Kopi Apakah(Ini)?

24 4 2
                                    

Salju mulai turun ketika aku pergi keluar hari itu. Aku menyusuri jalan pembelah dua blok rumah yang berseberangan. Aku tidak tahu apakah ini masih pagi, sudah siang, sore, atau bahkan malam. Sulit buatku menentukan waktu. Sulit buatku menentukan di mana aku berada sekarang. Itu gara-gara kamu tidak lagi ada dan menjadi penuntunku. Yang kutahu, jalanan ini begitu gelap dan dingin.

Setidaknya sampai aku melihat pendar cahaya dari sebuah tempat. Aku tidak tahu apa itu. Mungkin sebuah tempat makan dengan konsep terbuka. Aku penasaran apakah kamu tahu apa namanya, tapi karena kamu tidak ada dan menulis surat tidak bakal sempat dan aku pun sudah tidak bakal menulis lagi, aku bertanya saja pada pria yang sedang menyeduh kopi.

"Ini warung," Ia berkata. 

Warung, pikirku. Entah dari mana asal kata itu, jelas bukan dari tempatku lahir. Suasananya begitu hangat meski berupa ruangan terbuka--padahal sedang hujan salju di luar sana! Aku duduk di salah satu bangku panjang kosong sebelum dihampiri seorang pelayan yang cantik. Dia bertanya kopi apa yang ingin kupesan. Aku kebingungan. Rupanya warung ini hanya menjual kopi. Apakah kamu suka kopi? Kopi apa yang bakal jadi preferensimu?

Kubilang, aku tidak tahu. Aku bahkan tidak suka kopi, tapi kubilang kalau kamu mungkin suka. Pelayan itu kebingungan. Dia menghampiri pria yang pertama kutemui yang kemudian melirik ke arahku. Dia mengedikkan bahu.

Biarkan saja. Kasih air putih.

Kemudian, si pelayan perempuan kembali ke hadapanku dengan segelas air. Warnanya bening. Kopi jenis apakah ini, aku tidak tahu. Kupikir kopi itu warnanya hitam sepekat rambutku. Yang jelas si pelayan tersenyum sopan dan mengangguk. Sopan sekali ….[]

Airu
9.37 pm

Agar Kamu Tahu Aku Belum Mati [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang