Jangankan sampai kelas berakhir, sampai semua orang meninggalkan sekolah, Namtan tidak juga melihat Love kembali. Padahal ada banyak hal yang ingin ia katakan. Ia ingin minta maaf karena telah membuat Love dipanggil ke ruang konseling. Barangkali Love dihukum karena insiden rokok tadi.
Selain itu, Namtan juga ingin berterimakasih karena Love telah membantunya melewati hari pertamanya di sekolah baru tanpa masalah. Dan yang terakhir, Namtan menginginkan kotak rokok yang isinya masih penuh itu. Sebab ayahnya—Affandra hanya menjatah sekotak untuk tiga hari. Sekarang Namtan tidak akan berani minta lagi.
Sambil memasrahkan diri, Namtan melangkah keluar gerbang sekolah. Ia tendangi semua yang ada di depannya dengan hati yang gusar. Kasihan Love, besok mungkin gadis itu tak akan mau duduk di sebelahnya lagi.
"Hei, kamu!" panggil suara jahat itu dari pinggir tembok sekolah.
Namtan tersentak sambil mengangkat kepalanya. Dan ketika ia melihat perempuan berparas manis tapi judesnya luar biasa itu, ia mendecak risih.
"Apa maumu sekarang?" tanya Namtan dengan nada yang curiga.
Perempuan itu melempar kotak rokok yang Namtan yakini sebagai miliknya.
"Lain kali bawa secukupnya, jangan seperti anak sultan begitu."
Namtan menangkap benda itu lalu memasukkannya ke dalam kantong roknya cepat-cepat.
"Mana Love?"
"Sudah pulang. Ia tidak mau bertemu denganmu. Trauma." Pandang perempuan itu dengan mata yang tajam menyala.
"Aku tidak memintanya untuk melindungiku."
"Tentu saja. Kamu kan murid pindahan dari kota Purasabha. Seharusnya kamu tidak berlindung di belakang siswi dari kota kecil ini."
Tentu, semua ucapan perempuan itu membuat Namtan jadi gerah. Perutnya langsung gatal rasanya. "Apa sih salahku padamu? Kenapa kamu sepertinya sangat membenciku?"
Perempuan itu tersenyum tipis. Dengan matanya yang berujung runcing karena eyeliner ia memandang rendah pada Namtan.
"Itu yang ingin kucari tahu. Apa salahmu."
"Arrgh!" Namtan menggeram karena kesal. Ia tinggalkan nenek sihir itu dan segera berjalan pulang.
***
Matahari sudah turun ke belakang bangunan bertingkat kota Hari Ini ketika Namtan membalik-balik bukunya dengan gelisah. Semakin ia berusaha berkonsentrasi pada tiap kata, semakin banyak pikiran yang mengganggunya. Akhirnya, ada titik di mana dia menyerah dan meletakkan bacaannya di samping bantal. Ia merenggangkan badannya di atas tempat tidur di sebuah kamar kos yang disewa ayahnya untuk sementara.
Hanya sementara hingga Affandra mendapatkan kontrakan dengan harga yang cukup murah untuk ditinggali mereka berdua.
Meski siang sudah berlalu 5 jam yang lalu, Namtan baru punya suasana hati yang tepat untuk mengganti baju seragam sekolahnya dengan pakaian yang lebih nyaman. Pikirannya masih bercokol pada tingkah heroik yang dilakukan oleh perempuan bernama Love itu. Bagaimana dengan cepat gadis itu memindahkan rokok dari dalam tas Namtan dan mengakui benda itu sebagai miliknya, masih jadi pertanyaan.
Belum pernah sama sekali Namtan melihat seseorang melakukan hal seperti itu pada orang yang baru pertama kali ia temui. Malah ia belum pernah melihat yang begitu sama sekali. Mana ada orang yang mau dihukum atas kesalahan yang tidak ia buat?
Sayangnya, yang ditemui Namtan saat pulang sekolah bukanlah perempuan baik itu. Yang ditemuinya adalah si bawang merah. Perempuan antagonis dari jaman dongeng di masa kecilnya. Baru tahu Namtan kalau ada perempuan jahat yang mirip tokoh kakak tiri dalam sinetron-sinetron komersil lokal di dunia nyata. Ya ampun, alasannya untuk tidak menyukai kota Hari Ini sudah bertambah satu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENGGALA (NAMTAN FILM) - GXG (END)
Romansa18+ Setelah kematian Ibunya, seorng gadis remaja bernama Namtan dan ayahnya-Affandra memutuskan untuk pindah ke kota Hari Ini. Affandra dapat pekerjaan baru, dan kalau Namtan masih butuh uang untuk hidup, ia tidak boleh menolak untuk ikut. Ia juga t...