(12) Another Parchment

1.2K 148 1
                                    

"Allen, kau dari mana saja?" tanya Rilianne sambil berkacak pinggang. Seluruh tubuhnya memang ditutupi oleh jubah hitam, namun bukan berarti Allen tak bisa melihat gerak-gerik saudarinya dalam kegelapan. "Dan ngomong-ngomong, dimana rompimu? Seingatku tadi kau menggunakan rompi."

Allen sedikit tergagap. Ia menyadari bahwa jubah hitamnya sedikit membuka celah dan menampakkan kemejanya yang tanpa rompi. "Ro... rompi? Tidak, mungkin kau salah ingat. Aku tak menggunakan rompi."

Rilianne merasa ada yang aneh dengan saudara kembarnya itu, namun ia tak mengambil pusing. Ia menggesekkan korek api ke sepotong papan kayu kering, membuat korek itu menyala. Rilianne mendekatkan api mungil itu tepat sejengkal di depan matanya, tersenyum. Ia sangat senang membayangkan bahwa sebentar lagi api kecil itu akan membesar dan membesar.

Rilianne melempar korek itu ke tempat yang terkena minyak tanah yang sebelumnya kusiram ke seluruh kota. Dengan cepat api membesar dan langsung mengelilingi kota hijau yang malang itu.

"Dengan begini, gadis itu akan menghilang untuk selamanya. Hahaha!"

Allen merinding mendengar perkataan Rilianne. Seakan-akan Rilianne hanya akan merampas nyawa seorang manusia dan bukan nyawa orang banyak.

Allen memejamkan matanya. Ia hanya bisa berharap agar Michaela baik-baik saja di dalam sumur tua itu.

♤♤♤

Dua hari berlalu sejak insiden itu. Allen ingin sekali mengunjungi Michaela hanya untuk mengecek keadaan gadis itu, namun ia tak bisa keluar istana tanpa alasan yang jelas kepada Rilianne. Menyelamatkan Michaela sudah merupakan kebohongan besar yang ia sembunyikan dari Rilianne, dan ia tak ingin membohongi saudarinya lebih dari itu.

Setelah menemani Rilianne menjalankan tugasnya, Allen ingin mengistirahatkan tubuhnya. Dengan langkah lemah, ia berjalan menuju kamarnya.

Di sepanjang koridor, Allen terus memikirkan Rilianne.

Bisa-bisanya saudarinya itu terlihat tak peduli setelah hasil dari yang ia lakukan telah menyebar ke seluruh penjuru negeri?

Allen menghela napas. Ia tak tahu harus bagaimana lagi.

Pintu kamarnya menderit saat Allen membukanya. Ia baru saja ingin menguap saat tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang ada di atas kasurnya.

Dengan pelan, Allen menutup pintu kamarnya dan menguncinya. Lalu ia melangkah mendekati kasurnya dan mengambil botol kaca kecil dengan gulungan perkamen di dalamnya.

Pesan dari Rilianne?

Penasaran, Allen membuka tutup botol itu dan mengeluarkan isinya. Hatinya berdebar kencang, padahal ia belum membuka isi surat itu.

Tolong bunuh gadis hijau bernama Michaela itu.

R

♤♤♤

October 21, 2015

♡Thaniamelia

Servant of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang