RUANG KELOMPOK RAHASIA

714 47 0
                                    

RUANG KELOMPOK RAHASIA

Setelah membakar habis sebatang rokok, loncat di tempat sebanyak sepuluh kali dan peregangan badan untuk mengurangi kecemasannya, Namtan memutuskan untuk memasuki sekolah dengan bahu yang tegap. Ia taruh tasnya di ruang kelas.

Belajar dari pengalaman kemarin, kini Namtan hanya menyimpan dua batang rokok yang diselipkan dalam dompetnya. Satu untuk berangkat sekolah dan satu saat pulang sekolah saja. Sudah ia pastikan tidak akan ada lagi yang menemukan rokok dalam bentuk apa pun di dalam tasnya. Setidaknya sampai ia benar-benar hapal kondisi di sekolah barunya dan menemukan tempat merokok yang bagus. Ia juga harus hapal bagaimana pola berpikir orang-orang di sini.

Meski dua di antaranya sudah jelas sekali.

Namtan percaya bahwa penampilan fisik tidak bisa memaparkan bagaimana isi hati seseorang. Setidaknya dari dua siswi yang ia temui kemarin. Karena meski yang satu terlihat urakan dengan tindikan yang menumpuk di telinga dan rambut berwarna, namun ia bertindak sangat heroik. Sedang yang satu lagi, berpenampilan seperti siswi teladan, namun, ah, sudahlah.

"Namtan!"

Mendengar ada seseorang meneriaki namanya seperti habis kecopetan, Namtan cepat-cepat mencari arah suara yang memanggilnya. Namtan tak pernah tahu kalau dengan mudahnya Love dapat membuat senyum terkembang di wajahnya meski mereka baru bertemu 2 kali. Perempuan itu melambai-lambai dengan centil. Love berjalan dengan cepat menghampiri Namtan. Menyambut Namtan dengan senyumnya yang lebar.

"Jangan menyeringai. Kamu terlihat seperti manusia serigala dari film Twilight," komentar Namtan sambil cekikikan.

Bukannya berhenti Film malah tertawa bangga. "Baguslah. Aku memang tidak berminat menjadi tokoh vampirnya. Terlalu eksklufis seolah mereka itu luar biasa."

Namtan mengangkat alis.

"Ya... Memang luar biasa..."

Ya, manusia serigala cukup keren, bathinnya. Tapi, Namtan tidak melanjutkan pembicaraan itu. Karena ia lebih tertarik untuk mengetahui apa yang terjadi pada Love setelah gadis itu ditarik keluar dari kelas. Kata Film, Love baik-baik saja. Tapi, apa yang membuatnya tidak terlihat sampai sekolah usai?

Namtan ingin tahu, ia merasa bersalah karena tidak ada yang bisa ia lakukan untuk membantu, atau memperbaiki kesalahannya. Katakan saja kalau Namtan bersifat pengecut. Dirinya hanya tidak mau bersikap terlalu gegabah sampai ia benar-benar tahu bagaimana keadaan sekolah ini sebenarnya.

"Soal kemarin, bagaimana keadaanmu?" Namtan membuka pembicaraan. "Aku minta maaf. Kalau kamu harus pasang badan karena kesalahanku." Namtan meringis karena rasa tidak enak. "Apa yang bisa aku lakukan untuk membayar kesalahanku padamu?"

"Kesalahanmu? Kupikir menyimpan rokokmu di tasku adalah keputusanku." Love mengangkat bahu. "Kemarin bukan masalah besar. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Perempuan sombong itu, dia melihatku merokok di seberang sekolah, aku yakin sidak kemarin terjadi karena dia melaporkanku." Namtan tidak bermaksud mengadu. Ia hanya ingin teman barunya tahu apa yang benar-benar terjadi. Sehingga gadis itu tidak menyesal karena telah membantunya.

"Film? Sebenarnya aku agak ragu kalau dia yang melapor. Dia tidak biasanya melakukan itu." Love berbicara seolah pada dirinya sendiri.

Namtan menatap Love penuh perhatian. Jadi nenek sihir itu bernama Film.

Namtan tidak yakin kalau Love dan Film saling kenal atau berteman. Dari penampilan dan cara mereka berbicara, mereka seolah 2 perempuan yang tinggal di dunia yang berbeda. Tapi Namtan juga tak yakin Love mengatakan itu untuk menjaga nama baik Film di depannya.

JENGGALA (NAMTAN FILM) - GXG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang