23. CEMBURU?

8.2K 192 8
                                    

Sebelum membaca, aku mau nanya dulu sama kalian. Sebenarnya, penilaian kalian dengan cerita ini berapa persen sih?

Kalau kurang, aku bisa revisi ulang😕

*
*
*

Jam istirahat telah tiba beberapa menit lalu. Kini, Keisya sedang mengutak-atiknya sandi lokernya hendak memasukkan buku catatannya didalam. Namun, berulang kali Keisya menekan sandi, tapi tak ada yang cocok. Ia mulai panik, apalagi buku tugasnya ada didalam.

"Apa aku lupa sandi? Ah gak mungkin." Keisya mencoba tenang, dan mengganti beberapa angka sandinya namun tak ada yang berhasil.

Padahal seingatnya, ia tak sekalipun mengganti sandinya sejak kelas satu. Sandinya tetap sama, tapi kenapa tidak cocok? Apa ada yang diam-diam tahu sandinya, lalu iseng menukarnya?

Beberapa murid yang melihat, hanya cekikikan geli. Mereka puas telah menukar sandi loker cewek itu.

Keisya dapat mendengar bisikan dan cercaan dari mulut mereka. Meskipun berbisik-bisik, tapi telinganya sehat untuk dapat mendengar itu. Keisya mencoba tuli, dan fokus menekan-nekan nomor secara acak untuk membuka lokernya.

Gimana ini ...

Gavin yang dari kejauhan melihat semua, langsung menyusul Keisya. "Kenapa, Kei?"

Keisya nyaris terjungkal gegara suara Gavin yang mengagetkan. "Loker aku gabisa dibuka."

"Lah, lupa sandi?"

"Bukan, kayaknya ada yang iseng ganti sandinya deh."

Gavin berdecak kesal. Laki-laki itu langsung mengambil batu besar, dan menggeser badan Keisya agar menjauh. Keisya terbelalak melihat batu yang dipegang cowok itu. Jika Gavin berniat membuka secara paksa lokernya, bisa-bisa lokernya rusak dan tidak bisa digunakan lagi.

"Vin, nanti ru–"

Tak!

Tak!

Gavin berupaya menjebol paksa lokernya. Semenit kemudian, pintu loker berhasil terbuka, dan terputus dari pengaitnya.

Gavin dan Keisya kompak menutup hidung. Aroma tidak sedap yang berasal dari nasi basi yang sengaja diletakkan seseorang diloker, menguar ke indera penciuman mereka. Buku-buku Keisya didalam juga basah, dan dicoret-coret dengan lontaran hinaan oleh tangan iseng.

"Kenapa bisa gini?"

Matanya berkaca-kaca menatap isi lokernya yang amburadul. Kerongkongannya tercekat, dadanya terasa bergemuruh, Keisya mendekat untuk mengambil buku tugasnya yang sudah basah. Gavin yang melihat itu, ikut tidak terima. Wajahnya berubah tak bersahabat, matanya mengincar satu-persatu murid yang memalingkan wajah begitu bersitatap dengannya. Gavin memaki mereka dalam hati.

Tanpa jijik sedikitpun, Gavin mengutip nasi basi itu. "Gue akan cari orangnya." Ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya keloker Keisya.

Keisya menunduk kelu, rasanya sangat menyesakkan. Ia meraba buku tugasnya, bahkan isinya sudah dicoret-coret seperti karya seni abstrak. Ms, Ulfa pasti akan marah jika ia tak mengumpulkan tugas.

DAMIAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang