Liana sedang duduk di tepi ranjang miliknya. Ia masih kepikiran dengan kalung yang dikenakan oleh Kaza. Kalung itu sangat persis dengan kalung milik anaknya yang sudah lama menghilang. Ada satu hal yang ingin ia tanyakan kepada Nalan, apakah ia sempat melihat sebuah tanda lahir atau tidak di tengkuk Kaza. Jika iya, mungkin mereka harus melakukan tes DNA. Namun, ia tidak bisa bertanya sekarang karena Nalan sedang sekolah.
"Aku harus mastiin sekarang."
Liana bangkit dan segera mengambil tas miliknya. Ia ingin bertemu dengan Kaza dan orang tuanya. Ia ingin memastikan hal yang sedari kemarin mengganjal di hatinya. Ia akan pergi menggunakan taksi online agar Nalan tidak tahu bahwa ia sedang pergi menuju tempat Kaza.
Setelah lima belas menit perjalanan menuju rumah sakit, akhirnya Liana sampai di rumah sakit tempat Kaza di rawat. Ia tidak bertanya kepada resepsionis lagi dan langsung menuju ruang rawat Kaza.
Namun, begitu sampai hal yang ia lihat tidak sesuai dengan yang ia inginkan. Ruang rawat itu sudah kosong tanpa seorang pun di dalamnya.
"Kok enggak ada ya?" Liana memutar langkah menuju meja resepsionis. Ia akan bertanya karena ia memang harus bertemu Kaza hari ini. Selain karena ada keperluan, Liana juga sudah merasa rindu dengan Kaza. Padahal mereka baru bertemu kemarin.
"Pasien atas nama Kaza kemana ya sus?" Liana bertanya begitu sampai di meja resepsionis. Ia hanya menyebutkan nama panggilan Kaza, karena ia tidak tahu nama panjang Kaza.
"Kaza? Mungkin maksud ibu Kaivan Harza Leonard ya?" Suster tersebut bertanya karena yang ia tahu anak bernama Kaza memang memiliki nama panjang Kaivan Harza Leonard.
"Ah, mungkin iya suster. Kalau boleh tahu, pasien kemana ya sus?" Liana bertanya setelah berpikir mungkin itu memang Kaza.
"Pasien sudah pulang Bu tadi malam."
"Boleh saya minta alamat rumahnya sus? Soalnya saya ada keperluan." Liana berdoa semoga suster itu mau memberikan alamat rumah Kaza.
"Boleh Bu, sebentar saya cek dulu." Suster tersebut melihat nama Kaza di dalam daftar pasien. Ia berani memberikan alamat itu karena memang diperbolehkan oleh Jackson.
"Ini Bu alamatnya." Suster memberikan secarik kertas berisikan alamat rumah Kaza. Liana menerimanya dengan senang hati.
"Terimakasih sus, saya permisi dulu."
Liana pamit pergi setelah mengucapkan terima kasih. Ia kembali mencari taksi, karena taksi yang tadi sudah pergi.Tak lama, Liana menaiki taksi yang kebetulan lewat. Ia segera memasuki taksi tersebut.
"Semoga ada hal baik yang akan terjadi." Liana menatap kertas pemberian suster dengan tatapan penuh harap.
•••••
Kaza sedang makan disuapi oleh Nindya sambil menonton kartun Spongebob kesukaannya. Anak itu sudah diperbolehkan pulang tadi malam karena kondisinya sudah membaik. Awalnya Jackson tidak setuju, namun ia mengalah begitu melihat sang anak yang selalu menangis meminta pulang.
"Ibu, Kaza udah kenyang. Enggak mau makan lagi." Anak itu segera menutup mulutnya menggunakan tangan. Kebiasaan Kaza sekali.
"Ini masih banyak lho nak. Kaza juga baru makan sedikit. Tambah lagi ya,ibu suapi?" Nindya kembali menyodorkan sesendok nasi, namun anak itu menggeleng. Ia tetap menutup mulut dengan tangan.
Nindya menghembuskan napas lelah. Ia sebenarnya mengantuk dan juga sedikit lelah karena merasa kurang tidur. Hal itu wajar, karena ia yang harus menjaga Kaza di rumah sakit.
"Ya udah, ibu taro ini di dapur dulu ya. Kaza jangan kemana-mana, oke?" Nindya bangkit setelah sang anak memberikan anggukan.
Kaza kembali fokus menonton setelah Nindya pergi. Anak itu memang sangat suka dengan kartun Spongebob.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAIVAN HARZA LEONARD (ON GOING)
NouvellesKaza merasa tidak ada yang kurang dalam hidupnya. Meskipun harus lahir dengan kondisi berbeda, namun ia punya keluarga yang menyayanginya. Namun, tidak ada yang tahu dengan takdir tuhan. Ia yang merasa sudah bahagia dengan keluarganya ternyata buka...