Bab 5

89 15 0
                                    

Lisa terbangun karna suara bising yang terdengar di luar kamarnya, Keributan itu hampir setiap hari ia rasakan tat kala ibu dan kekasihnya sedang bertengkar. Lisa menggeram, menutup wajahnya menggunakan bantal. Kebisingan itu seolah memperburuk saat Lisa juga memikirkan Jennie didalam kepalanya.

“Huh! Diam!!” Gumam Lisa.

Lisa menarik napas lalu berpikir bagaimana caranya supaya ia bisa keluar dari rumahnya saat ini, Lisa sudah tidak tahan dengan sikap ibunya yang selalu membuat ia frustasi.

Lisa berpikir, dan melihat beberapa poster artis terkenal yang ia pajang di seluruh dinding kamarnya. Lalu terlintas ide yang sangat bagus untuk dapat mengunjungi Jennie dan pergi dari rumahnya.

Lisa bangkit, mengambil ransel yang cukup besar, ia mencopot beberapa poster di dindingnya, membawa peralatan tulis seperti Lem, double tipe, gunting dan tak lupa ia memasukan Kamera Polaroid ke dalam tasnya. Lisa berganti pakaian, lalu seketika ia menunjukan jari tengah kearah pintu kamarnya dan keluar melalui jendela.


‘Creeekkk’ Suara pintu terbuka, membangunkan Jennie dan juga anjingnya yang langsung turun untuk memeriksa.

“Hey ada anjing disini” Suara seorang Pria tiba-tiba membuat Jennie terkejut dan bangkit dari tidurnya.

“Oh, siapa namamu kawan?” ucap pria itu lagi yang tak lain ialah Detektif John.

“Kuma, oh tidak” gumam Jennie pelan.

“Kuma?” ucap Detektif John yang memeriksa kalung di anjing itu sementara Detektif Brian memasuki rumah untuk memeriksa.

“Bagaimana ada anjing secantik ini di sini?” ucap Detektif John.

“Bawa dia kedalam mobil, saya akan memeriksa tempat ini sebentar” suruh Detektif Brian, Jennie mendengarkan lalu ia segera bersembunyi di bawah ranjang.

“Oke” ucap Detektif John.

Detektif Brian melangkah masuk ke ruang tamu dan mendekati rak yang penuh dengan buku, ia mengambil satu buku dan membaca judulnya

“Menyelam dalam kegelapan” Detektif Brian membawa buku itu ditangannya sambil terus menelusuri seisi rumah, hingga kini ia masuk ke dalam kamar Jennie, Jennie melihat kaki Detektif John yang terhenti cukup lama, ketakutannya semakin kuat, Jennie takut jika ia di temukan.

Detektif Brian mengambil buku catatan yang berada di atas nakas, itu buku puisi yang semalam Jennie tunjukan kepada Lisa. Jennie melihat dan ia pun segera menutup mulutnya agar napasnya tidak terdengar. Detektif Brian membuka buku catatan itu, lalu menaruhnya lagi di atas nakas.
Detektif Brian berbalik badan, lalu meninggalkan kamar Jennie membuat Jennie bernapas lega.

“Good boy!” ucap Detektif John saat memasukkan Kuma kedalam mobil lalu melihat Detektif Brian yang keluar rumah Jennie.

“Apa itu?” Tanya Detektif John

“Salah satu salinan bukunya yang ia tanda tangani”

“Untuk siapa?”

“Entahlah, kenapa dia menyimpan salinan bukunya yang di tandatangani sendiri?”

Jennie mendengar dan langsung keluar ranjangnya, ia tidak menyangka buku yang di baca Lisa waktu itu telah dibawa pergi oleh Detektif Brian.

“Sayangku, Jennie. Aku mencintaimu lebih dari siapapun. Kau adalah duniaku” Detektif Brian membaca pesan yang berada di buku tersebut.

“Siapa Jennie?” Tanya Detektif John.

“Ini akan menjadi petunjuk.”

“Jadi, mungkin kasus ini adalah kasus pembunuhan?”

“Kata tidak tahu, dan kita akan segera mengetahuinya”

Detektif Brian dan Detektif John masuk kedalam mobilnya.

“Wufft..Wufft..” suara Kuma mengonggong bertepatan dengan suara mobil yang melaju pergi dari sana. Jennie mendengar, dan menangis sambil memanggil satu-satunya teman di rumah itu yang telah di bawa pergi oleh kedua polisi tersebut.

“Kuma.. hiks.. hiks…”

Jennie perlahan keluar rumahnya, lalu memeriksa keadaan dan melihat mobil itu telah menjauhi pekarangannya, dengan linangan air mata Jennie memberikan reaksi kesal dan mengacungkan kedua jari tengahnya kearah mobil tersebut.


Diperjalanan, Lisa mengayuh sepedanya menuju rumah Jennie, dan ia melihat mobil kedua polisi tersebut yang memang baru saja dari sana, sontak membuat Lisa sedikit panik. Mobil itu berhenti tepat saat Lisa sudah di hadapannya. Detektif Brian membuka kaca mobilnya dan Lisa manuruni sepedahnya.

“Kau mau kemana?” Tanya Detektif Brian

“Hanya berjalan-jalan”

“Wufft…”

“Kuma?” ucap Lisa lalu menjatuhkan sepedahnya begitu saja

“Kau mengenal anjing ini?” ucap Detektif John

“Ya! Saya sedang mencarinya sepanjang pagi ini” ucap Lisa beralasan “Dimana kalian menemukannya?” sambung Lisa

“Di tempat Jennifer Valerie” tegas Detektif Brian

“Kau tahu apa yang dia lakukan disana?”

Lisa menggeleng dengan cepat, “Anjingku memang selalu pergi ke tempat aneh, aku sering menemukannya di sana”

“ini anjingmu? Tapi aku belum pernah melihat seekor anjing di rumahmu?” ucap Detektif John.

“Dia ada di dalam rumah, dia sangat pemalu”

Detektif Brian memandang Detektif John dan menyuruh nya untuk mengeluarkan Kuma dari mobilnya.

“Hei, Kuma…” Kuma manghampiri Lisa sambil mengoyang-goyangkan ekornya.

“Yeah, dia terlihat senang melihatmu, kamu harus menaruh alamat di kalungnya”

“Ya tentu, terima kasih karna menemukannya”

Detektif John mengangguk

“Baiklah, kita harus pergi!” ucap Detektif Brian, ia pun menyalakan lagi mobilnya.

“Hati-hati di jalan, dan jauhi rumah itu!” ucap Detektif Brian sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan Lisa

“Ya”

Lisa menunggu, sampai mobil kedua polisi itu benar-benar menjauh dan menghilang di persimpangan.

“Baiklah, ayo kita kembali ke ibumu! Dia pasti sangat ketakutan” ucap Lisa lalu mengambil sepedahnya dan mengayuhnya sementara Kuma berlari di belakangnya untuk mengikuti Lisa.
Dalam hening, Jennie terbaring menatap gelang biru yang ia pakai, entah mengapa dirinya kini sangat merindukan Lisa.


‘Creekk..’ Pintu kembali terbuka

“Jennie? Ini aku” Ucap Lisa, Jennie pun langsung bangkit dan menghampirinya. Dilihat Lisa yang berdiri bersama Kuma di hadapannya.

“Kuma!” Jennie berjongkok untuk memeluk anjing kesayangannya itu.

“Terima kasih” ucap Jennie

“Aku melihat polisi, mereka tidak akan kembali lagi” ucap Lisa, Jennie bangkit lalu langsung memeluk Lisa dengan erat

“Aku mohon jangan pergi lagi” ucap Jennie lirih

Lisa membalas pelukan Jennie tak kalah erat “Tidak akan”



Di tengah pekarangan Jennie duduk di atas kursi dengan meja yang sudah diberi serbet berwarna merah oleh Lisa, Lisa datang dengan dua cangkir kopi di tangannya lalu meletakannya di atas meja.

“Kopi” ucap Lisa

“Aku belum pernah mencobanya”

“Aku juga, tapi aku selalu ingin minum kopi hitam di pagi hari”

“Kamu tahu, suatu hari aku akan menjadi salah satu wanita yang duduk di teras belakangnya untuk membaca koran dan minum kopinya, lalu menghela napas dalam, merayakan semua pencapaiaan hidup” sambung Lisa

“Aku bisa membayangkannya, kau akan memakai gaun yang indah dan juga banyak perhiasan”

Lisa tertawa lalu mendekatkan kopinya ke arah Jennie

“Cheers, honey” Lisa menyatukan cangkirnya dan segera meminum kopi tersebut.

Seketika Jennie terbatuk dan Lisa memuntahkan lagi Kopi itu kedalam cangkirnya

“Ugh ini menjijikan” ucap Jennie

“Yeah! Itu sangat menjijikan!”

Jennie menuangkan air putih lalu meminumnya untuk menghilangkan rasa pahit yang ada dimulutnya

“AH aku tahu! Tunggu! Tunggu! Aku tahu cara memperbaikinya, Satu detik aku akan kembali” Lisa berlari meninggalkan Jennie untuk mengambil sesuatu.

“Aku tidak membawa gula jadi aku akan memberikanmu ini” ucap Lisa yang sudah kembali dengan setoples marshmallow.

“Apa itu?”

Lisa memberikan satu ke Jennie lalu Jennie langsung memakannya.

“Hemm.. Yumm…” gumam Jennie

“Ya”

“Ini lembut seperti awan”

“Awan?”

“Ya ini sangat lezat”

Jennie terus mengunyah membuat pipinya mengembang, membuat Lisa tersenyum gemash.

“Terima kasih, Lisa” Lisa mengangguk

“Aku sedang berpikir, apakah kita harus mendekor ulang kamarmu?” Tanya Lisa.

“Kenapa?”

“Aku hanya ingin kamarmu berwarna”

“Entahlah, rasanya aneh mengganti kamar kami dengan begitu cepat”

“kamar kami?”

“Ya, kamarku dan juga ibuku”

“oh” Lisa terdiam, Jennie melirik kearahnya.

“Jika aku ingin, bagaimana cara melakukannya?”

Lisa tersenyum dan mendekatkan wajahnya “itulah kamu harus bersyukur karna memiliki aku” Jennie tersenyum dan mengangguk.

|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


My First SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang