Chap 2

902 114 9
                                    

Setelah Tom lulus dari sekolah, ia memilih untuk tidak melanjutkan kuliahnya, tetapi ia memilih untuk mengikuti seminar dan kelas fotografi. Pada ulang tahunnya yang ke-18, Nyonya Cole mengizinkan Tom untuk tetap tinggal di panti asuhan, tetapi ia masih harus melakukan pekerjaan ekstra untuk mengangkat karung beras dan memperbaiki atap panti asuhan yang bocor.

"Aku punya hadiah untukmu, Tom." Kata Harry sambil menyerahkan sebuah kotak yang dihiasi kertas gambar anak anjing.

Tom mengambil kotak itu, kemudian membukanya dengan pelan-pelan, takut jika ia akan merusak hadiah Harry, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat isi kotak itu. "Ini kamera!" Tom berkata sambil mengangkat benda itu dengan hati-hati. "Harry, bagaimana kau bisa membeli ini?" Tanya Tom dengan khawatir. Ia takut jika Harry melakukan pekerjaan berat hanya untuk membelikannya sebuah kamera di hari ulang tahunnya.

"Tenang, Tom." Harry tertawa kecil. "Nyonya Cole memberiku uang setiap kali aku menjahit pakaian dan memasak untuk anak-anak yang lain. Aku tahu kau suka fotografi, jadi aku harap kau menyukai hadiahku."

Tom tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia merasakan dadanya agak sesak, bukan karena rasa sakit, melainkan sesak akan perasaan aneh yang selalu ia rasakan saat bersama Harry. Perasaan aneh yang selalu membuatnya tersenyum ketika tidak ada orang lain yang melihat.

Sejak kecil Tom tahu bahwa ia tidak diinginkan. Ibunya bunuh diri setelah melahirkannya. Ayahnya bahkan tidak diketahui keberadaannya. Nyonya Cole selalu berkata bahwa ia memiliki masalah kejiwaan, dan anak-anak lain selalu menjauhinya karena Tom selalu menakuti mereka. Tetapi Harry... Harry berbeda. Ia masuk ke dalam hati Tom dengan perlahan, memperbaiki jiwanya seperti Tuhan menciptakan Adam, dan kemudian mengajarkan Tom arti dicintai seperti bagaimana Adam mencintai Hawa.

"Tom, apakah kau menangis?" Harry bertanya dengan kaget.

"Tidak." Tom berkata sambil berpura-pura memperbaiki kamera barunya.

"Ya tuhan, kau menangis." Harry tertawa geli. "Kau berusia 18 tahun, Tom. Kau bukan bayi kecil lagi."

Tom menatap Harry dengan tajam, kemudian meraih tubuh remaja itu untuk duduk di pangkuannya. Harry berteriak kaget ketika Tom menggelitik tubuhnya. "Oke, aku akan berhenti mengejekmu." Kata Harry di sela-sela tawanya.

"Terima kasih, Harry." Kata Tom sambil meletakkan kepalanya di leher Harry. "Kau adalah hadiah terbaik yang pernah kumiliki."

"Tom..."

"Aku akan melakukan apa saja untukmu. Aku akan mencari rumah untuk kita tinggali bersama. Aku akan membelikanmu semua peralatan dapur terbaik karena aku tahu kau suka memasak. Dan aku akan membiarkanmu bernyanyi setiap malam meskipun terkadang suaramu menyakiti gendang telingaku."

"Itu sangat manis, Tom." Kata Harry dengan lembut, kemudian memukul dada Tom dengan sikunya. "Tetapi untuk bagian menyanyi itu membuatku sangat marah padamu, Tom."

Tom tertawa pelan, membiarkan Harry bangkit dari pangkuannya. "Aku ingin mencoba hadiah baruku, Harry." Ia mengambil kamera baru yang ada di sampingnya, mengarahkannya ke arah wajah Harry sehingga pipi remaja itu memerah seperti buah delima.

"Aku yakin Nyonya Cole bersedia jadi modelmu."

Tom menatap Harry dengan datar. "Ayolah, Harry. Aku ingin kau menjadi model pertamaku."

"Aku jelek, Tom."

Astaga, Tom baru menyadari bahwa Harry kecil-nya selalu tidak percaya diri dengan penampilannya. "Kau cantik, Harry. Kecantikanmu seperti dewi Aphrodite, dan ketika kau tersenyum, kau bahkan lebih bersinar dari dewa Apollo."

"Aku pikir kau harus berhenti membaca mitologi yunani, Tom." Kata Harry dengan sungguh-sungguh.

"Hanya jika kau mau menjadi model pertamaku." Tom berkata sambil mengatur tombol kamera barunya.

Forget Me || Tomarry/Drarry || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang