Omega merasakan detak jantungnya dipercepat seiring langkah yang berdebar di belakangnya. Cahaya bulan pucat menyinari kawasan sunyi tempat dia berada, menciptakan bayangan yang panjang di sepanjang jalan yang sepi. Omega merasa seperti mangsa yang terkejar, dengan setiap langkah yang diambilnya, kehadiran yang mengejarnya semakin dekat.
Hembusan angin malam membisikkan rahsia, menyampaikan pesan kegelisahan kepada Omega. Dia terus berlari, mendengar desiran langkah kaki di belakangnya semakin mendekat. Suasana sunyi, hanya di pecah oleh suara langkah dan nafas terengah-engah, menciptakan ketegangan yang tidak terhindar.
Omega mencuba mengingat kembali kejadian apa yang mungkin menyebabkan seseorang memburunya di kawasan sunyi ini. Ingatannya berputar cepat, mencari jawapan di tengah kegelapan malam. Namun, ketidakpastian mencekam fikirannya, dan satu-satunya fokusnya adalah mencapai keamanan secepat mungkin.
Kaki Omega terus bergerak, menapak setiap batu dan rumput dengan cepat. Jantungnya berdegup kencang, dan keringat mulai menitis di dahinya. Keputusasaan dan ketakutan menyelimuti dirinya seperti kabut malam yang tebal.
Di sudut jalan yang gelap, Omega melihat bayangan seseorang. Bentuknya kabur, tersembunyi di balik kegelapan. Omega memutuskan untuk mengubah arah, mencuba mengelabui pengejarannya. Namun, bayangan itu terus mengikuti, tak tergoyah oleh taktiknya.
Omega merasa seolah-olah sedang berada dalam permainan kucing-tikus yang tidak berkesudahan. Setiap sudut yang diambilnya, bayangan misteri itu selalu mengejarnya dengan tekun. Kekhuatiran dan kecemasan semakin mencengkam dirinya, membuatkan sulit untuk bernafas.
Tiba-tiba, Omega melihat sebuah bangunan tua yang terbengkalai di hujung jalan. Tanpa ragu, dia memutuskan untuk masuk ke dalamnya, berharap dapat menyembunyikan diri dan melepaskan diri dari pengejarannya. Omega meraba-raba di kegelapan, mencari tempat yang aman.
Dalam keheningan bangunan tersebut, Omega bersembunyi, mendengar langkah kaki yang berhenti di luar. Hatinya berdegup lebih cepat, berharap pengejarannya telah berakhir. Tetapi, ketidakpastian masih menyelimuti dirinya, kerana dia tidak tahu siapa yang mengejarnya dan apa motifnya.
Di dalam kegelapan bangunan yang sunyi, Omega terus menunggu, mempertahankan nafasnya dan berharap bahawa ancaman yang mengejarnya akan segera lenyap. Keheningan malam menjadi saksi bisu dari ketegangan yang menghantui Omega di kawasan sunyi ini.
Sesaat kemudian jeritan Omega pecah di keheningan malam saat tubuhnya tiba-tiba ditarik kuat dari arah belakang. Suara teriakan itu menciptakan gelombang kejut di sekitarnya, memotong keheningan dengan ketakutan. Tubuhnya terhuyung-hayang, terpisah dari kenyamanan dan keselamatan yang dia harapkan.
Omega berusaha keras untuk memahami apa yang sedang terjadi, tetapi sergahan mendadak membuatkan dia hilang kendali. Jarinya meraih tanah, mencuba mencari pegangan untuk menghentikan pergerakan tubuhnya yang terdorong ke depan. Nafasnya tersengal-sengal, dan matanya mencuba memahami siapa yang melakukan serangan itu.
Ketika Omega mencuba untuk berbalik dan melihat pelaku di belakangnya, dia merasakan genggaman yang kuat di lengannya, mencegahnya untuk bergerak bebas. Ketegangan semakin terasa apabila bau feromon Alpha dalam rut melayang di udara.
Keputusasaan menyelinap ke dalam dirinya, namun dia tidak mahu menyerah begitu saja. Dengan keberanian yang tersisa, dia mencuba melawan, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman yang merenggut kebebasannya.
Jeritan Omega menciptakan bunyi yang mencapai kegelapan malam, mencuba memanggil bantuan dari siapa pun yang mungkin mendengarnya. Namun, kawasan yang sunyi dan sepi sepertinya menyimpan rahsia gelap yang tidak bersahabat. Jeritan itu terdengar seperti seruan keputusasaan, mencerminkan pertarungan kalah mati antara Omega dan Alpha.
Saat jeritan Omega memudar, tubuhnya terus ditarik ke belakang, meluncur di jalanan sunyi. Dengan aroma kerakusan. Omega telah dihancurkan berkeping- keping.
_____________
Angin malam bertiup lembut ketika Kakashi dan pasukan ANBU-nya berlepas pulang setelah menyelesaikan misi mereka. Langit malam terbentang gelap di atas, menandakan akhir dari tugas yang melelahkan. Mereka melangkah dengan langkah yang mantap, rasa kepuasan dari misi yang berjaya terasa di udara.
Namun, ketika mereka mendekati pintu gerbang kampung, sesuatu yang tidak biasa mencuri perhatian mereka. Bau yang tajam dan pahit menghantui udara. Kakashi, dengan indera penciumannya yang tajam, segera menyedari bahawa ini bukanlah aroma biasa. Bau tersebut membawa jejak kesusahan dan penderitaan.
Pasukan ANBU yang terlatih segera memperketat kewaspadaan mereka. Mereka menatap Kakashi, mencari petunjuk dari pemimpin mereka. Kakashi, dengan topeng yang selalu menutup setengah wajahnya, menahan nafas sejenak. Dia tahu bahawa bau ini tidak boleh diabaikan.
Dengan gerakan cepat, mereka mengikuti jejak aroma yang menyelubungi kawasan itu. Setiap langkah mereka semakin dekat dengan sumber bau itu. Saat mereka mendekati pinggir kampung, Kakashi merasakan satu perasaan aneh merayap di hatinya. Mungkin ada sesuatu atau seseorang yang perlukan pertolongan mereka.
Di sebuah sudut yang sepi, mereka menemukan sumber aroma itu. Seorang omega yang terlihat lemah dan terluka tergeletak di tanah sambil bersandar lemah pada akar pohon. Pakaiannya kotor dan koyak, dan tatapan matanya penuh dengan kepedihan dan ketakutan. Pasukan ANBU berdiri tegak, siap untuk bertindak sesuai dengan arahan Kakashi.
Kakashi mendekati omega tersebut dengan hati yang bergetar. "Apa yang berlaku kepada awak?" tanyanya dengan suara lembut, mencuba memberikan ketenangan pada omega yang terluka itu. Omega itu menoleh, dan matanya yang lelah dan kosong menemui mata Kakashi.
"Pergi.." gumam omega itu dengan suara yang rapuh. Kakashi segera menyedari bahawa mereka tidak dapat berpaling dari kewajipan mereka untuk membantu. Misi mereka belum berakhir, bahkan, mereka baru saja menemukan satu lagi misi tidak terduga yang memerlukan kehadiran mereka.
Dengan pasukan ANBU yang siap bertindak, Kakashi memimpin usaha penyelamatan untuk menghadapi kesusahan omega yang tergeletak di tanah itu. Misi mereka telah berubah, dan ketidakpastian pun menghiasi langkah-langkah mereka dalam malam yang penuh bau busuk omega yang dipaksa.
Omega itu merasakan sentuhan lembut pada bahunya. Kakashi mencuba membantunya untuk berdiri, namun omega itu berkeras untuk tidak menerima pertolongan. "Jangan sentuh saya-" bisiknya dengan lemah, menyatakan keinginannya meskipun suaranya terdengar rapuh.
Kakashi menghentikan gerakannya, tetapi matanya yang tajam tetap memperhatikan omega yang hampir berderai. "Kami di sini untuk membantu," ujar Kakashi dengan suara tenang. "Kami akan membawa awak ke tempat yang selamat mungkin hospital."
Omega itu menggelengkan kepala, rambutnya yang kusut jatuh di sekitar wajahnya. "Saya tak boleh.. mempercayai siapa pun... terlebih lagi Alpha seperti awak," katanya dengan nada pahit. Tangannya yang gementar dalam menahan diri agar tidak bergetar lebih parah.
Namun, kelemahan fiziknya membuatnya sulit untuk menolak bantuan. Kakashi dengan lembut menawarkan dirinya sebagai tongkat meskipun omega itu berkeras untuk menolak, secara terpaksa Kakashi merangkulnya dengan hati-hati. Omega itu serta-merta merasakan kehangatan dan keamanan yang tidak terbayang dari seorang alpha, walaupun dirinya sendiri hancur kerana alpha.
"Percayalah," bisik Kakashi, cuba memberikan ketenangan pada omega yang lemah. "Kami di sini untuk membantu."
Omega itu akhirnya menyerah kepada kelelahan dan ketakutannya. Dalam pelukan Kakashi yang tegas, dia merasa seolah-olah ada tempat yang aman di dunia yang kasar ini. Mereka kemudian melanjutkan langkah mereka, membawa omega yang hilang kesedaran ke Hospital.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Omegaverse)
Fanfiction📑Ketika Kakashi pulang dari misi ANBUnya dia bertemu dengan omega yang ditimpa masalah. 👫Character hanya pinjaman dan sesungguhnya hak milik Masashi Kishimoto ⚠️Warning mengandungi unsur-unsur ShonenAi boylove bxb dan sewaktu dengannya. ❌Tak suk...