Jadi kita berdua setuju untuk ngejalanin valentine's day barengan!" seruku.

"Tunggu, aku ga paham kak."

"Aku mau kita putusnya sehari setelah hari valentine, 15 Februari. Dan aku punya rencana khusus untuk isi waktu kita yang kurang dari seminggu lagi," ujarku dengan semangat.

"Please, jangan rencanain sesuatu yang aneh."

Aku terkekeh. "Nope, aku jamin. Sekarang kita pulang dulu, nanti aku LINE kamu the most perfect to-do list before breaking up," jawabku dengan senyum semringah yang mungkin membuat Joshua sedikit bingung.

And we call it the breakup project.

***

Breakup ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang