27. VOTING

6 2 0
                                    

Hari ini aku sedikit bermalas-malasan untuk berangkat ke sekolah.

" Tumbenan dah pulang lagi "

Cetusku tatkala melihat Bang Rafka sudah duduk manis di meja makan. Ia sedang memakan sarapannya.

" Adek laknat emang lu! Abangnya pulang malah di usir "

Gerutunya kemudian. Aku ingin sekali menimpali ucapannya tapi dengan cepat mama menarik ku dan memaksaku duduk.

" Mama lagi pusing. Jangan bertengkar ya "

Aku pun mengangguk kemudian.

" Minum Paramex ma. Nih Abang bawa "

Sungguh Bang Rafka memang mau mendaftarkan telinga nya dini hari ini. Tentu saja mama yang geram langsung menarik gemas telinga Bang Rafka.

" Copot sekalian sayang "

Kata papa memprovokasi mama. Aku terkekeh geli melihat pertunjukan kecil pagi ini.

" Ampun mama ampun sakit ma....... Maafin Abang ma. Bang Rafka minta maaf. Aaaaa sakit maaaa "

Kami tertawa serentak termasuk mama. Kulihat ia kembali duduk di tempatnya.

" Pa, mama kenapa sih? "

Tanyaku berbisik apa gerangan yang membuat mama marah pagi pagi seperti ini.

" Gak tau paling masalah temen arisan. Biasa mama rempong "

Sepertinya pembicaraan kami yang lirih ini masih di tangkap oleh pendengaran mama.

" Bilang apa kamu!!! "

" Ah enggak mama sangat cantik "

Kata papa mengelak dengan santai. Seolah memang itu yang di katakan. Aku dan Bang Rafka saling tatap kemudian memakan makanan kami dengan lahap. Tanpa berbicara kami hanya memantau kedua pasutri yang memadu kasih di depan anaknya. Sungguh pemandangan yang membuat jiwa jomblo ku meronta-ronta.

" Ya udah Bang ma pa Raka berangkat dulu "

Kataku menyalimi keduanya.

" Gue ikut "

Seloroh Bang Rafka langsung berdiri dan langsung berjalan ke arahku setelah berpamitan dengan mama papa.

" Baru juga masuk Bang dah kabur aja"

" Gak tahan pa udah "

" Makanya Nikah "

Seloroh papa kemudian di barengi gelak tawa dari keduannya.

" Assalamualaikum "

Salam kami serentak kemudian menutup pelan pintu utama.

" Lo kesini jalan kaki Bang? "

Kataku penasaran karena aku tak melihat motor ataupun mobil milik Bang Rafka.

" Gue gak segila itu. Bisa putus nih kaki gue. "

" Mobil butut Lo itu mogok lagi "

Tanyaku kemudian masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi pengemudi. Ia ikut masuk ke dalam.

Ia sibuk mematikan AC dan membuka sedikit kaca mobil sebagai fertilasi udara.

" Sembarangan kalau ngomong "

Jawabnya setelah beberapa menit tadi terdiam.

" Kenapa sih Bang gak ganti mobil aja. Bukannya Lo udah kerja juga masih dapat uang saku tersendiri lagi dari papa "

" Bukan soal model, harga, dan kualitas ka. Tapi soal berharga nya barang itu "

" Gimana rasanya barang berharga lo gue hina butut gitu? Marah kan. Sama aku juga "

bukan dia yang aku inginkan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang