DREAM 07

121 21 20
                                    

_Kemari, akan ku perlihatkan sebuah luka dan rasakan sakit disetiap bagain cerita_∞•∞-Tujuh yang tak utuh-°•°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_Kemari, akan ku perlihatkan sebuah luka dan rasakan sakit disetiap bagain cerita_
∞•∞
-Tujuh yang tak utuh-
°•°

"Ini gimana cara makannya?"

Pertanyaan polos atau lebih tepatnya bodoh itu berasal dari Jendral. Pemuda ini sedang menatap heran mie ayam yang berada dihadapannya.

Sementara Langit. Dia membisu ditempat dengan tangan yang masih mengapung di udara.

"Jen ... jangan bercanda deh, gue udah laper. Serius," timpal Langit dengan nada suara lemah dan raut wajah melas.

Jendral lalu beralih menatap Langit dengan tampang polosnya. "Gue juga serius."

Langit mendengus kasar. Dia baru saja akan menuangkan saos kedalam mangkuk mie ayamnya. Tapi, Jendral dengan segala keajaibannya sudah membuat Langit putus asa.

Dia lalu mendelik tajam pada Jendral. "Ya kayak makan biasanya aja, bangsat! Masa gitu aja nggak tahu, sih?! Masukin ke mulut lo, kunyah terus lo telen! Udah masuk ke perut lo kan?!"

Langit sedikit mengeraskan suaranya. Urat malunya sudah terputus beberapa detik yang lalu. Langit hanya sudah sangat geram pada Jendral hingga tidak bisa lagi menahan emosinya.

Kali ini dia tidak peduli dengan tatapan orang yang sudah mengarah padanya. Rasa malunya sudah terkubur oleh kemarahannya.

"Ya gue juga tahu kalau itu mah anjing. Lo pikir gue bocah TK, hah? Dimana-mana juga makan itu lewat mulut yakali lewat hidung! Nih opet yang baru brojol aja, kalau mau nyusu yang dibuka itu mulutnya bukan hidung!" Jendral menyahut tak kalah sewot. Dia juga membalas tatapan Langit.

"Ya terus lo ngapain nanya, monyet!" erang Langit berapi-api. Napas pemuda ini sudah mulai memburu, terlihat dari dadanya yang naik turun.

Senja yang melihat itu hanya dapat menarik napas panjang. Dari tadi hanya itu yang dia lakukan dan sisanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja. "Bang udah dong, ribut terus dari tadi. Malu diliatin orang," keluhnya yang sudah merasa frustasi.

Dengan cepat Langit mengalihkan perhatiannya pada sang adik yang sedikit terhalang oleh tubuh besar Jendral.

"Lo juga harusnya bantuin gue. Diem aja lo. Lagian kalau dia nggak mancing gue terus, ya gue juga nggak bakal gini." Langit justru malah mengomel pada Senja.

Padahal niat adiknya sudah sangat baik ingin menghentikan keduanya, tapi nampaknya Langit sudah mulai sesat dan hilang kendali. Sementara Senja hanya memutar bola matanya malas, dia rasa percuma saja berbicara pada Langit yang sedang emosi seperti sekarang.

Sementara Jendral yang tepat berada ditengah-tengah kakak beradik ini hanya menghela napas pelan. Dia mulai memainkan mie dalam mangkuk itu dengan sumpit.

"Ya sorry, gue kan lupa, Lang. Makanya gue nanya, lo nya aja yang sensitif kek cewek PMS. Tinggal jawab doang susah banget. Kalau nggak mau jawab yaudah diem. Komen terus kek netizen," balas Jendral dengan meniru gaya bicara Langit diakhir kalimatnya.

In Your Dream [ DREAM STAR'S ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang