Shevaya ni tipe-tipe anak rajin, perempuan itu bahkan sudah bangun sebelum ayam berkokok lantang.
Seperti sekarang ini, ia tengah berkutat dengan alat-alat dapur menemani seorang pria manis yang juga sibuk membuat sesuatu di penggorengan.
"Aya, coba dong cobain tumisan papa, udah pas belum rasanya," pria manis itu mengeluarkan suara selembut sutranya. Meminta penuh semangat.
Shevaya yang sedang menata piring dan beberapa alat makan lainnya dimeja, memberhentikan sementara aktivitasnya.
Mata teduhnya mengarah pada masakan sang–papa, harus semerbak dari tumisan berbahan dasar udang itu sangat terlihat mengunggah selera.
"Wii, enak tuh kayaknya," tukasnya.
"Jangan diliatin doang, ayo cobain. Papa udah buat penuh kasih sayang loh!" Beber papa Shevaya semangat.
Shevaya langsung mengambil sendok, dan mencicipi makanan yang papa nya buat. Heum!
Sebegitu masuknya kedalam mulut, Shevaya langsung merasakan sensasi nikmat tiada tara.
"Masakan papa ga pernah mengecewakan, enak banget!" Puji Shevaya memberikan kedua jempolnya, mantap. Dia tidak berbohong, karena memang masakan sang papa sangat pas di mulutnya ini.
Papa Shevaya tersenyum sumringah mendengar penuturan sang anak, pria itu jadi tidak sabar untuk melihat ekspresi sang istri!
"Kamu bisa aja. Yaudah mendingan sekarang kamu mandi dulu, papa mau bangunin mama. Abis itu baru kita makan bareng-bareng, oke?"
"Siap!" Shevaya melenggang pergi keatas, bersiap untuk mandi tentunya.
Tidak butuh waktu yang lama untuk Shevaya bersiap.
Tatapannya lurus pada cermin dihadapannya, baju putih abu-abu melekat apik ditubuh tinggi miliknya. Rambut panjang yang ia ikat menjadi satu, sungguh terlihat menawan!
Melirik sebentar jam yang ada di dinding, pukul 06.10.
Segera dia mengambil tas ransel yang berisikan buku-buku pelajaran, juga sebuah almet biru kebanggaannya yang ia selampirkan pada bahu tegapnya.
"Pagi, ma, pa," sapa nya santai saat sudah sampai di meja makan.
Terlihat sudah ada mama dan papa yang duduk secara berdampingan..
"Pagi, sayang," jawab kedua orang tua itu serentak.
"Ayo makan dulu, Ya," ajak papa.
Shevaya mengangguk, mendudukkan tubuhnya.
"Kamu mau bawa motor, Shev?" Tanya mama menatap puteri tunggalnya.
Shevaya yang lagi mau buka ponsel miliknya pun terhenti sejenak, "iya kayaknya, biar gampang dibawa."
Mama Shevaya ber-oh ria, "bakal pulang kayak biasa? Atau kamu ada rapat OSIS?" Beruntun pernyataan.
Shevaya menjentikkan jarinya ke jidat, seolah berpikir, "oh iya aku lupa. Hari ini sih, mungkin aku bakal pulang agak telat, ma. Bakal ada rapat buat acara di bulan Desember besok," jelas Shevaya.
Mama mengangguk paham.
"Jangan terlalu di porsir, papa gamau ya kamu sakit," ingat sang papa.
Shevaya menghela napas, "namanya juga jadi bagian OSIS, pa. Pasti di porsir, tapi papa tenang aja, aku bakal jaga kesehatan kok," berusaha menjawab dengan baik dan benar. Ya biar papa nya itu ga khawatir.
Mau gimana juga ya masalahnya? Shevaya yang notabene nya jadi waketos juga lumayan besar tanggung jawabnya, otomatis kegiatannya juga jadi aksbuqj banget. Tapi dia berusaha buat ga terlalu capein dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Relationship
Teen FictionHarvi, pria yang keras kepala. Tidak mau kalah, tentu saja. Terlalu banyak masalah yang ia pendam, sampai menumbuhkan sifat tidak tau batasan. Juga tentang Shevaya, si wakil ketua osis yang banyak digemari oleh seluruh siswa maupun siswi karena sif...