Bab 4

93 17 0
                                    

Lisa berlari kearah telaga kecil yang berada tidak jauh dari rumah Jennie, ia membuka baju dan juga celananya yang hanya menyisakan pakaian dalamnya saja

“AYO!!” Teriak Lisa yang kini berlari menuju air telaga tersebut, Jennie memperhatikan dan ia terhenti di tepi telaga melihat Lisa yang sudah berada di tengah sana, Lisa berenang seolah ia tidak memikirkan Jennie yang memang trauma dengan air.

“Ayo Jen! Apa yang salah? Ini dangkal” teriak Lisa yang kini berdiri memperlihatkan air yang hanya sebatas pinggangnya. Jennie masih terdiam dan hanya melihat Lisa yang kembali berenang.

“Cara terbaik untuk mengatasi trauma adalah dengan menghadapinya”

Jennie berdecih dan terkekeh

“Aku serius” ucap Lisa

“Ya, benar” Jennie mengangguk

“Aku mendengarnya di TV dan segalanya mengatakan seperti itu, ayo Jennie” panggil Lisa lagi

Jennie perlahan mendekati air dan Lisa mencoba menyambutnya dengan melemparkan percikan air kearah Jennie “Hei!”

Lisa tertawa lalu ia kembali ke tengah telaga “Katakan, apakah itu menyegarkan?”

“Benarkah ini dangkal?” Jennie bertanya lagi

Lisa berdiri kembali dan kini air itu hanya sebatas pahanya karna posisi Lisa yang tidak terlalu jauh dari tepi

“Lihatlah”

Jennie menarik nafas dan menyodorkan tangannya kearah Lisa untuk membantunya masuk ke dalam air, dengan senang hati Lisa menyambut tangan Jennie dan menarik nya perlahan.

Jennie melangkah kecil dengan perasaan gugup, jantungnya sedikit berdebar tak tenang saat kakinya sudah menyentuh air

“Kau baik-baik saja?” Tanya Lisa.

“Ya, kurasa”

“Aku akan membantumu melewatinya”

Lisa mengenggam erat kedua tangan Jennie, menuntunnya menuju ke tengah telaga, napas Jennie kini berhembus dengan cepat saat air itu kini sudah melewati pahanya dan semakin naik ke atas pinggang.

“Baiklah kau siap?”

“Tidak” ucap Jennie dengan napas yang semakin berat

“Tiga.. dua.. “ Lisa membawa tubuh Jennie turun menyelam kedalam air namun seketika Jennie bangkit dan berteriak histeris, ia merangkak ke tepi telaga dengan tubuh yang bergetar hebat

“Jennie! Hei.. Hei..” Lisa menyusul Jennie ke tepi, lalu merangkul Jennie dan menempatkan tangan satunya di dada Jennie.

“oke, Bernafas lah denganku” ucap Lisa, Jennie seketika menuruti perintahnya

“Bernafas lalu keluarkan” Nafas Jennie kini sedikit menenang, lalu ia melihat sekitarnya seperti orang kebingungan.

“Hei Jennie?” Lisa menggenggam tangan Jennie dan menarik perlahan untuk masuk kedalam air lagi

“Terus menatapku, oke?” ucap Lisa dan Jennie mengangguk lalu mengenggam kedua tangan Lisa dengan erat menuju ke tengah telaga

“Baiklah, Tiga.. dua..”

Jennie terus menatap iris mata lisa yang berwana biru itu hingga lisa selesai menghitung lalu mereka menyelam bersama.

Jennie berhasil menyelam beberapa detik di dalam air tanpa rasa takut, membuat Lisa tersenyum senang, Jennie tersenyum dengan napasnya yang terengah-engah, Lisa menanggup kedua pipi Jennie dan menempelkan dahi mereka.

“Kamu berhasil”

Jennie tersenyum dan mengangguk.
Kini mereka saling bersenang-senang di dalam air, melemparkan percikan air satu sama lain dengan tawa bahagia yang tak kunjung henti. Jennie merasa tidak pernah sebahagia ini dalam hidupnya, dan juga ia tidak menyangka ternyata air tidaklah semenakutkan apa yang selalu ia bayangkan.


“Aku tidak benar-benar tahu bagaimana perasaanku saat ini” ucap Jennie yang duduk di tepi telaga sambil melihat senja di ujungnya.

Lisa menoleh, menopang kedua tangannya di atas lutut sambil membiarkan angin mengeringkan seluruh tubuhnya yang basah.

“Kamu membuatku berpikir, tentang semua yang di ajarkan oleh ibuku, tentang dunia yang kejam, tentang orang yang menjadi monster, adalah kebohongan” Jennie menoleh ke arah Lisa menatapnya dengan hangat dan bukan lagi tatapan kosong yang sering ia lakukan.

Lisa ikut menatap Jennie, mengagumi wajah Jennie yang di sinari warna jingga membuat hati Lisa menghangat seketika.

“Bagaimana kamu tahu, aku bukanlah monster?” Tanya Lisa

“Apakah kamu berpikir begitu?”

“Tapi tidak banyak orang seperti aku”

Jennie mendekatkan wajahnya ke arah Lisa, mengikis jarak satu sama lain membuat Lisa seketika menjadi gugup

“Karena monster hanya menyukai monster lainnya” bisik Jennie, lalu ia menyentuh hidung Lisa dengan hidungnya sendiri .

Lisa tersenyum, entah mengapa Jennie berhasil membuat Lisa merasakan sesuatu yang aneh dari dalam hatinya, sesuatu yang terus tumbuh lebih besar, Lisa yakin jika perasaannya ini tidak biasa, perasaan yang bisa di rasakan tidak dengan teman.


“Selamat datang!” Ucap Jennie yang menunjukan kamarnya kepada Lisa. Jennie menyalakan lampu di atas nakas dan Lisa langsung membaringkan tubuhnya di atas Kasur Jennie.

“Aku mempunyai sebuah puisi disini, ada di suatu tempat” Jennie membuka laci-laci di mejanya dan menemukan sebuah buku catatan kecil.

Jennie membuka buku tersebut dan Lisa mencari posisi ternyaman untuk mendengarkan.

“When Day are End karya Lesbia Harford” ucap Jennie yang membaca judul puisi tersebut.

“Saat hari berakhir, saya menaiki tangga, lepaskan gaun gelapku, menarik rambutku, membuka jendela saya dan lihat bintang-bintang.”

“Kemudian hatiku menerobos sel penjara ini, ruang kegelapan dan menemukan apa yang benar. Melewati bintang-bintang dimana aku mempunyai satu denganmu.” Jennie menutup buku dan bangkit untuk duduk di tepi kasurnya.

“Aku suka bagian itu, hati yang menerobos sel penjara” ucap Lisa, seketika hening dan hanya terdengar suara serangga yang berada di sekitar hutan.

“Apakah kamu merasakannya?” Tanya Lisa melepas hening

“Merasakan apa?”

“Hatimu”

Jennie menatap Lisa lalu mengangguk, kini Jennie mencoba untuk berbaring di samping Lisa, sontak membuat Lisa pun menggeser tubuhnya memberikan ruang untuk Jennie merebah. Lisa menopang kepalanya dengan satu tangan memandang Jennie kemudian menempatkan kepalanya di atas dada Jennie.

“Apakah kau bisa mendengarnya?” Tanya Jennie karna sekarang jantung Jennie berdetak dengan cepat.

“Ya”

“Apakah ini tidak apa-apa?” Jennie bingung dengan Jantungnya yang berdetak setiap ia di dekat Lisa.

“Ya”

“Tapi menurutku, ini telah rusak”

Lisa setengah bangkit dan memandang Jennie dengan lekat, namun Jennie memalingkan wajahnya dari Lisa.

“Apa semua traumamu membuatmu mati rasa?” Tanya Lisa.

“Aku tidak merasa mati rasa” Jennie menoleh dan kini ia ikut menatap Lisa dengan Lekat.

“Aku merasa lebih hidup dari yang pernah aku rasakan”

Lisa terdiam, namun tiba-tiba Jennie bangkit dari kasurnya

“Maaf seharusnya aku tidak mengatakan ini” ucap Jennie lalu seketika ingatan mengerikan itu kembali terlintas di dalam kepalanya, bayangan ibunya yang tenggelam di dasar air dan tidak bergerak, Jennie merasa bersalah karna dia berbicara seperti itu padahal ibunya sendiri menginginkan Jennie untuk mati bersama.

“Ibumu pasti menginginkan kau hidup dan bahagia” ucap Lisa

“Sebaiknya kamu pergi”

“Apa?

“Aku ingin kamu pergi”

“Jennie?” Lisa mencoba memegang tangan Jennie untuk membuat dia tenang, tapi Jennie menepisnya

“AKU BILANG PERGI!!” Jennie berteriak

“PERGI!!”

Lisa tersentak kemudian ia berlari keluar kamar Jennie.

“KELUAR!!”

Lisa membanting pintu dan keluar dari rumah Jennie dengan hati yang terasa sesak.

Jennie menarik sprei kasurnya dan melemparkan nya untuk meluapkan amarah, Jennie menangis histeris lalu ia mendekati ranjang sebelah tempat tidur ibunya, Jennie duduk di tepi lalu mengusap Kasur itu dan memeluk guling, Jennie merasa dadanya yang semakin sesak saat aroma ibunya masih tercium di sana, dia merindukannya.

Ibuku berkata akan tiba saatnya ketika kita harus pergi. Kami membicarakannya selama berbulan-bulan. Tentang bagaimana kita akan menjadi ringan lagi, tanpa rasa sakit.

Tetapi ketika saatnya tiba, aku tidak bisa melakukannya. Aku meninggalkannya tenggelam jauh dan lebih jauh dan terus menjauh.


Jennie kembali keranjangnya dan merenungi perbuatannya, ia menyesal telah meneriaki Lisa dan menyuruhnya untuk pergi, Jennie menoleh saat melihat anjing kesayangannya yang tiba-tiba menghampiri

“Kuma”

Anjing itu menaiki ranjang dan Jennie segera memeluknya.

Disisi lain Lisa mengayuh sepedahnya dengan isak tangis yang tak kunjung henti, ia tidak menyangka hatinya akan sesakit ini, Lisa hanya tidak mau Jennie terus menerus merasa sedih dan bersalah, Lisa hanya ingin membantunya keluar dari kegelapan dan memberi cahaya serta warna lain di dalam hidup Jennie. Kini Lisa menyadari bahwa Jennie sangatlah berarti untuk nya.

|

|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My First SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang