Tom berusia sembilan tahun ketika ia bertemu Harry untuk pertama kalinya. Harry saat itu baru saja menginjak usia enam tahun. Tubuhnya sangat kecil, pipi gempalnya berwarna merah cerah, dan matanya yang berwarna hijau selalu menggambarkan kepolosan yang meresahkan.
Tom ingin sekali melukai anak itu, menunjukkan padanya bahwa dunia mereka tidak seindah mata cantiknya, memperlihatkan padanya bahwa dunia mereka sangat berbahaya, sehingga warna merah tidak sekedar terlihat di pipi gemuknya, melainkan di seluruh wajahnya yang akan terluka. Tom ingin sekali membunuh anak itu agar ia tidak perlu memikirkan hal-hal aneh ini lagi di dalam kepalanya.
"Tom, anak ini akan tinggal di kamarmu." Kepala panti asuhan yang sering di panggil Nyonya Cole itu berkata padanya, mendorong tubuh kecil Harry agar segera masuk ke dalam kamarnya yang bersih.
"Tidak." Jawab Tom.
"Kamarmu punya dua ranjang, Tom." Wanita itu mendengus kesal.
"Tidak."
"Kau punya dua pilihan. Kau keluar dari kamar ini dan tidur di dalam gudang, atau membiarkan Harry tidur di samping ranjangmu." Kata wanita itu dengan alis menukik. "Aku tidak punya waktu, Tom."
Dengan kesadaran penuh, menyadari bahwa ia hanyalah seorang anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan, tentu saja Tom segera menggeser tubuhnya agar Harry bisa masuk ke dalam kamarnya. Meskipun Tom tidak takut dengan wanita itu, ia tahu bahwa wanita itulah yang memegang otoritas di panti asuhan, dan Tom tidak ingin membuat wanita itu marah, karena ia tidak ingin tidur di gudang selamanya.
"Jaga Harry baik-baik, Tom. Orangtuanya baru saja meninggal pagi tadi." Kata wanita itu dengan nada kasihan, melupakan fakta bahwa Tom bahkan tidak pernah melihat wajah kedua orang tuanya sendiri. "Jika kau berbuat masalah, aku akan mengurangi jatah makan siangmu." Wanita itu melirik Tom sekali lagi, kemudian pergi untuk mencari anak-anak nakal lain yang perlu diurus.
Sekarang hanya ada Tom dan Harry di dalam kamar. Tom menatap anak itu sejenak, memperhatikan bahwa Harry membawa tas besar yang berisi banyak pakaian dan beberapa buku.
"Dengar, jika kau ingin tinggal di sini, kau harus mendengarkanku. Kau tidak boleh menyentuh dan mengambil barang milikku, kau tidak boleh melakukan hal yang akan membuat kamar ini berantakan, dan kau tidak boleh berisik." Kata Tom sambil membuka isi tas Harry dan mengambil beberapa buku untuk dibacanya nanti.
"Itu milik-"
Kalimat Harry terputus ketika Tom menatapnya dengan tajam. "Kamar ini adalah milikku, jadi semua yang ada disini, termasuk buku-bukumu adalah milikku." Tom berhenti sejenak untuk meletakkan buku-buku itu ke atas mejanya yang tersusun rapi. "Kau mengerti?"
Harry menggigit bibir bawahnya, kemudian mengangguk dengan ragu-ragu. "O-oke."
"Bagus." Tom menyeringai.
.....
Tinggal sekamar dengan Harry ternyata tidak seburuk yang dipikirkan Tom. Anak itu tidak mendengkur ketika tidur, selalu merapikan tempat tidurnya ketika ia bangun, dan tidak pernah marah ketika Tom mengambil barang-barangnya.
Harry sepertinya juga selalu mengikuti Tom kemana-mana. Setiap kali mereka makan di ruang makan, Harry selalu duduk di sampingnya, membuat anak-anak lain merasa gelisah akan keselamatan Harry.
"Apa kau mau wortelku?" Bisik Harry malu-malu.
"Apa?" Tom terlihat bingung sejenak.
"Aku tidak suka wortel, tapi kau selalu makan wortel, jadi kupikir aku bisa memberimu wortelku." Harry menjelaskan sambil menundukkan kepalanya.
Tom menatap anak itu dengan aneh. Tetapi ia hanya mengangguk, membiarkan Harry meletakkan wortelnya di piring makan Tom. Tom tidak tahu apa yang terjadi, tetapi ia dapat melihat bahwa anak itu segera tersenyum kecil, membuat pipi Tom memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget Me || Tomarry/Drarry || ✔
FanfictionJauh di dalam lubuk hatinya, Tom berharap Harry tidak dapat melupakannya. __ Harry Potter © JK.Rowling