Uiii, hai!
Sorry kalau ada typo yang nyempil, jempol suka kepeleset:v
Minat banget buat punya cowo manis terus kyutt kyutt gitu:((
Dahlah, gas baca aja!
💌
Panggil saja Harvi, cowo berbadan bongsor yang hidupnya udah kayak sampah berserakan.
Hari ini adalah hari pertama kepindahannya disekolah baru, sejujurnya, agak tanggung sih, udah kelas 11 soalnya.
Cowo berambut belah dua itu kini sedang berjalan beriringan dengan seorang perempuan cantik––iming-iming karena dirinya yang tidak sengaja ditabrak, dan untuk permintaan maaf ia minta diantarkan keruang guru.
Toh, dia kan baru, jadi tidak tahu menahu letak sekolahan ini. Daripada sesat dijalan, lebih baik bertanya 'kan?
"Oh iya, kamu pindahan dari mana?" Perempuan itu berbasa-basi. Setidaknya mengurangi kecanggungan antara keduanya.
Harvi menunduk sedikit guna melihat perempuan yang lebih kecil darinya, "Daza School."
-nama sekolahnya gue ngasal, gapapa ya wkwkwk. –Autla.
"Gatau ya? Yaudah gausah dipikirin," Harvi yang mengerti raut kebingungan perempuan itu pun berucap sedemikian.
Setelahnya, perbincangan selesai. Tidak ada yang mengeluarkan satu patah kata lagi. Harvi fokus mengikuti arah perempuan itu membawanya.
Sambil melihat-lihat isi yang ada di sekolahan besar ini, setiap sudut diisi berbagai macam ragam, seperti Mading yang diisi kata-kata, beberapa polaroid. Juga piala-piala diatas lemari kaca berjejer rapih.
"Masih jauh?" Harvi bertanya.
"Enggak kok," jawaban santai itu membuat Harvi kembali fokus.
"Nah udah sampai," hampir aja Harvi kejungkal pas perempuan itu memberhentikan langkahnya secara tiba-tiba.
Tapi kembali lagi merubah ekspresi menjadi datar.
Dia sampai didepan ruangan berpintu putih.
Cklek
Kenop pintu terbuka, menampilkan seorang pria setengah paruh baya.
Perempuan itu sontak membungkuk hormat.
"Selamat pagi, pak Oliver." Perempuan itu tersenyum, dan demi apapun, itu terlihat sangat cantik.
"Pagi, Zeyya. Oh tunggu---
Kamu Harvi?" Pria itu meluruskan pandangannya tepat pada Harvi. Harvi mengangguk, mengiyakan.
"Anak baru itu ya? Ganteng juga kamu, ya...,"
Harvi tersenyum mendengar pujian itu.
"––tapi masih gantengan saya sih, iya ga Ze?" Harvi udah nelen umpatannya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Relationship
Teen FictionHarvi, pria yang keras kepala. Tidak mau kalah, tentu saja. Terlalu banyak masalah yang ia pendam, sampai menumbuhkan sifat tidak tau batasan. Juga tentang Shevaya, si wakil ketua osis yang banyak digemari oleh seluruh siswa maupun siswi karena sif...