-Salma's point of view-
"Ron, bangun. Uda pagi. Katanya mau ke kantor." Aku menggoyang-goyangkan tubuh suamiku. Tapi sialnya Rony sama sekali tidak terusik. Berkali-kali aku menggoyangkan badannya, tapi tetap saja hasilnya nihil.
"Ron, ini uda jam 7. Katanya jam 8 harus uda disana."
"Ck! Yaudalah kalau nggak mau bangun. Masih banyak kerjaan daripada ngurusin kebo." Aku sangat kesal setiap kali membangunkan Rony. Memang sih, untuk kali ini, Rony sulit bangun karena semalam anak perempuan kami rewel sekali. Rony sampai tidak bisa tidur hingga jam 3 subuh. Belum lagi dia harus bangun kembali untuk sholat. Sedangkan aku yang sudah kelelahan menghadapi anakku seharian memilih untuk tidur duluan. Anakku itu demam, dan kalau sedang sakit maunya terus digendong.
Yasudahlah lebih baik aku kebawah dan mengerjakan pekerjaanku. Biarkan saja suamiku itu telat. Paling dia bakalan ngomong "kamu kenapa nggak bangunin aku sayang." Rasanya ingin menukar tambah suamiku itu. Sebenarnya ini weekend, tapi bekerja di dunia entertainment mana ada kata weekend. Liburnya nggak tentu. Apalagi sudah setahun ini kami mempunyai label rekaman -SR Music-. Jadi Rony semakin sibuk mengurus ini dan itu.
Daritadi aku nyerocos, sepertinya aku belum perkenalan ya? Oke, perkenalkan aku Salma Salsabil Aliyyah Putri Mandaya. Panjang sekali bukan? Apalagi setelah menikah dengan suamiku Rony Parulian Nainggolan yang notabanenya adalah suku Batak. Semakin panjanglah namaku karena sebelum menikah, aku dibelikan marga oleh keluarga Rony. Biasanya di sebut Mangain. Tradisi ini dilakukan pada calon pasangan non batak yang hendak menikah, agar marga Batak mereka tetap terjaga dan tak hilang.
Aku sebenarnya sampai saat ini belum tahu banyak mengenai budaya batak, tapi ya aku belajarlah sedikit-sedikit dari Rony biar nggak buta banget. Jadi Rony pun nggak malu kalau membawa aku ke acara keluarganya. Apalagi Rony sudah ikut kepercayaanku, jadi aku nggak mau keluarganya merasa bahwa aku hanya menginginkam Rony tanpa mau mempelajari adat istiadat mereka.
Aku menikah dengan Rony sudah 6 tahun dan dikaruniai sepasang anak. Kami menikah diusia yang terbilang muda. Target menikah di umurku yang ke 27 dan Rony ke 28, malah menikah diumurku yang ke 24 dan Rony 25. Terbilang muda nggak sih? Menurutku sih iya. Tapi apapun itu, intinya semua karena orang tuaku yang meminta kami untuk putus. Jadilah hubungan kami berujung kepernikahan.
Aku kenal dengan Rony karena sebuah ajang pencarian bakat menyanyi Indonesian Idol. Awal kedekatan kami karena kami dipasangkan menjadi rekan duet, dan mengakibatkan banyaknya fans yang menjodohkan kami. Saat itu kami tidak terlalu ambil pusing, karena memang Rony sudah dekat dengan salah satu finalis lain, begitupun dengan aku. Jadi kami anggap itu hanya untuk seru-seruan saja.
Tapi lama kelamaan, kedekatan kami malah menimbulkan perasaan yang lebih dari sekedar teman. Mungkin ini yang namanya cinta tumbuh karena terbiasa. Aku dan Rony terbiasa saling bercerita, membahas banyak hal, entah itu masalah kehidupan pribadi, tentang musik ataupun lainnya. Aku merasa nyambung tukar pikiran dengan Rony, sehingga banyak hal yang aku ceritakan tanpa sungkan.
Sampai akhirnya Rony menyatakan perasaannya padaku di malam Result&Reunion yang merupakan bagian acara dari ajang tersebut. Tapi saat itu aku tidak langsung menerimanya. Aku baru menerimanya di acara Mega Konser Kemenangan dengan usapan pada tangannya di akhir lagu sebagai pertanda bahwa aku menerimanya. Sialnya, aku dan Rony malah jadi salting didepan kamera. Aku sengaja memberikan jeda untuk menjawab, karena aku ingin melihat kesungguhan Rony. Aku takut jika dia hanya main-main dan masih berada di perasaannya yang lama.
Tidak ada yang tahu mengenai hubungan kami kecuali keluarga dan sahabat kami bernama Paul dan Nabila. Bahkan orang yang merasa dirinya adalah orang tua kami di kontes tersebut pun tidak mengetahui hal tersebut. Mereka malah mengiranya kami punya hubungan dengan orang yang dekat dengan kami sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot
Historia CortaBerisikan kumpulan cerita yang langsung tamat dengan alur yang berbeda-beda disetiap ceritanya. Warning: Cerita ini mengandung unsur dewasa. Bijaklah dalam memilih bacaan! [21+]