3 - Panggilan Telepon Video

248 12 3
                                    

Bian menepuk punggung lebar pria berusia matang bernama Arjuna itu.

"Halo mas Arjuna? Ngapain ya?" Tanya Bian polos

"Mau mijitin mama dek Bian" jawab Arjuna

"Oooo.. yaudah semangat ya mas Arjuna! Kasihan juga tuh mama Bian capek" respon Bian

"Iya" jawab Arjuna singkat lalu masuk kedalam kamar ibu Bian dan menutup pintu kamar tersebut.

"Oke, sekarang waktunya mandi terus belajar deh!" Monolog Bian

Bian pun beranjak dari depan pintu kamar ibunya lalu menuju ke kamarnya. Ia melepas kain-kain yang menutupi tubuhnya lalu mandi.

Saat mandi ia mendengar suara telepon genggam yang berdering..

Bian pun cepat-cepat menyelesaikan mandi-nya dan segera mengenakan pakaian. Setelah mengenakan pakaian, Bian membuka notifikasi yang ada pada ponselnya tersebut.

"Wahh mas Dani baru aja nelpon" monolog Bian

Bian pun mendial nomor telepon Dani untuk ia telpon balik.

"Haloo?? Mas Danii??" Tanya Bian

"Halo Bian, ini Dani. Kamu malam ini bisa diskusi bareng aku?" Tanya Dani

"Emmm.. bisa mas, diskusi apa ya??" Tanya Bian

"Diskusi masalah.. anu.. itu, tugas!" Jawab Dani

"Boleh mas.. tugas patologi anatomi itu ya?" Tanya Bian

"I-iya! Bener! Video call ya?" Ujar Dani lalu mengubah dari panggilan telepon biasa menjadi panggilan telepon video

"Haloo mas!!" Sapa Bian dengan hanya mengenakan kaos dalam yang lumayan tampak tembus pandang dan rambut yang agak basah pasca-mandi.

"Ha-haloo.." jawab Dani tanpa mengaktifkan kameranya

"Jadi mas, mau bahas yang mana?" Tanya Bian

"Aku ga paham yang skema nomor 1.4 .5 sampai 1.5.6 Bian" jawab Dani berbohong

Nyatanya pemahaman akan hal yang sedang Dani tanyakan baru saja adalah pemahaman yang sudah diluar kepala bagi Dani.

Namun ia gunakan kepolosan Bian yang dimana Bian memiliki bakat untuk menjelaskan, memaparkan dan mendeskripsikan sebuah materi. Untuk simpanan pribadi.

Dimana Dani akan meng-screen shot layar ponselnya. Ditambah saat ini Bian hanya mengenakan kaos dalam yang cukup tembus pandang.

Bian pun menjelaskan satu-persatu skema yang Dani minta penjelasannya. Namun Dani di seberang telepon tidak mendengarkan penjelasan dari Bian melainkan melihat wajah Bian, puting Bian yang berwarna pink pada kaos dalam Bian yang cukup tembus pandang..

"Jadi seperti itu mas.. paham?" Tanya Bian usai menerangkan materinya

"Emmhh.. pahamhh.. Biannh.." jawab Dani dengan suara terdengar lirih dan penuh napas panjang

"Mas Dani tidak apa-apaa??" Tanya Bian

Tiba-tiba Dani mengakhiri panggilan telepon video secara sepihak. Bian pun mencoba menghubungi Dani, namun nihil. Entah apa yang Dani lakukan sekarang.

Setelah berdiskusi melalui panggilan telepon video, Bian berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum.

Saat melewati kamar ibunya, ia mendengar suara-suara lirih dari dalam kamar.

"Yahhh.. gosok terusshh.. emmhhh!! Arjunahh... Yahh!!!!" Terdengar seperti suara ibu Bian yang kesakitan

Karena Bian khawatir ibunya kenapa-kenapa, dan takut jika mas Arjuna memijat ibunya dengan kekuatan yang cukup keras. Akhirnya Bian pun mengetuk pintu kamar ibunya tersebut.

Tok tok tok!!

Tiba-tiba suara-suara tersebut hilang, karena semakin khawatir ibunya mungkin saja pingsan. Ia pun membuka pintu kamar ibunya.

"Lho mas Arjuna? Mama ngga kenapa-napa kan??" Tanya Bian

"Ng-ngga apa-apa dek Bian" jawab Arjuna

"Lho kok mas Arjuna ngga pakai bajunya? Kenapa sekarang ganti pakai sarung mas?" Tanya Bian menyadari bahwasanya pria bertubuh tinggi kekar tersebut tidak mengenakan atasannya dan yang awalnya Arjuna mengenakan celana pendek, sekarang hanya mengenakan sarung.

"Emmm.. iya dek Bian, agak panas di ruangan ini.. jadi mas Arjuna lepas kaosnya" jawab Arjuna

"Ooo.. mama ngga kenapa-napa kan? Mas Arjuna ngga mijitin-nya keras-keras kan ma?" Tanya Bian pada ibunya yang hanya tertutup selimut dan hanya kepalanya saja yang tidak tertutupi

"Iya ngga apa-apa kok nak, mama baik-baik aja.." jawab ibu Bian

"Baiklah kalau begitu, mas Arjuna jangan mijitin keras-keras ya mas.. kasihan mama. Yaudah ma, mas Arjuna, Bian mau ke dapur duluu" ujar Bian pamit lalu keluar dari kamar ibunya itu.

Bian pun menutup pintu kamar ibunya dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Bian masih penasaran, mengapa Dani tiba-tiba memutuskan panggilan telepon video secara sepihak?

Apakah Dani marah dan tidak paham akan penjelasan dari Bian? Apakah Bian tidak merespon Dani selama dalam panggilan telepon?

Pikiran itu memenuhi benak Bian. Karena teman sekelasnya siapa lagi yang ambis seperti Bian selain Dani?

Meskipun kadang-kadang Dani mengajak Bian ke perpustakaan untuk belajar bersama. Nyatanya 30% waktu mereka tidak dihabiskan full untuk belajar, namun 30% mengobrol-ngobrol.

Mungkin dari situlah semakin dekatnya Bian yang polos dengan seorang pria yang lebih tinggi 5 cm darinya bernama Dani.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teman Posesif yang TerobsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang