41. MENGHANCURKAN DIRI SENDIRI

8 2 0
                                    

Aku menatap ragu ragu ke depan. Namun aku tak mau kembali ribut dengan mama papa hanya karena masalah ini.

Aku menghembuskan nafas dalam sembari menunggu langkah gadis itu mendekat.

Setelah dekat aku langsung menghadang jalannya membuat Chelsy berhenti tepat di depanku. Ia menatapku dengan tatapan bingung.

" Chel, Gu..... "

" Gue gak perlu penjelasan dalam bentuk apapun itu "

Kata gadis itu kemudian bergegas pergi. Aku menarik tangan Chelsy hingga tubuh itu menabrak tubuhku. Aku terkejut karena tak menyangka tindakan ku tadi membuat tubuh kami rapat.

Reflek aku melepaskan tarikan tanganku dan membuatnya hampir terjengkang semisal aku tak kembali menariknya agar gadis itu tak terjatuh.

Tatapan mata kami bertemu sesaat sebelum akhirnya ia membuang muka  dan melepaskan tanganku yang menahan tubuhnya dengan wajah merah padam.

" Gue minta maaf Chel, sebenarnya gue gak ada rasa apapun sama Cinta. Gue cuma sayang sama dia sebagai saudara "

Kataku dengan berat hati. Chelsy terlihat terdiam mematung.  Ada raut ketidak percayaan pada manik matanya.

Aku menatapnya intens mencoba menyembunyikan perasaanku yang sebenarnya. Ia terlihat tersenyum lebar.

" Cinta gak salah Chel. "

Gadis itu terdiam sedangkan aku beranjak meninggalkan gadis itu. Di tengah perjalanan aku bertemu dengan Cinta yang sedang jalan beriringan dengan Dista.

Ketika jarak kami hanya tersisa sejengkal aku mendekatkan bibirku pada telinganya.

" Gue lakuin ini semua buat lo "

Kataku kemudian bergegas kembali ke kelas. Tak lama penghuni kelas pun kembali ramai.

Cinta dan Chelsy terlihat kembali sangat akrab seolah tak pernah ada pertengkaran sebelumnya.  Melihat binar bahagia pada mata Cinta membuatku bernafas lega.

" Setidaknya lo bahagia Cin. Itu udah cukup buat gue "

Aku mengulum senyum melihat mereka yang kembali akrab. Waktu istirahat ke dua. Aku memutuskan untuk menyendiri di perpustakaan. Aku memilih salah satu buku untuk ku baca.

" Ka "

Aku malas menanggapi gadis di depan ku itu kalau saja aku tak mengingat binar bahagia Cinta kembali karena aku berbaik hati pada Chelsy.

" Hem "

" Aku mau pinjam buku puisi di sana. Tapi aku gak sampai.  Bisa minta tolong ambilin gak? "

" Anj*r. Dia pikir gue pustakawan apa!! "

Gerutuku dalam hati. Aku menatapnya tajam. Suara deheman dari seseorang membuat fokusku teralihkan.

Sebelum gadis di depan ku itu menoleh ke belakang dan melihat Cinta. Aku segera melangkahkan kakiku menuju rak yang tadi ia tunjuk.

Ia pun mengekor di belakang ku. Aku menghela nafas lega karena dengan begitu mereka tak akan kembali bertengkar. Jika itu terjadi aku tak tahu apa cara apalagi yang membuat mereka kembali akur.

" Mau buku yang mana? "

Tanyaku ketika kami sudah berdiri di depan rak yang tadi di tunjuk oleh Chelsy.

" Yang itu "

Aku mengangguk kemudian meraih buku itu dengan mudah kemudian menyerahkan buku itu padanya.

" Makasih "

Katanya dengan wajah yang memerah aku tersenyum kemudian berbalik ke arah pintu luar.

Aku melirik Cinta yang terlihat berdiri memojok di sudut ruangan. Kakiku baru tergerak untuk menghampirinya namun urung karena Dista datang lebih dulu.

bukan dia yang aku inginkan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang