CH-9

562 24 2
                                    


Hari ini, kelas Kaza belajar olahraga. Semua siswa-siswi kelas Kaza sedang berada di lapangan. Materi untuk hari ini adalah lari jarak jauh. Tentu saja Kaza tidak akan ikut, ia akan mengerjakan tugas berupa rangkuman materi sebagai ganti tugasnya.

Saat ini, Kaza sedang duduk di kursi yang tersedia di pinggir lapangan. Ia hanya duduk sambil memperhatikan teman-teman sekelasnya yang sedang melakukan lari jarak jauh. Ia juga ingin seperti itu, namun ia cukup sadar diri akan kondisinya.

Di sampingnya terdapat sebuah botol minum untuk Rafka. Itu memang milik Kaza, namun ia sengaja membawanya untuk Rafka.

Sementara itu, di lorong kelas yang sepi, terlihat Nalan yang sedang berjalan sendirian. Ia sibuk meliarkan pandangan di sekitar lapangan sampai tidak sengaja menemukan seseorang yang ia kenali. Ia memilih berjalan mendekati orang yang tadi ia lihat.

Begitu sampai di belakang orang yang ia lihat tadi, ia menepuk bahunya dengan pelan guna memanggil. "Lo kok disini, kenapa enggak di kelas aja?" Nalan memilih duduk di samping Kaza yang merasa terkejut dengan kehadiran Nalan.

"Kaza malas kalau harus di kelas kak. Soalnya, nanti Kaza bakal sendirian kalau di kelas." Kaza kembali mengalihkan tatapannya ke arah lapangan untuk melihat Rafka yang sedang berlari.

Nalan mengikuti arah pandang Kaza, disana terlihat seluruh siswa kelas Kaza sedang berkumpul. "Mau ke kantin gak? Gue yang bayarin." Mendengar kata traktir, Kaza langsung mengalihkan tatapannya kepada Nalan.

Ekspresi langsung berubah cerah,namun dalam sekejap kembali suram saat teringat dengan kejadian di kantin waktu itu. Ia masih cukup takut dengan apa yang menimpanya pada hari itu.

"Ka-kaza disini aja kak. Nanti,Kaza sama bang Rafka bakal ke kantin kok." Kaza mencoba memberi alasan karena takut Nalan merasa tersinggung.

Nalan yang mendengar alasan Kaza hanya mengangguk. Ia mengerti, bahwa Kaza masih takut dengan kejadian waktu itu. Mungkin sebenarnya Kaza juga takut dengan dirinya, itu pikir Nalan. Namun, semua itu coba ia tepiskan dari pikirannya.

"Kalo gitu, gue ke kelas dulu ya." Nalan pamit setelah mengusap puncak kepala Kaza dengan gemas. Kaza yang di perlakukan seperti itu hanya tersenyum. Tanpa Kaza sadari bahwa Rafka sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya.

•••••••••••

Pulang sekolah Kaza dijemput oleh Abimanyu. Tentu saja Kaza senang luar biasa. Ia kira yang menjemput adalah ibu atau ayah.

"Mas Abi, ayo beli jajan dulu." Rengek Kaza.

Abimanyu yang sedang menaruh tas Kaza di kursi belakang hanya diam. Setelah berhasil menaruh tas Kaza, barulah ia menjawab ucapan sang adik.

"Kapan-kapan aja ya dek, kata ibu langsung pulang enggak boleh mampir." Abimanyu menyalakan mesin mobil setelah berucap demikian.

Kaza yang tidak diperbolehkan untuk membeli jajan memilih mengalihkan tatapannya ke luar jendela mobil untuk melihat jalanan yang ramai. Mob yang ditumpangi terasa hening karena Kaza yang malas bicara dengan mas nya.

Abimanyu tak ambil pusing dengan tingkah Kaza. Ia hanya menjalankan perintah ibunya. Perjalanan dari sekolah ke rumah terasa begitu lama karena keduanya yang saling diam.

Tak lama, mob yang dikendarai oleh Abimanyu sampai di pekarangan rumah andung. Abimanyu memarkirkan mobilnya di garasi. Ia turun terlebih dahulu dan berputar arah untuk membukakan adiknya pintu mobil. Ia juga membantu adiknya turun dari mobil.

"Ayo mas bantu dek." Abimanyu menggandeng tangan yang lebih kecil darinya untuk memasuki rumah andung.

Kaza yang digandeng hanya diam dan terus berjalan mengikuti mas nya. Ia masih kesal dengan mas Abi-nya. Padahal kan mas Abi jarang pulang.

Begitu sampai di dalam rumah, ternyata sudah ada andung, kakek dan Nindya. Namun ada yang aneh dari tatapan Nindya. Ibu dua anak itu seolah sedang menahan amarah. Abimanyu dan Kaza menyergit melihat sang ibu. Tidak biasanya ibu mereka menatap seperti itu.

"Adek ganti baju dulu ya, sama andung." Andung langsung menuntun Kaza menaiki anak tangga untuk membantunya mengganti baju.

"Andung, ibu kenapa? Kok matanya katak gitu." Andung hanya diam dan membuka pintu kamar milik Kaza. Ia tidak tahu harus bicara apa.

"Diaper Kaza sudah penuh belum ya? Kalo penuh, biar sekalian andung gantikan." Andung berusaha mengalihkan pembicaraan guna menghindari pertanyaan dari Kaza.

Kaza meraba celananya guna mencek apakah diapernya sudah penuh apa belum. Setelah dicek ternyata belum penuh. "Diaper Kaza belum penuh kok andung. Gantinya nanti saja."

"Ya sudah, kalau begitu sekarang ganti baju ya?" Andung mengambil pakaian milik Kaza di lemari yang menang tersedia di kamar tersebut.

Andung membawa pakaian santai. Kaos hitam berlengan pendek dan juga celana selutut berwarna senada. Andung juga membantu Kaza mengganti pakainnya. Ia tidak masalah dengan hal ini. Mereka semua menyayangi Kaza lebih dari apapun.

Setelah selesai berganti baju, Abduh mengajak Kaza untuk turun menemui ibu. " Ayo kita temui ibu dulu. Ada yang mau ditanyakan sama ibu." Lantas tanpa berlama-lama lagi, andung menuntun Kaza keluar dari kamar.

Keduanya menuruni tangga untuk turun kebawah. Dalam hati Kaza bertanya-tanya, apa sebenarnya yang ingin dibicarakan oleh Nindya. Apakah dirinya nakal atau berbuat kesalahan?

Melihat kehadiran Kaza dan andung, kakek segera menyuruh Kaza untuk mendekat. Kakek menyuruh Kaza untuk duduk di pangkuannya. Meskipun sudah tua, namun kakek masih memiliki badan yang tegap.

Nindya menghela napas guna menetralkan emosinya yang mungkin akan meledak kapan saja. Ia alihkan tatapannya kepada Kaza yang sedang duduk di pangkuan kakeknya.

"Ibu mau tanya sesuatu sama Kaza, tapi Kaza harus jawab jujur. Kaza tahu kan, kalo bohong itu dosa. Itu kotak bekal Kaza kenapa bisa hancur begitu?"

Setelah pertanyaan Nindya terlontar, suasana tiba-tiba hening. Kaza bingung harus menjawab apa, ia tidak mau berbohong namun juga tidak berani mengungkapkan yang sebenarnya.

Abimanyu, andung dan kakek hanya diam mendengarkan. Ketiganya tidak ingin ikut campur saat ini. Biarlah Kaza mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi.























Sorry for typo 🙏🏽

Maaf juga karena ceritanya singkat. Tapi emang udah enggak tahu mau nulis apalagi. Tapi aku juga harus terus melanjutkan cerita ini. Makanya kalo ada yang minat request alur alurnya, silahkan DM ya🙂

KAIVAN HARZA LEONARD (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang