#3 Last Kiss Goodbye

21 11 7
                                    

Seok Jin dan Eevonne duduk bersama di ruang tamu, Ada jarak batas dua meter diantara keduanya aura ketegangan karna aktifitas bersenggama sebelumnya kini mereda, akibat sebuah rokok yang sedang Seok Jin hisap. Suasana sunyi dengan asap-asap tipis di sekelilingnya memberikan kesempatan bagi percakapan serius. Eevonne, dengan ekspresi prihatin, memulai pembicaraan.

"Seok Jin, aku tahu situasimu di rumah sakit sangat sulit. Tapi jika kamu harus kembali ke Korea, apa rencanamu?"

Seok Jin, sambil menatap hampa, meresapi pertanyaan tersebut. Ia merasakan tekanan berat untuk mengambil keputusan yang akan memengaruhi masa depannya.
"Eevonne, keputusan ini sulit bagiku. Kembali ke Korea berarti harus menghadapi konsekuensi dari operasi tersebut. Sementara aku sudah melakukan operasi sesuai prosedur, aku seorang dokter bukan Tuhan, berapa banyak pasien yang mengalami koma dan meninggal dirumah sakit setelah operasi. Ini hanya perihal seseorang yang aku bedah adalah sosok penting dinegara ini. Aku tidak mau menyerah"

"Aku mengerti, Seok Jin. Ini bukan keputusan yang mudah. Tapi bisakah kali ini kau tidak memaksakan keadaan."

Namun, Seok Jin tetap dalam diam yang teguh, matanya mencerminkan kebingungan dan keteguhan hati. Dia enggan menerima saran tersebut, seperti sebuah pertahanan terakhir terhadap gelombang emosi dan ketidakpastian yang melanda dirinya. Eevonne bisa merasakan kebimbangan Seok Jin, tetapi dia tahu bahwa memaksa lelaki itu untuk berbicara atau mengubah pendiriannya tidak akan memberi hasil. Percakapan tersebut meninggalkan keheningan yang tegang di antara mereka, menciptakan kesan bahwa pertarungan internal Seok Jin masih jauh dari penyelesaian.

"Kuharap apapun yang akan terjadi kau tidak akan memutus komunikasimu denganku." Ini adalah kalimat yang dipilih Eevonne. Dibandingkan harus mencecarnya dengan pertanyaan yang justru membuatnya frustasi, dia lebih memilih untuk menunjukkan kekhawatirannya ketika nanti Seok Jin tidak di Jerman lagi.

***

Setelah berlalunya hari yang dihabiskan bersama Eevonne, suasana haru masih menyelimuti Seok Jin. Namun, sorotan media beralih ke kabar tragis mengenai Menteri Sekretaris Negara yang meninggal setelah melewati 48 jam masa kritis pasca operasi di Rumah Sakit Berit. Kabar ini tidak berkurang, bahkan semakin menghangat, memicu keinginan beberapa stasiun televisi untuk menggali lebih dalam.

Suatu pagi, Gong Min Ah, yang mengenakan setelan kantor di kantornya sebagai seorang advokat, melihat tayangan berita tersebut.

Sebuah meja bundar terletak di tengah ruangan, di atasnya terdapat mikrofon dan catatan-catatan penting. Seorang pembawa acara memandu wawancara ini, "Selamat malam, kami memiliki para pakar bedah yang akan membahas operasi Appendix vermiformis. Pertama-tama, kita punya Dokter Lee Seo Yeon, ahli bedah ternama."

Dr.Johnson tersenyum serius, "Terima kasih, saya senang bisa berbicara di sini."

Para pakar lainnya, Dokter August dan Profesor Thomas J Bogn, duduk di sebelahnya dengan ekspresi serius. Pembawa acara melanjutkan, "Ada kabar mengenai Menteri Sekretaris Negara yang meninggal setelah operasi Appendix vermiformis. Bisakah Anda memberikan pandangan profesional Anda?"

Professor Thomas berbicara dengan penuh pertimbangan, "Operasi Appendix vermiformis sebenarnya prosedur umum dan relatif aman. Namun, seperti setiap operasi, risiko selalu ada."

Setelah wawancara, para pakar duduk bersama untuk membahas lebih lanjut, tanpa kehadiran Park Seok Jin di lokasi tersebut. Dr. Johnson memulai dengan nada tajam, "Saya merasa Park Seok Jin tidak cukup memberikan keyakinan bahwa seluruh prosedur telah dijalankan dengan benar."
Dr. August menimpali, "Dan risiko operasi tampaknya belum dielaborasi dengan memadai. Kematian pasien ini adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan."

Frosty Lily FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang