CH-21

367 20 3
                                    

Suasana kediaman Leonard mendadak sunyi saat sang kepala keluarga tiba. Kini, keluarga Vedrick dan Jackson sedang berada di ruang tamu. Namun, yang ada hanya keheningan.

Vedrick dan Liana bingung harus mulai dari mana. Sedangkan Nindya, ia rasanya ingin berlari menuju rumah mertuanya untuk merengkuh tubuh sang anak. Sampai kapanpun ia tidak akan rela jika anaknya dibawa oleh orang lain. Meskipun itu orang tua aslinya.

Drrrrttt

Ditengah-tengah keheningan yang melanda, ponsel Jackson tiba-tiba berdering. Ia melirik nama yang tertera, ternyata itu ibunya. Dengan segera ia angkat panggilan tersebut. Ia takut terjadi sesuatu dengan sang anak.

"Halo ma, ada apa-

"Ini Kaza nangis terus Jack, dia nyariin Nindya terus."

Belum sempat Jackson berbicara, sang ibu lebih dulu memotong pembicaraannya. Ia terdiam beberapa saat begitu mendengar ucapan sang ibu.

"Mama coba tenangin Kaza dulu ya, sebentar lagi aku jemput Kaza sama Nindya." Jackson berkata seperti itu karena ia melihat raut wajah Nindya yang seolah menanyakan ada apa.

"Jangan lama ya Jack,mama kasian sama anak kamu ini." Jackson menghela nafas mendengar ucapan sang ibu.

"Iya ma. Mama jaga Kaza dulu ya, sebelum aku datang." Tanpa mendengar balasan dari sang ibu, ia segera mematikan sambungan telepon. Ia tahu itu tidak sopan, tapi ia harus cepat menyelesaikan masalah yang terjadi agar bisa segera menjemput sang anak.

Vedrick dan Liana saling tatap. Kenapa nama Kaza di bawa-bawa? Lalu tadi apa katanya, mereka akan menjemput Kaza? Itu artinya sang anak tidak ada di rumah ini. Liana memberi lirikan kepada sang suami agar segera berbicara kepada Jackson.
Sedangkan Nalan, ia hanya menunggu agar orang tuanya segera membicarakan tujuan mereka datang kesini.

"Maaf sebelumnya Tuan Jackson, apa benar Kaza itu bukan anak kandung kalian?" Vedrick bertanya setelah mendapat lirikan dari sang istri.

Mendengar pertanyaan dari Vedrick, Jackson jelas terkejut. Namun, berbeda dengan Nindya yang kini sudah bersiap ingin menangis,kembali.

"Ah, itu memang benar. Tapi kenapa anda bertanya seperti itu tiba-tiba?" Jackson menjawab pertanyaan Vedrick dengan tenang. Bahkan tidak ada raut marah saat menjawab pertanyaan itu. Bukankah pertanyaan itu terdengar tidak sopan.

"Sebenarnya, kedatangan kami kesini bukan tanpa sebab. Kami ingin memberi tahukan ini kepada kalian." Vedrick menjeda ucapannya sebentar sebelum menatap wajah semua orang yang ada di ruangan tersebut.

Jackson menyergitkan dahinya karena tidak sabar mendengar kelanjutan dari ucapan Vedrick. Berbeda dengan Nindya yang sudah meremat kemeja Jackson hingga kusut.

"Kaza adalah anak kami yang hilang lima belas tahun lalu."

Jantung Jackson seakan berhenti begitu mendengar ucapan Vedrick. Apa katanya? Kaza adalah anaknya? Yang benar saja.

Ia tentu tidak akan percaya semudah itu. Namun, dengan cepat ia merubah ekspresi wajahnya yang semula tegang menjadi datar.

"Apa bukti bahwa Kaza adalah anak anda?" Jackson bertanya masih dengan raut datarnya.

"Kalung dan juga tanda lahir yang dimiliki Kaza sama persis seperti milik anak kami yang hilang lima belas tahun lalu." Bukan Vedrick yang menjawab, melainkan Liana yang kini sudah berderai air mata. Ia tatap Nindya yang sudah meneteskan air mata.

Tepat setelah ucapan itu terlontar, Nindya menangis dengan keras. Ia tumpahkan segala tangisnya di bahu Jackson. Ia tidak akan pernah bisa menerima semua hal ini.

"Saya tidak percaya jika hanya bukti itu yang anda miliki." Jdcskon masih berusaha mengelak fakta yang ada. Sungguh, rasanya ia ingin menangis saja mendengar semua fakta ini.

Vedrick mengulurkan sebuah amplop yang berisi surat tes DNA. Dengan tenang Jackson menerima uluran amplop tersebut. Dengan perlahan ia buka isi amplop tersebut.

"Kaza hiks a-anak kita Jack." Nindya dengan segera merobek surat tes DNA tersebut. Jackson sendiri masih membeku begitu membaca hasil tes DNA tersebut.

99,9% cocok.

Kalimat itu yang membuat ia membeku. Apakah benar jika Kaza itu anak keluarga Vedrick?

"Maaf jika saya lancang melakukan ini, tapi memang hanya itu pilihannya. Saya yakin anda dan keluarga anda tidak akan mengizinkan saya melakukan tes DNA kepada Kaza jika saya mengatakannya terlebih dahulu." Liana berjalan mendekati Nindya yang masih menangis di bahu Jackson.

"Nindya, izinkan saya dan keluarga saya bertemu dengan Kaza. Kaza juga anak saya. Saya mohon Nindya." Liana menggenggam tangan Nidnya. Ia bahkan berlutut di hadapan wanita tersebut. Namun, responnya hanyalah tangisan.

Nalan yang melihat sang ibu seperti itu segera menghampiri. Ia sakit melihat ibunya harus melakukan hal itu. Padahal hanyaningin bertemu dengan adiknya, tapi kenapa harus seperti itu.

"Tante, Nalan mohon ya, bolehin kita ketemu sama Kaza." Nalan kini ikut turun tangan membujuk Nidnya. Ia juga ingin segera bertemu dengan sang adik.

Jackson yang merasa hal ini harus segera diluruskan berdehem. Ia juga tidak tega dengan Liana yang jelas-jelas berstatus sebagai ibu kandung dari sang anak.

"Saya izinkan kalian bertemu dengan Kaza." Nindya segera mengangkat kepalanya yang semula tertunduk. Ia hendak melayangkan protes, namun segera dibeli gelengan oleh Jackson.

"Tapi saya juga mohon sama kalian, jangan pisahkan Kaza dari kami." Jackson jelas tidak akan bisa jika sang anak harus dipisahkan dari dirinya.

Lima belas tahun ia merawat sang anak, dan kini harus dipisahkan karena fakta yang ada. Sungguh Jackson tidak pernah membayangkan hari ini akan tiba.

"Kaza juga anak saya tuan Jackson. Bagaimanapun istri saya yang mengandung dan melahirkannya. Anda jelas tidak bisa melarang jika saya ingin membawa Kaza pergi." Vedrick jelas tidak terima dengan ucapan Jackson. Kaza juga anaknya dan Liana.

Nindya segera menghapus air matanya dan berdiri di hadapan Liana yang masih menangis di pelukan Nalan.

"Mbak, aku enggak akan pernah bisa kalau harus dipisahkan dari Kaza. Walaupun dia bukan anakku, tapi aku sayang sama dia seperti anak kandung ku." Nindya kembali menangis dengan tersedu. Membayangkan Kaza yang harus pergi dari hidupnya, ia tidak sanggup.

"Tapi kan Kaza ju-

Drrrtttt

-ucapan Liana terpotong oleh dering ponsel milik Jackson. Tertera nama sang ibu disana. Dengan segera Jackson menerima panggilan tersebut.

"................."

"Aku segera kesana ma, Mama bawa Kaza ke rumah sakit terdekat ya." Jackson segera mematikan sambungan telepon. Wajahnya kentara sekali sedang panik.

"Nin, kita harus ke rumah sakit sekarang. Kaza kejang lagi." Mendengar ucapan sang suami, Nindya segera berdiri. Ia cengkram pergelangan tangan Jackson dengan erat.

"Jack, Kaza kenapa lagi hiks?" Nindya kembali menumpahkan air matanya.

Sedangkan Vedrick,Liana dan Nalan jelas terkejut. Mengapa tiba-tiba Kaza mengalami kejang?

"Kami ikut." Tanpa menunggu persetujuan dari Jackson dan Nindya, Liana dan Vedrick berjalan menuju mobil mereka.

Nalan yang melihat orang tuanya sudah beranjak memilih mendekati Nindya dan Jackson.

"Ayo om Tante." Nalan menepuk bahu Jackson dengan pelan. Sedangkan Nindya, ia rnsgkul pundaknya.

Akhirnya mereka menuju rumah sakit bersama-sama.

•••••••

Maaf bnget alurnya ngawur, tapi aku udah kehabisan ide. Kalo enggak suka ya enggak papa, tapi kalo suka usahakan tinggalkan vote ya.




KAIVAN HARZA LEONARD (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang