(8) Regret

1.5K 170 0
                                    

Allen menutup dirinya dari pertemuan dengan orang hari ini, termasuk Rilianne. Ia mengurung dirinya di dalam kamar, meringkuk di sudut kamar tergelap. Kedua tangannya menutup mukanya yang tampak gelisah.

Karena ia telah membunuh Perdana Menteri Beelzenian.

Ia sangat merasa berdosa. Ia tahu sang Perdana Menteri memiliki seorang anak gadis yang masih membutuhkan perhatiannya. Ia tahu perasaan gadis bernama Germaine itu jika kehilangan seorang ayah.

Karena memang sejak dipisahkan dengan Rilianne, bisa dibilang Allen tidak memiliki ayah lagi.

Allen pun menatap kedua tangannya yang sudah terkotori oleh darah. Semua ia lakukan demi Rilianne, adik kecilnya yang manis. Adik kecilnya yang paling ia sayangi di dunia. Anggota keluarga satu-satunya. Allen tahu, apapun permintaan Rilianne, ia takkan sanggup menolaknya walaupun permintaannya adalah menggerakkan bulan.

Sekarang, baik Rilianne maupun Allen, telah menyeret Germaine dalam penderitaan yang sama dengan mereka; hidup tanpa orang tua.

♤♤♤

Setelah seharian mengurung diri, akhirnya Allen mau keluar kamarnya untuk makan malam.

"Allen..." Langkah Allen menuju ruang makan istana pun terhenti ketika mendengar Rilianne memanggilnya. Dengan gaun tidurnya yang berwarna kuning muda, Rilianne muncul di balik dinding lorong yang membelakangi Allen.

"Kenapa kau belum tidur, Rilianne?" tanya Allen perhatian. Ia tak ingin terlihat sedih ataupun dingin di depan Rilianne. Karena ia tahu sebagai kakak ia harus melindungi adiknya walaupun ia sendiri lemah.

"Biasanya kau yang menemaniku tidur. Tapi sekarang aku sedang tak bisa tidur." jawab Rilianne sedih. Ia mengikuti jalan Allen menuju ruang makan tanpa menyejajarkan langkahnya dengan Allen.

Allen mengambil sepotong roti lapis daging asap dan segelas susu hangat dari dapur, kemudian menghabiskannya sambil berjalan mengelilingi ruang makan dengan Rilianne yang mengekorinya.

"Allen, kau bisa memakan ayam kalkun panggang kalau kau mau..." kata Rilianne saat Allen sudah menghabiskan susunya dalam sekali teguk dan meletakkannya ke tempat piring kotor di dapur.

"Tidak apa-apa." jawab Allen pendek. Ia memang sudah terbiasa memakan makanan seadanya saat tinggal bersama ibunya.

"Temani aku tidur, Allen. Ya?" pinta Rilianne sambil memeluk Allen dari belakang. "Akhir-akhir ini aku suka mimpi buruk..."

Allen tak tega membiarkan adiknya ketakutan seperti itu. Karena itulah Allen pun mengiyakan dan mereka berdua masuk ke kamar Rilianne. Setelah Rilianne dalam posisi nyaman di tempat tidur, Allen duduk di samping kepala Rilianne dan menggenggam tangannya. Seperti yang biasa ia lakukan.

"Allen, kalau kau mencintai seseorang yang baru kau temui... Apa yang akan kau lakukan?" tanya Rilianne tiba-tiba, membuat Allen bingung seketika.

"Aku... aku tidak tahu..." jawab Allen menyesal. "Aku tak pernah mencintai seseorang. Apalagi yang baru kutemui."

Rilianne pun hanya diam mengerti, lalu mereka masuk ke dalam keheningan.

"Eh, tunggu. Apa kau sedang membicarakan Pangeran Kyle?"

Pipi Rilianne pun memerah seketika. Tanpa jawaban Rilianne, Allen pun sudah mengerti reaksi kembarannya itu.

Allen tak berniat membahas Kyle atau Perdana Menteri Beelzenian atau siapapun itu, karena itu Rilianne tidak mengajak Allen berbicara dan mulai memejamkan matanya.

♤♤♤

Maaf telat, soalnya author lagi dalam Masa Orientasi Siswa di sekolah ._.

July 8, 2015
Diedit kembali saat June 23, 2016

♡Thaniamelia

Servant of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang