01. Neighbor

385 69 4
                                    


"Aku akan datang sepuluh menit lagi. Jadi selama sepuluh menit TOLONG JANGAN LAKUKAN APAPUN! AKU INGIN MEMBANTUMU!"

"Hei, Ning. Kau harus mengecilkan suaramu! Dan juga aku tidak akan mau beres beres barang barangku sendiri." Perempuan itu berucap dengan ekspresi wajah yang jengkel sembari membawa sekotak besar isi barang barangnya menuju apartemennya.

So Jennie, perempuan berusia 27 tahun itu baru saja pindah dari apartemen lama ke apartemen barunya. Perempuan itu sekarang tengah merasa jengkel karena orang orang yang ia sewa untuk mengangkat barangnya hanya meletakkan barang barangnya di lobby.
Alhasil ia harus mengangkat barang barangnya sendiri menuju lantai 8 dimana apartemennya berada.

"Ugh, orang orang sialan." Jennie mencibir kesal dan menghela nafas lelah, "Hei, Ning. Kau harus segera datang atau tak aku izinkan kau masuk apartemen baruku ini." Tukas Jennie melalui aerphone yang menempel di telinga kanannya.

"IYA IYA, SEBENTAR. AKU MATI KAN YA TELEPONNYA? BYE!"

Panggilan berakhir. Jennie menyimpan aerphone di dalam saku celananya dan membuka pintu apartemennya.

Setelah meletakkan satu kotak barangnya yang lain Jennie kembali keluar. Di luar, terjadi pertemuan tak terduga. Jennie bertemu dengan tetangga di depannya apartemennya.

"Eh, hallo! Aku peng...huni baru di sini." Sapaan Jennie memelan ketika perempuan itu melewatinya begitu saja. Ia bahkan seperti tak mengetahui keberadaan Jennie di dekatnya.

"Hei! Hallo!" Jennie memanggil tapi tak di hiraukan membuat ia mengejar perempuan itu dan menepuk pundaknya.

Perempuan itu tersentak dan segera berbalik. Ia meneguk salivanya susah payah melihat Jennie yang tersenyum padanya.

"Aku sudah menegurmu dari tadi. Maaf, mengganggu tapi aku cuman ingin memberitahu jika aku- hei, aku belum selesai bicara!" Jennie berteriak, ia kebingungan melihat perempuan itu berlari kelabakan seperti takut kepada Jennie.

"Apakah aku sangat kotor sekarang?" Jennie bergumam sembari berkaca melalui lift di hadapannya. Takut jika orang tersebut memandangnya seperti gelandangan, "Tidak, sepertinya aku masih bersih? Kenapa dia berlari menghindariku?"

Tak ingin mengambil pusing dan berfikir positif jika tetangganya itu pasti tengah dalam keadaan sibuk sekarang. Jennie pasti akan kembali menemui tetangganya sembari membawa kue beras nanti.

[I heard your voice]

Gi Manajer
online

Hubungi aku jika ada apa apa ya? Aku sudah meletakkan makanan di dalam kulkas. Kau bisa memanaskannya kan?

Aku akan pergi ke kantor cabang sebentar dan akan kembali secepatnya. Kali ini tolong makan makanannya(⁠〒⁠﹏⁠〒⁠)

Tatapan kosong dan sayu milik Rosé memandang pesan yang di kirim Giselle beberapa waktu lalu.

Ia meletakkan ponselnya dan turun dari ranjang. Ia membuka setengah tirainya memperlihatkan cuaca yang mendung. Sepertinya akan hujan.

Kembali menutup tirai kamarnya, Rosé mengambil pensil dan buku ukuran A5 miliknya lalu membuka pintu dengan perlahan. Mata kanannya melirik ke sana kemari memastikan jika Giselle tidak ada barulah ia keluar.

Rosé membuka kulkas dan mengeluarkan salah satu tempat makanan di dalam kulkas. Ia memandang tempat makanan tersebut sembari berfikir, "Rasanya malas sekali untuk memanaskan makanan ini."

Tangannya bergerak membuka tempat makanan tersebut dan membawanya ke atas meja makan. Rosé akan langsung memakannya sebab ia sudah lapar dan juga rasa malas lebih mendominasi untuk memanaskan makanan yang ia pegang sekarang.

Sembari makan, Rosé membuka buku ukuran A5-nya dan melihat ukiran ukiran gambar yang ia kerjakan selama 4 tahun belakangan ini.

Tangan kirinya mengambil pensil miliknya dan bergerak mengukir garis secara halus lalu berganti kasar lalu dari yang lurus menjadi melengkung.

Selain bakat bakat menawannya yang lain, Rosé pandai dalam menggambar dengan tangan kirinya yang lincah itu.

Jika saja ia tak terjun ke dunia permusikan dan memilih untuk melukis, mungkin perempuan itu juga akan tetap terkenal.

Saat sedang fokus menggambar, Rosé melirik smart watchnya yang tiba tiba bergetar.

Ia menghela nafas dan berdiri dari duduknya dan menuju pintu apartemennya.

Ia segera menekan angka angka yang tertera disana dan membuka pintu apartemennya.

"Hallo!"

Rosé tertegun, ia fikir Giselle ternyata tidak.

"Maaf aku mengganggumu, aku So Jennie. Seperti kataku tadi, aku baru pindah disini. Jadi supayah kita menjadi tetangga yang akur aku membawakan ini untukmu." Penjelasan So Jennie dengan senyum lebarnya membuat Rosé menjadi canggung dan grogi.

"Ini, terimalah." Jennie mengarahkan tangannya ke depan memberikan piring berisi kue beras itu.

Rosé tidak bergerak menerimanya, ia hanya melihat Jennie tanpa berbicara.

"Kau... Tak suka—" Jennie terdiam ketika Rosé menggerakkan tangannya, alih alih berbicara.

"M-maaf?"

"Aku tak bisa mendengarmu."

Jennie menelan salivanya susah payah melihat Rosé dengan ragu ragu menggerakkan jari jari tangannya. Perempuan itu berbicara menggunakan bahasa isyarat.

"Lupakan saja." Setelah memberikan bahasa isyarat terakhir dan berfikir jika Jennie pasti tak akan mengerti bahasanya, Rosé kembali ke dalam dan berencana menutup pintunya tapi dengan cegatan Jennie menahan pintu dengan tangan kirinya.

"T-tunggu!" Jennie meletakkan piring berisi kue beras itu di atas rak sepatu milik Rosé. Ia membasahi bibir bawahnya dan mengusap kedua tangannya, "Aku mengerti." Jennie berucap sembari ia gerakkan tangannya membuat pupil mata Rosé sedikit membesar.

"Aku mengerti apa yang kau katakan." Kembali Jennie jelaskan dengan bahasa isyarat agar Rosé memahami dan mengerti.

"Aku, So Jennie. Tetangga barumu. Aku kemari untuk memberikan kue beras ini kepadamu." Rosé terpaku, ia melihat bagaimana Jennie dengan lancarnya menggunakan bahasa isyaratnya.

Jennie menampilkan senyumnya dan bergerak mengambil kembali kue beras itu lalu memberikannya kepada Rosé, lebih jelasnya ia menarik tangan perempuan itu dan menyuruhnya memegang piring berisi kue beras itu.

"Aku harap kita akan menjadi tetangga yang akur." Jennie kembali bergerak menggunakan bahasa isyaratnya, sebelum ia pamit perempuan itu kembali tersenyum kepada Roséanne.

"Senang bertemu denganmu, tetanggaku."







[To be continued]

I heard your voiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang