04. Bayangan Kedua

17 3 1
                                    

╔═*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

╔═*.·:·.✧ ✦ ✧.·:·.*═╗
04
╚═══════════╝
•ᴡᴇʟᴄᴏᴍᴇ ʀᴇᴀᴅᴇʀꜱ•
♕ ɪ ʜᴏᴘᴇ ʏᴏᴜ ᴀʀᴇ ʀᴇᴀᴅʏ ꜰᴏʀ ᴍʏ ᴡᴏʀʟᴅ♕
🌹


Seorang pemuda dengan setelan emas basah kini tertatih berjalan diantara rimbunnya hutan, tangannya memegangi perut yang melilit dengan mata sayu bercelak hitam menghias wajahnya. Mada baru saja mengalami pelarian diantara ombak yang menjulang tinggi. Malam itu bulan purnama bersinar penuh memancing laut untuk pasang lebih tinggi, tak luput angin musiman berhembus kencang. Keduanya berkolaborasi untuk menenggelamkan kapal nelayan yang Mada tunggangi seakan dirinya pendosa yang patut mati.

Fokusnya membaca arah angin akhirnya lepas, menyisakan sisa tenaga dan rasa panik menghadapi terjangan sendirian, matanya awas mencoba mencari daratan terdekat, walaupun hasil yang didapat nihil. Saat pagi menjelang, dirinya bangun diatas kapal yang masih terombang-ambing di lautan lepas. Berbekal bakat yang Mada miliki untuk menangkap ikan seadanya, dirinya lantas memakan ikan tangkapan tersebut mentah-mentah. Terpaksa.

Hari berganti hari, Mada mengayuh kapal kecilnya ke arah selatan dengan harapan menemukan sebuah daratan. Meskipun hawa dingin mulai menusuk melalui tulangnya yang rapuh, Mada tidak menghiraukan keadaanya. Hingga pada suatu hari dirinya menemukan sebuah daratan datar tak penghuni, tanpa pikir panjang pemuda itu menepi lantas pergi menyusuri.

Begitulah kilas balik singkat kenapa dirinya bisa sampai di hutan rimbun itu, pakaian kerajaan yang dikenakannya mulai terlihat lusuh, badannya yang beraroma amis lautan bercampur keringat tentu mengundang bau menyengat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitulah kilas balik singkat kenapa dirinya bisa sampai di hutan rimbun itu, pakaian kerajaan yang dikenakannya mulai terlihat lusuh, badannya yang beraroma amis lautan bercampur keringat tentu mengundang bau menyengat.

Sutttt!!!!

Sebuah anak panah meluncur cepat di depan matanya, lurus, runcing, dengan kayunya yang nampak asing, tidak pernah selama hidup Mada melihat ciri khas kayu seperti itu…

Mada menyipitkan matanya melihat sebuah asap aneh mengepul dari balik ekor anak panah tersebut, naluri penasaran Mada sebagai seorang manusia mulai tersulut, tangan kanan yang ia gunakan untuk bertatih kini lihai meraih anak panah asing lantas mencabutnya dari pohon.

Dilihatnya asap berwarna ungu anggur mulai menggelap lantas mengental membentuk gumpalan, tak berselang berapa menit gumpalan itu berkumpul menjadi suatu bentuk padat panjang, diikuti melelehnya kayu runcing yang dipegangnya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seutas FatamorganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang