3 - five days remaining

1 1 1
                                    

***

"Dia dikejar sama monster yang selama ini incer dia."

"Habis ini dia akan jatuh dan ditolong sama cowoknya."

"Si cowok akhirnya bakal nyatain perasaan ke ceweknya."

Joshua akhirnya menatap heran kepadaku. "Kok kakak bisa tau scene selanjutnya?"

"Ini ketiga kalinya aku rewatch."

"Wait, jadi kakak udah sering nonton ini? Kalau gitu kenapa kita ga nonton film lain aja, ini bahkan bukan film tapi drama. Saya ga terlalu suka yang kayak—"

Melihat adegan kedua tokoh berpelukan, aku segera menepuk lengan Joshua dan menyelanya. Ini adalah scene paling iconic yang merupakan puncak drama favoritku ini. "Kamu liat itu mereka udah pelukan. Habis ini bakal sedih banget karena si cowoknya bakal hilang karena udah nemuin cinta sejatinya."

Beberapa detik berlalu. Benar saja, telapak tangan si cowok mulai terurai menjadi partikel kecil yang berkilauan lantas melayang ke udara. Perubahan itu menjalar ke seluruh bagian tubuhnya hingga tokoh cowok ini sepenuhnya lenyap dan meninggalkan tokoh cewek seorang diri. Adegan ini tak pernah gagal membuatku menangis tersedu-sedu. Aku bisa merasakan betapa sakitnya tokoh cewek ditinggalkan dengan cara seperti itu.

Joshua lantas mengambil tisu dan mengusapkannya ke wajahku yang sudah basah seluruhnya. "Udah tau sedih kenapa ditonton terus coba?"

Aku menggeleng tidak tau. Aku selalu suka drama sedih dari dulu.

"Kakak tenang aja, dia ga ditinggal sendiri. Masih ada monsternya kok," gumamnya pelan. Mungkin Joshua ingin menghiburku, tapi dia benar-benar payah. Hal itu justru membuat air mataku mengalir lebih deras.

"Kalo gitu dia bisa dimakan ...." Aku menangis sesegukan. "Tega banget penulisnya buat script setragis ini."

Joshua menghela napasnya. "Udah saya pause aja daripada kakak semakin overthinking."

Aku mengangguk dan membiarkan kesunyian menyelinap di antara kami. Aku tidak tau apa yang sedang Joshua pikirkan. Pikiranku sendiri masih dipenuhi tentang nasib hubungan tokoh cewek dan cowoknya. Kalian pernah menonton hal yang begitu menyakitkan sampai sakitnya betul-betul menjalar ke tangan? Itulah hal yang kurasakan tepat saat ini.

"Udah kak nangisnya?"

Aku mengiyakannya segera. Drama ini membuatku lupa waktu karena tenggelam dalam setiap episodenya. Sialnya, sekarang sudah pukul 19.15. Aku merasa bersalah karena aku tidak berniat mengajaknya nonton hingga semalam ini.

"Kalau udah, sekarang coba kakak senyum."

Aku tertawa lantas memberikan senyuman terlebarku. Jarang-jarang dia mau lihat aku senyum.

Dalam jangka waktu yang tak kusadari karena berlalu begitu cepat, Joshua menunjukkan layar ponselnya ke arahku. "Bengkak nih mata kakak."

"Damn Josh, you took my picture!" Aku ternganga. "Hapus ga, aku jelek banget di situ!"

"Ga kok. Serius," ungkap Joshua sambil menghindariku yang ingin merebut ponselnya.

"Ga apanya? Cepet hapus please. That's too ugly," pintaku.

"You're still gorgeous Kak Leia."

Aku membeku di tempat. What in the world did I just hear? Josh serius bilang aku tetep cakep walaupun mataku bengkak? Senyum semringah mulai terbit lagi di wajahku.

"Jadi maksud kamu aku cantik?"

Dia segera mengemas barangnya dan beranjak dari sofa. "I don't know. Saya pulang dulu kak, Pak Dan udah jemput."

"Jawab dulu, aku beneran cantik? Eh, kita ga makan malem bareng? Josh, tunggu!" Aku segera mengejarnya yang sudah masuk ke dalam lift.

"Dinner masing-masing," terangnya. Sosoknya lantas menghilang dibalik pintu lift yang terlanjur menutup. Aku bahkan tidak sempat say bye to him. Akan tetapi, aku tau jelas kalau Josh memang berniat kabur. His ears turned freaking red ....

***

Leia
I feel 100x as pretty
after you told me so :o
19.37

Josh
I don't even say that word.
20.03

Leia
Tetep aja, I know what you meant.
Anyway, besok dateng ke perpus ya jam 17.00.
20.05

Josh
Lusa saya ada quiz.
20.05

Leia
Bisa diatur👍🏻
Cya pacarku.
20.06

Breakup ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang