Pagi ini aku bangun pagi sekali. Rasa lelah ku mendekati Cinta tak pernah ada. Aku tersenyum mengingat sifat dinginnya Cinta.
"Lihat aja Cin, gue bakal dapetin lo."
Setelah subuh aku tidak kembali tidur kembali. Aku mempersiapkan semua kebutuhan ku untuk sekolah. Di jam enam kurang lima menit aku sudah terduduk di kursi meja makan.
"Tumben ma, anakmu ini rajin." kata papa yang baru keluar dari kamarnya.
"Pagi pa." sapaku cengengesan.
Mama menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikapku, meski begitu wanita paruh baya itu tetap menyiapkan sarapan pagi kami. Mama menyodorkan kotak bekal kepadaku.
"Gak sarapan dulu Raka?"
"Hem engga pa. Udah ya Raka mau berangkat. Assalamualaikum."
Pamit ku kemudian segera menuju mobil. Aku menyetir mobil dengan senyum yang tak pernah luntur. Sudah seperti orang gila. Atau emang aku sudah gila, entah lah. Aku memacu kendaraanku ke arah rumah Cinta. Em rasanya aku sangat merindukan gadis itu.
Tak butuh waktu lama, mobilku sudah terparkir di halaman yang tak Terlalu luas namun asri. Aku segera memencet bel rumah itu, tak berselang lama pintu pun terbuka. Menampilkan wajah Cinta, khas wajah orang bangun tidur.
Dia melotot melihatku. Aku ingin menyapanya sambil masuk ke rumah. Tapi dia membanting pintu itu tepat ketika wajah ku menengok ke isi rumah. Tidak dapat di hindari kepala ku terbentur kerasnya pintu dari kayu jati ini.
"Auw shhh!" ringisku kemudian pintu kembali terbuka. Tersembul lagi wajah Cinta.
"Aduh sakit ya Rak. Sorry gk sengaja gua kira hantu."
Aku memanfaatkan situasi ini. Aku berpura pura kesakitan di hadapan gadis itu.
"Aduh kepala gue sakit banget, kayanya mau pingsan deh."
"Sakit banget ya? coba gua lihat."
Cinta yang terlihat ketakutan itu segera mendekatiku, unruk melihat luka di keningku, gadi di depanku harus sedikit menjijit.
"Auw sakit." racauku kala tangan halusnya memegang benjolan di keningku.
"Bentar tunggu dulu. Biar gua obati lu."
Gadis itu dengan cepat melesat ke dalam rumah. Aku tersenyum melihat tingkahnya yang kalem itu. Tak beberapa lama dia muncul lagi dengan kotak p3k. Senyumku tambah melebar, kala ia mengobati keningku dengan talaten.
"Selesai." katanya sambil tersenyum. Manis juga senyumnya. Aku melihat manik mata Cinta dalam dalam.
"Siapa sih Cin?"
Suara itu menghancurkan segalanya. Cinta berdiri dari duduknya.
"Oh nih Raka mau jemput lu. Ya udah gue mau mandi." katanya enteng. Cinta segera memasuki rumah kembali. Tersisa aku dengan Chelsy di depan rumah ini.
"Ck, apaan sih. Kan gue mau jemput dia, kenapa malah jadi salah sasaran terus sih!"
"Ekhem, ayo berangkat ka." katanya membuyar kan lamunanku. Dengan gerakan malas, aku berdiri dari dudukku, kemudian berjalan menuju mobil, sedangkan Chelsy mengekor di belakangku.
"Duduk di depan"
Perintahku kala dia berjalan ke kursi belakang. Ia menurut sambil tersenyum lebar.
"Enak aja ni cewek, dia kira gue supir dia apa?!!"
"Raka, itu kepala mu kenapa?" Tanyanya padaku, entah cuma basa basi atau Emang gadis ini baru menyadari benjolan di keningku yang sudah tertutup oleh kain kasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
bukan dia yang aku inginkan [REVISI]
Teen FictionNamaku Raka, murid baru di SMA NUSABANGSA. Aku berpikir, menjadi murid pindahan akan menyenangkan, tidak ada yang mengenalku sebelumnya, hingga aku mudah berbaur, dan mungkin bisa dapat teman baru. Nyatanya aku masih sangat tidak mahir mencari tema...