Cukup Menjadi Manusia

23 22 0
                                    


Bismillahirrahmanirrahim


Prangg!....
Merina membanting gelas yang ada di meja. Dia marah karena setelah bangun tidur langsung di hadiahi ceramah oleh kalisya.

Akhir-akhir ini Merina menang sangat berbeda, dia sangat mudah marah dan tersinggung. Entah apa yang telah merubah Merina yang dulunya seorang gadis pendiam menjadi gadis pemarah seperti ini.

"Merina! Lo gak perlu ngebanting gelas kayak gini! Gue cuman gak mau Lo berhubungan sama laki-laki kayak Verko" ucap kalisya bersungguh sungguh

"Lo gak perlu ikut campur kalisya! Kita cuman tinggal satu atap dan berasal dari daerah yang sama. Tapi bukan berarti Lo berhak mengatur hidup gue!"balas Merina bersungut-sungut, dia benar-benar seperti kerasukan setan, nafasnya memburu dan pandangannya begitu menusuk.

"Gue cuman..."Ucapan nya terpotong

"Gak perlu merasa kalo kita ini dekat kalisya. Lo harus ingat, gue gak pernah menganggap lo seorang teman. Bahkan, terkadang gue gak pernah menganggap kehadiran lo ada di sekitar gue. Jadi cukup untuk mencampuri hidup gue!" Tekannya

"Gue emang gak berharap di anggap teman sama lo, dan gue juga gak merasa kalo kita dekat. Gue cuman ngerasa punya tanggung jawab sama ibu lo, lagipula untuk saling mengingatkan gak perlu untuk menjadi teman dulu bukan?" Tanyanya tak ingin kalah dengan perkataan Merina

"Udahlah, lagi pula Verko gak seperti yang lo pikirin. Waktu itu dia cuman nganter Sena pulang aja!"

"Dari mana Lo tau kalau Verko cuman nganterin  Sena pulang? Apa mungkin emang bener kalo lo pergi ke club waktu itu?"tanya kalisya menaikan satu alisnya karena merasa ada yang janggal

"Jangan asal nuduh. Itu Verko sendiri yang ngasih tahu gue semalem"ucapnya sembari melengos pergi ke dalam kamar

-------

Hujan terus mengguyur kota. Sehabis pulang kuliah kalisya langsung berangkat bekerja ke cafe Anggel, saat di perjalanan ke cafe memang hujan sudah turun cukup deras. Pengunjung cafe tidak terlalu banyak hari ini, mungkin orang-orang lebih memilih untuk tetap berada di rumah dan bergelut dengan selimut nya masing-masing.

Kalisya menarik nafasnya gusar, dia teramat pusing dengan tugas kuliah yang semakin hari semakin bertambah. Memang di semester 5 ini kalisya sudah harus menentukan judul laporan untuk semester depan. Dia menutup laptopnya malas dan memilih untuk membereskan meja bekas pengunjung yang telah pulang.

Saat sedang mengelap meja, kalisya melihat ada seorang pria yang sedang berteduh di teras cafe. Dia seperti kedinginan tapi enggan masuk ke dalam cafe, mungkin dia tidak punya uang untuk masuk ke cafe, padahal hanya untuk duduk saja tidak perlu mengeluarkan uang.

Kalisya pun berniat untuk mengajak pria tersebut masuk ke dalam cafe, dia sangat tidak tega melihat orang lain kedinginan di musim hujan seperti ini. Apalagi dari penampilan laki-laki tersebut dia seperti seorang pelajar dan dia berdiam diri di luar cafe cukup lama.

"Permisi. Apakah anda ingin masuk? Sepertinya untuk menunggu hujan reda masih lama, lebih baik jika menunggu di dalam saja, saya akan memberikan teh hangat gratis untuk mu" tawar kalisya ramah

"Tentu"jawabnya

Kalisya pun tersenyum atas jawaban pria tersebut. Dia begitu putih dan tampan, matanya yang berwarna cokelat dapat membuat semua orang yang menatapnya merasakan ketenangan dan kenyamanan.

Setelah mempersilahkan duduk kalisya langsung membawakan teh hangat dan cake cokelat pada pria tersebut.

"Terimakasih"ungkap si pria tersebut

Dark University Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang