DR-02

5 1 0
                                    

Jangan lupa vote & follow🥰

Happy Reading guys

(⁠✿⁠ ⁠♡⁠‿⁠♡ ✿)

( Rays Pov)

Malam yang penuh suara bising, sangat berbeda jika berada di atas rooftop, disana penuh ketenangan.

Tapi dijalan raya ini ?

seperti suara tawuran saja bagi ku. Apalagi suara klakson telolet bis itu, rasanya ingin ku bakar saja.

Mengganggu sekali !!

Hah..bukan urusan ku. Masih ku genggam tangan perempuan di samping ku ini dengan erat. Rasanya takut sekali jika kehilangannya. Karena dialah harapanku satu-satunya.

Dan nama ku adalah Rays Ahmad, aku sering dipanggil dengan nama rays,umur ku 23 tahun dan dalam bahasa inggris rays itu artinya sinar.

Tapi …tidak sesinar hidup ku. Hidup ku kelam, hitam, penuh luka, duka, penuh air mata, kekecewaan, kegagalan dan juga kegelapa, tanpa cahaya. Sinar atau cahaya yang dikatakan itu tidak pernah ku rasakan dalam hidup ini.

Perempuan cantik di samping ku ini namanya Delima Putri. Umurnya 18 tahun,dia adik ku, sekarang ia sekolah di smk angkasa kelas 3.

Dan ayah ku? pasti kalian sudah tau, kalau beliau sudah meniggal, beliau meninggal tadi pagi kerana sakit keras. Dan kelian tau rasanya dunia runtuh, mendengar berita duka itu, mendengar bahwa orang yang kelian cintai dan sayangi telah pergi mendahului kita untuk selama-lamanya dan sekarang aku dan adik ku sudah menjadi anak yatim. Ya allah..beginikah rasanya kehilangan.

Kenapa takdir begitu mempermainkan hidup kami. Aku benci takdir ini ! Dan ibu?, kenapa ibu pergi ?, kenapa ibu tidak kembali?, Kemana ibu?, Apa yang ibu lakukan sekarang? Pertannyaan itu selalu berputar-putar di kepala ku. Akhh..rasanya pusing!! Dasar berengsek !!

“ ehh rays, delima udah pulang kalian berdua…sukur dehh? Bayar utang !! cepat!” kata ibu yang menggunakan baju daster warna coklat. Ternyata ibu mira? Tempat kami berutang sembako dan yang lainnya.

“ maaf bu mira, kami belum bisa bayar?” jawab ku seadanya.

“ kalo gak bisa bayar yahh..gak usah ngutang dong, dah tau miskin masih aja ngutang, kalo gak di utangin ibunya nangis-nangis malah..bikin malu!, ehh sekarang malah jadi cewek gak benar, jual diri lagi!!” ucap ibu mira pada ku dengan nada sinis.

“Bang??” ucap delima pelan sambil mengganggam tangan ku dengan erat. Kurasakan tangannya sedikit gemetar.

“Jaga ucapan ibu mira!! Ibu saya gak jual diri, ibu saya orang baik ! dan satu lagi saya pasti akan lunasi utang kedua orang tua saya.!” Jawabku kesal.

“ belagu lohh…mana bisa kelian bayar, utangnya 20 juta!, bisa kelian bayar dalam 3 hari? Hah..kalo enggak jual aja ginjal ayah kelian yang sudah mati itu!atau jual aja adik loh ini.? selesai kan?” ucap ibu mira seenak jidatnya.

“Bang ayo kita pergi?”  ajak delima pada ku, sungguh kali ini amarahku sudah sampai di ubun-ubun. Kuku-kuku ku seketika memutih,karena menahan kepalan tangan ku untuk tidak memukul. Bagaimanapun ibu mira adalah perempuan dan aku tidak bisa memukul perempuan.

“Berengsek!!! Jangan bawa-bawa almarhum ayah saya dan juga adik saya !” ucapku dan langsung pergi, ku tarik tangan delima agar tidak mendengar kata-kata ibu mira lagi, aku takut delima terpengaruh ucapan ibu mira.

“ Hehh…ingat yah, bayar utangnya!!” teriak ibu mira lagi. Tapi tidak ku perdulikan.

selalu saja begini! Kenapa hidup kami tidak pernah bahagia, baru saja kami kehilangan ayah tercinta kami, dan pulang sudah di caci maki dan di tagih utang, kenapa begini? Kenapa semua ini hanya terjadi kepada kami? Kenapa?. Ku hapus air mata ku yang ingin mengalir, aku tak ingin delima melihatnya, aku harus kuat! Harus kuat!!.

“Delima?? Maafkan abang yah?” ucap ku dengan raut wajah putus asa.

“ tak apa bang? Delima yakin kita pasti bisa lewatin ini semua?” jawab delima sambil tersenyum.

“Abang harus tersenyum dong…mulai sekarang kita harus kuat yah? Ayo mana senyumnya.?” Ucap delima lagi yang mampu membuat senyumku terbit seketika.

“Iya..mulai sekarang kita harus kuat, demi ayah!!” kata ku sambil mengangkat kepalan tangan ku keatas seperti peringatan kemerdekaan.

“demi ayah!!” teriak delima dan juga mengangkat kepalan tangannya ke atas.

Walaupun ayah sudah pergi, setidaknya masih ada delima dalam hidup ku. Mulai sekarang dia menjadi harapanku dan juga kesayanganku.
Aku dan delima melanjutkan perjalanan kami untuk menuju rumah, tinggal beberapa meter lagi kami akan sampai. Perjalanan dari rumah sakit ke rumah kami sekitar 20 menit, Jika menggunakan kendaraan.
Tapi karena kami jalan kaki jadi menghabiskan 1 jam. sengaja aku dan delima tidak menggunakan uang kami yang tinggal 50.000 ribu itu. Kami takut jika besok tidak bisa makan.

Akhirnya kami sampai di rumah kecil kami, dari ujung ini sudah terlihat, karena rumah kami memang yang paling beda, dan tidak bercahaya. Tidak ada satu penerang pun. Karena di sini harus menggunakan pulsa jika ingin lampu hidup, dan kami tidak memiliki biaya untuk itu.

“ Delima tunggu disini dulu, abang mau nyalain pelitannya dulu?” ucap ku pada delima. disini  hanya ada sedikit cahaya dari lampu-lampu tetangga, itupun sudah membuat ku merasa untung karena ada sedikit cahaya.

Pless..

Pelitanyapun hidup, rumah kami yang dari kayu itupun sedikit terlihat karena cahaya dari pelita ini.

‘Ceklek

ku buka pintu rumah kami dengan pelan.

“Delima ayo masuk?” ajak ku pada delima.

“ Iy..iya..bang?” jawab delima sambil menunduk. Ku lihat raut wajahnya sedih, sepertinya ia ingin menangis. Ku raih tangan kanannya.

“Delima..Rays ??” panggil seseorang dari luar.

DEG…DEG

Bohong jika aku mengaku tidak mengenal suara ini, Aku sangat mengenal suara ini…

Suara yang aku rindukan, suara yang beberapa minggu ini ingin ku dengar, tapi aku berusaha tidak memperdulikan.

“Ibu?” teriak delima yang langsung keluar dan memeluk ibu.

aku juga berbalik tapi hanya berdiri diam di tempat saja. Ku pandang wajah ibu yang sedikit keriput itu, dan kulihat juga pakaiannya yang berubah drastis. Dari rambut ibu yang sengaja terurai, pakaian yang panjangnya hanya selutut dan sepatu hak tinggi yang mengkilat merah. Huhh…aku sudah tak tahan lagi! Aku muak pura-pura tidak tahu, pura-pura buta dan tuli.

“Hiks..hiks..hiks.. ibu dari mana saja?” Tanya delima pelan.

“Maafkan ibu sayang?”ucap ibu sambil mencium dahi delima berkali-kali.dengan air mata yang juga mengalir.

“Ayah sudah pergi ibu? Hiks..ibu jangan pergi yahh?” ucap delima lagi di sela isaknya.

“ Ibu tau..sayang? ibu sedih mendengarnya?” ucap ibu pelan tapi masih ku dengar dan apa? Ibu tidak menjawab pertanyaan delima untuk tetap tinggal di sini. Hati ku rasanya mulai panas dan bumm...

“Bulshitt…!!! Cukup sandiwara anda, saya sudah muak!!” Ucap ku marah.

Ibu melepas pelukannya dengan delima, dan ingin menghampiri ku, tapi cepat ku cegah.

“jangan mendekati saya! Saya tidak sudi!!” kata ku dan mengalihkan pandangan ku kesamping kanan.

Dia menangis, aku tidak kuat melihatnya.ku rasa ibu terluka karena ucapan ku.

“Maafkan ibu nak..akan ibu jelaskan semuanya?”  kata ibu lirih.

“Menjelaskan apa? Menjelaskan bahwa ibu bersenang-senang selama ini? Bersenang-senang dengan pria hidung belang di luar sana.!!Hahh berengsek!!” jawab ku, sungguh rasanya amarah ku sudah tidak bisa ku bendung lagi sekarang.

“jaga ucapan mu rays, ibu tidak pernah melakukan hal kotor itu!!” jawab ibu sambil menangis.

Aku terkekeh dengan pembelaannya, benar-benar munafik!!

🌼🌼🌼

RAYSZA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang