Bab III

312 40 5
                                    

Mendengar kabar bahwa calon tunangannya akan berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguknya, Haechan meminta bantuan dari asisten mamanya untuk membantunya merapikan penampilannya supaya terlihat lebih baik, tidak begitu menyedihkan. Meskipun sekarang dunianya sedang jungkir balik, dan sedang dalam kondisi bisa memperhatikan penampilan, tapi dia tak mau menunjukkan titik terendah dalam hidupnya itu kepada Mark, karena demi tuhan itu sangat konyol, namun bukan berarti dia harus memperlihatkan sangat jelaskan? Tentang menyedihkannya dia, apalagi dia di rawat bukan tanpa alasan, dia di rawat karena berusaha mengakhiri hidupnya karena frustasi video sex-nya tersebar dan viral di media sosial.

Sampai sekarang ia masih kesulitan menerima kenyataan tersebut, adakah hal lain yang lebih memalukan dari itu?

Haechan di sisir rambutnya dan di tata sedemikian rupa agar rapi, bahkan rambutnya sempat di catok terlebih dahulu. Rambutnya sangat wangi dan halus. Sangat sehat berkilau berbanding terbalik dengan wajahnya yang pucat.

Meskipun demikian, pucat itu sudah tertutup dengan riasan tipis yang membuat pipinya selidikit memiliki rona kemarahan dan bibir berwarna merah muda.

Haechan meminta dirinya terlihat cantik di depan tunangannya, tetapi tak ingin terlalu menonjol.

Sembari menunggu Mark datang, dia berbaring dengan buku berisi motivasi dari penulis terkenal yang kemungkinan bisa membangkitkan semangat hidupnya, dalam genggaman tangannya.

Tetapi, meskipun matanya tertuju pada tulisan di buku, pikirannya tidak tertuju kesana, ia memikirkan apa yang kira-kira  pertama Mark katakan untuknya nanti? 

"Nona ini sudah selesai, apa ada yang ingin di tambahkan?" Tanya orang yang baru saja selesai merapikan penampilannya.

"Sudah cukup, terimakasih ya" Jawab Haechan.

"Sama-sama nona" Orang itu mengangkat cermin rias berukuran sedang ke hadapan Haechan untuk menunjukkan hasilnya. Haechan tersenyum kecil dan mengangguk puas.

Orang itu kemudian menaruh kembali cerminnya dan membereskan alat rias yang di pakai. Haechan kemudian merebahkan tubuhnya, dengan buku yang dia letakan diatas dadanya.

Setelah orang yang sudah membantunya pamit Haechan tenggelam dalam kesunyian, dia ingin menjerit dan menghentakkan kakinya dengan kencang. Rasa malu itu tidak luput dan masih membayanginya. Video sex-nya.

"Ah, hal ini akan menggangu ku seumur hidup" lirih Haechan. Dia tau hal tersebut tidak akan pernah hilang selamanya dan akan melekat sampai mati, mempengaruhi masa depannya.

"Sepertinya aku harus segera konsul dengan psikolog atau psikiater untuk bertahan hidup"

"Atau aku akan tetap hidup namun gila" monolognya.

Haechan menghela nafasnya, dia sangat bosan, tidak tau harus melakukan apa untuk melewati waktu, dia sudah sangat bergantung dengan media sosial, walaupun dia tidak eksis, setidaknya dia aktif untuk sekedar menonton konten menarik disana, Sekarang dia sama sekali tidak di perbolehkan menyentuh gadget, setidaknya sampai skandalnya dan Jeno reda atau sudah terlupakan. Tetapi bukankah itu membutuhkan waktu yang sangat lama? Meskipun sudah berlalu juga sesekali akan tetap muncul kepermukaan.

Namun Haechan bisa apa? Dia hanya bisa pasrah.

Haechan bertanya -tanya bagaimana reaksi Jeno setelah video mereka tersebar? Terlebih bagaimana karier pria itu? Dia sedang naik daun dan di puncak popularitasnya, yaampun, seketika Haechan tak bisa menahan air matanya. Bagaimana dia akan mengatasinya? Apa tindakan yang pria itu ambil?

Kemarin-kemarin dia sangat menyalahkan pria itu atas kejadian naas yang menimpa mereka, tetapi kenapa dia jadi emosional? Dan menjadi sedih. Mengingat,Pria itu berjuang sangat keras untuk berada di posisi sekarang, namun semuanya hancur. Adakah harapan dia bisa di terima setelah skandal ini terjadi? Karier dan popularitasnua hancur sama seperti dirinya kan?

The Accident, I'ts About That Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang