DR-01

6 2 1
                                    

Jangan lupa vote & follow ya🥰

Happy Reading guys

(⁠✿⁠ ⁠♡⁠‿⁠♡⁠ ✿)

Semilir angin mampu membuat tubuh laki-laki itu sedikit kedinginan, tapi tidak ia pedulikan. laki-laki itu terus memandang kedepan, melihat indahnya ciptaan tuhan. Langit di depannya terlihat jingga, mungkin karena matahari ingin berganti dengan bulan. kalau tidak salah orang mengatakannya dengan nama sunset.

Laki-laki itu sedang berada di atas rooftop rumah sakit. Ia bisa dengan jelas melihat kota Jakarta di atas rooftop ini.

“ Bang? “ panggil seorang perempuan yang baru saja naik ke atas rooftop, ia langsung duduk dekat laki-laki itu dan juga menggenggam tangannya.

“Hmm? ada apa” jawab laki-laki itu sambil memandang wajah perempuan itu sebentar, lalu kembali lagi memandang ke depan.

Perempuan itu lalu menyandarkan kepalanya ke atas pundak laki-laki itu, untuk mencari kehangatan, jujur saja di atas sini sangat dingin, sedingin hatinya saat ini.

“ Bang? Apa ayah tenang disana?” Tanya perempuan itu, terlihat kesedihan di raut wajahnya.

“ Abang yakin, ayah pasti tenang di sana?” jawab laki-laki itu.

“ Apa ayah bahagia bang?” Tanya perempuan itu lagi.

“ ayah pasti bahagia “ jawabnya lagi.

“ kenapa ayah tinggalin kita bang ? terus kalo ayah gak ada gimana kita bisa hidup?” Tanya perempuan itu sambil menangis. Kerena ia sudah tidak tahan lagi membendung air matanya.

“ shuttt..jangan menangis, kita bisa hidup kok..tenang ada abang di sini?”  ucap laki-laki itu tegar, walau hatinya juga sedih,tapi ia sembunyikan untuk meyakini adiknya.

“ Delima gak kuat bang kalo seperti ini? Kenapa takdir terus membuat kita menderita? Delima benci ini semua!!! Delima benci!!!hiks..hiks..” teriak perempuan itu sambil menangis.

Laki-laki itu ikut berdiri mengikuti adiknya, ia genggam tangan adiknya, lalu memberikan pelukan hangat. Berharap pelukan itu memberi kekuatan untuk adiknya. Walaupun sebenarnya ia juga rapuh.

“ Abang janji, gak akan tinggalin delima? Abang akan selalu jaga delima. Dan abang akan kerja .” ucap laki-laki itu kepada adiknya.

“Enggak bang biar delima aja yang kerja…delima mau berhenti sekolah aja!” jawab perempuan itu.

“Delima tetap harus sekolah, biar abang yang kerja dan biayain hidup kita. Delima harus dengerin kata abang.!”

“Tapi bang..? Delima gak mau abang berhenti kuliah?” jawab perempuan itu, kedua matanya sudah berkaca-kaca.

“ Kamu yang lebih penting sekarang, kalau delima gak mau lihat abang kecewa, maka buatlah abang bangga!!kamu harus sukses” kata laki-laki itu.
Perempuan itu langsung memeluk laki-laki itu lagi.

“ Delima janji bang, delima akan buat abang dan ayah bangga” jawab perempuan itu lagi.

Tak tersa langit yang berwarna jingga tadi sudah berganti dengan langit hitam, terlihat taburan bintang yang mewarnai langit itu. Dan juga sebuah cahaya bulan.

Malam yang indah

“ ayo kita pulang?” ajak laki-laki itu kepada adiknya.

“ apa delima sanggup bang? Disana penuh kenangan tentang ayah?” jawab perempuan itu lagi.

Laki-laki itu tidak menjawab, ia hanya memandang wajah adiknya dengan sendu. Ucapan adiknya benar. apakah mereka sanggup datang kerumah, rumah disana penuh dengan kenangan, canda tawa, suka duka bersama ayah dan ibunya. Ibu..?

Hah, laki-laki itu tidak tau dimana keberadaan ibunya sekarang. Ibunya sudah hilang satu bulan ini. Bak di telan bumi. Yang dipikiran laki-laki itu, bahwa ibunya pergi pasti karena tidak kuat menjaga ayah yang sudah sakit keras, apalagi kondisi ekonomi mereka juga sangat susah, apalagi laki-laki itu mendengar gosip tentang ibunya, kalau ibunya itu ……?

Akhh..ibu macam apa itu!!

“bang?” panggil perempuan itu, karena melihat abangnya yang melamun. Tapi di ujung lamunanya terlihat guratan amarah,hingga membuat wajah abangnya merah. Karena itu ia memanggil abangnya.

“Hmm?” dehem  abangnya, wajahnya langsung normal kembali.

“kenapa?” tanyanya lagi dengan penasaran.

“tidak, ayo kita pulang? Dan abang yakin kita pasti bisa lewatin ini semua, dan abang gak akan pernah tinggalin delima” ucap laki-laki itu sambil tersenyum.

“ Promise?” Tanya perempuan itu lagi, sambil mengulurkan jari kelingkingnya.

“ Iam promise?” jawab laki-laki itu,dan memautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking adiknya.

Ada sedikit kelegaan dalam hati laki-laki itu, ketika melihat senyuman adiknya. Walaupun ia tau, jika senyuman itu hanyalah paksaan,untuk menyembunyikan sebuah kesedihan.

Merekapun turun melangkahi satu persatu anak tangga,untuk turun kelantai bawah. Sepertinya mereka lebih tertarik turun menggunakan tangga dari pada lift. Merkapun langsung menuju rumah kecil mereka, yang penuh akan jutaan kenangan.

🌼🌼🌼

RAYSZA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang