Sebuah cerita yang akan menjadi kenangan tersendiri bagi kita, biarkan kisah kita menjadi abadi di tiap bait cerita ini.
‼️Follow us on instagram‼️
@woluh.skaa
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bel sudah berbunyi, menyanyikan lagu Indonesia Raya baru saja selesai. Hari Sabtu pagi rutinitas sekolah kami mengadakan pembiasaan antara wali kelas dan murid. Kegiatan tersebut membahas urusan kelas dan lain-lain.
Pak Nusantara datang agak telat. Ketua kelas kami Arkan, langsung memberi salam pada Pak Nusantara. Kelas masih kondusif karena masih pagi.
"Sekolah akan mengadakan lustrum untuk memeriahkan acara ulang tahun sekolah. Ada beberapa serangkaian acara,"
Pak Nusantara mengambil kertas catatan, "salah satunya fashion show."
Deg, kami saling berpandangan. Diantara 32 siswa pasti ada yang harus dengan ikhlas menjadi peserta yang akan mewakili kelas kami. Tentu saja tidak ada yang unjuk diri.
"Mau ditunjuk atau ada yang mau angkat jari?" Tanya Pak Nusantara, serempak kami menjawab ditunjuk. Walau sebenarnya option itu sama sekali gak berguna, karena ujung-ujungnya menolak.
"Pak, mending yang jadi perwakilan Arkan aja." Dika menunjuk Arkan dan menunggu keputusan Pak Nusantara.
"Kok aku?" Arkan tampak keberatan dengan keputusan Dika.
"Kan ketua kelas." Ucap kami dengan kompak, Arkan hanya memasang muka kesu.
"Hmm, boleh. Yang cewek?" Pak Nusantara mensetujui Dika.
Arkan tampak keberatan langsung menentang Pak Nusantara, "kok aku pak, kan ada yang lain."
Pak Nusantara sudah mantap dengan pilihannya, saatnya untuk memilih pasangan perempuan.
"Adel pak." Celetuk Geta.
"Hush." Adel memukul pelan lengan Geta. Geta mengusap-usap tangannya yang dipukul Adel.
"Adel sama Arkan cocok pak." Tak kapok dengan pukulan Adel, Geta justru makin menjadi-jadi untuk memasangkan Arkan dan Adel.
"Iya pak, cocok." Tambah Rama. Yang lain ikut-ikutan mencocokan Arkan dan Adel. Keduanya menolak dengan malu-malu kucing.
"Nanti Pak Nusantara pikirkan lagi." Ucapnya sebagai akhiran. Jam pembiasaan telah habis, jam pertama dimulai.
Ini hari pertama olahraga dengan Pak Yanto. Yang dulu kelasnya Pak Yanto pasti tahu kalau awal ajaran baru ada yang namanya 'penyiksaan'.
Jujur saja itu melalahkan, tapi semuanya terbayarkan oleh minuman dingin yang kami beli di minimarket terdekat. Dengan Pak Yanto kami boleh pergi ke minimarket, tentu saja itu menjadi hal yang begitu menyenangkan.
Jam olahraga selesai, begitu bel berbunyi dan pelajaran selanjutnya dimulai, keringat kami bercucuran. Bulu kuduk kami naik merindik, aura kelas langsung berubah ketika sepatu milik guru yang kami sebut 'killer' menginjak lantai kelas.
"Assalamualaikum.wr.wb." Ia duduk di bangku guru, aura wajahnya sangatlah menegangkan. Nadanya dingin membunuh.
"Kita cocokan pekerjaan yang kemarin." Ucapnya seraya membagikan buku kami secara acak.
Kemarin tepatnya hari jumat dan hari pertama bertemu dengan Bu Wati, kami langsung di beri pekerjaan. Level kesulitannya buat kami unlimited soalnya kami belum diterangkan. Bayangkan saja, dia pikir mata pelajaran yang diajarnya mudah?
Ya mungkin untuk sebagian orang mudah.
Kami menerima buku teman kami masing-masing, Bu Wati dengan hafalan di luar kepalanya mulai menyebutkan angka-angka jawaban yang benar.
Sret
Banyak sekali coretan yang menandakan salah di buku kami. Result nilai kami adalah... Mungkin kalian menebak 60, atau mungkin 50, berapapun angka yang ada di ekspetasi kalian itu salah. Nilai kami rata-rata di bawah 50.
Ya.
Atau mungkin ada yang 0?
Bu Wati hanya menggeleng-gelengkan kepala. Takjub tak percaya, mungkin dalam benaknya 'ini beneran kelas H?' Kami beda dari angkatan dulu.
Bu Wati mengambil spidol dan menjelaskan langkah-langkah penyelesaian, dan ternyata tidak sesulit seperti yang kami bayangkan. Walau pas di praktekan lagi kami kesulitan mengerjakannya.
Sepanjang jam pelajaran kami bersitegang sampai-sampai kami lupa dengan lustrum nusantara.
Sepulang sekolah kami kumpul kelas sebentar buat merencanakan lustrum nusantara ini. Lustrum yang akan di gelar secara besar-besaran oleh sekolah kami sebagai peringatan ulang tahun ini mempunyai banyak serangkaian acara.
Awal mula yang kami ingin bahas adalah soal fashion show. Kami, ah enggak, lebih tepatnya Pak Nusantara sudah menunjuk dua siswa. Mimi dan Pipi, sebut begitu.
Tentu saja dari kedua pihak menolak mentah-mentah keputusan Pak Nusantara. Tapi kami sebagai tim sukses kapal AA alias Adel-Arkan, tentu saja mendukung keputusan Pak Nusantara.
"Wis, Adel ae ro Arkan wis cocok." Semunya memgangguk setuju dengan ucapan Geta.
"Couple goals." Tambah yang lain.
Tapi tetap saja mereka berdua kekeh tidak mau. Mereka berdua malah memilih yang lain. Tentu saja tidak ada yang mau. Hingga hasil dari rapat kelas yang sangat singkat dan tidak berbobot ini adalah Adel dan Arkan menjadi pasangan. Mau gak mau, harus.
"Alhamdulillah mau." Ucap walikelas kami dengan seutas senyuman. . . . . . . Jangan lupa vote itu aja si. Maap banget cuma dikit kata2nya, soalnya susah bikin kata-kata.
Maaf🙏🏻
eh iyaa, thor mau nanya sesuatu nih, kira2 readers ada lagu rekomendasi gitu buat nih cerita? komen aja😉👌🏻
atau thor minta pendapat aja, kalau ost nih cerita tuh 17 Tulus, kecuali kalau emang ada bab spesial, gimana?
plis bantuin thor☺️☺️☺️ initinya kalau ada lagu rekomendasi komen ya beb, muach💋