“Kamu itu amin-ku yang paling serius, Ka.”
***
Hidup Arka yang semula tenang, tiba-tiba berubah riuh. Semua bermula dari pertemuan tak disengaja di kantin Fakultas Teknik. Video call, pelototan tajam, juga tatapan penuh selidik dari sisi-sisi kantin yang membuat kepalanya penuh, nyaris meledak.
Kay—gadis aneh yang gila itu—menariknya pada masalah genting yang sinting. Kay dengan wajah ingin dikasihani itu, tanpa aba-aba membawa tangan bebasnya ke dalam genggaman erat. Gadis itu mengumumkan berita besar yang langsung menggemparkan seisi kantin; tak terkecuali si empunya tangan, yang sudah ingin mengamuk sejak tadi.
“Pa, Kay enggak mau dijodohin. Papa tenang aja karena Kay udah punya calon sendiri. Nih, dia sekarang ada di samping Kay.”
“APA??!! KAMU BARUSAN MENGATAKAN HAL BODOH APA, KAYESA SAFA AFSHIN??!”
Pemilik suara berat itu baru saja menusuk Arka dengan tatapan tajamnya. Tak lupa pula wajah merah padam yang sungguh demi apa sangat menakutkan.
Seketika Arka didera pusing berkilo-kilo ton. Dia ingin kabur saja. Namun, sebuah tangan tidak tahu diri masih betah mengungkung jarinya kuat-kuat. Seperti tidak ada keinginan Kay untuk melepas. Tidak tahu kalau nanti.
“Aku serius, Pa. Malam ini Kay akan membawanya ke rumah. Jadi, berhentilah menjodohkanku mulai sekarang. Kayak Kay enggak laku aja. Sudah, ya. Bye, Papa!”
Tut.
Arka sudah tidak tahan lagi. Kini dia yang menatap gadis itu tajam, siap melahapnya sampai ke sumsum tulang.
“Apa maksud kamu melakukan hal ini pada saya?”
“Kamu udah dengar sendiri, kan? Kamu calon suamiku, dan malam ini aku akan membawamu ke hadapan papaku.”
“APA??!! KAMU GILA??!”
Arka tahu mulai saat ini hidupnya tidak akan sama lagi. Dia benar-benar menyesal melangkahkan kakinya ke tempat ini jika tahu semuanya akan berakhir seperti ini.
— • —
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hai hai hai!
Happy reading, ya. Semoga suka. 🧡
YOU ARE READING
KISI: yang (pernah) sekuat karang
Spiritual"Yang bermain-main dengan hati itu ... kita. Manusia." _ _ _ _ Arkana dan Kayesa hanya dua orang asing. Tidak pernah berinteraksi, tetapi mendadak harus terikat satu sama lain. Bukan sekadar pertemuan, karena takdir menjadikan pelik keduanya. Si lel...