Haechan harus merasa bersyukur karena apartemen sahabatnya itu benar-benar sepi. Dia tidak melihat siapapun kecuali petugas keamanan ketika berjalan menuju unit apartemennya. Tak bisa ia bayangkan, bagaimana jika ia berpas-pasan dengan banyak orang. Karena jujur, Haechan merasa begitu was-was. Dia berpikir bahwa semua orang sudah tahu dan telah menonton videonya bersama Jeno.
Di sebelahnya, Renjun setia menggandeng lengan Haechan. Seolah gadis itu akan lari begitu gandengan mereka terlepas. Haechan masih menangis tanpa suara, hanya sesekali nafasnya tersengal. Dia tidak lagi memperdulikan bagaimana penampilannya saat ini, tidak peduli ia berjalan masih menggunakan pakaian pilates nya yang begitu terbuka. Toh semua orang sudah melihat tubuhnya kan?
Renjun Berusaha menahan pembicaraan mereka sampai tiba di dalam unit apartemennya, karena tidak bisa memprediksi bagaimana reaksi Haechan yang sedang terpukul itu jika dia salah-salah mengeluarkan suara.
Baru setelah sampai ia berani membuka kembali percakapan. "Sebaiknya kau mandi dulu. Aku akan menyiapkan pakaian ganti untukmu" Ujar Renjun setelah pintu apartemennya terbuka dan mempersilahkan Haechan untuk masuk lebih dulu. Buru-buru dia menutup kembali pintu apartemennya.
Haechan menggelengkan kepalanya, kemudian dia langsung jatuh terduduk di lantai dan kembali menangis.
Kali ini tangisnya pecah, tidak di tahan-tahan lagi seperti sebelumnya, bahkan dia meraung-raung melepaskan ledakan emosinya, tangisannya terdengar sangat menyesakan. Renjun menghela nafas, hampir dia turut menangis karena merasa simpati mendengar tangisan sahabatnya. Meskipun dia telah menjadi orang pertama yang mengomelinya. Namun semua itu karena kepeduliannya.
Memang tanggal sial tidak pernah ada di dalam kalender, musibah memang tidak pernah ada yang tahu kapan terjadi. Jadi lebih baik mencegahnya. Apalagi ini berurusan dengan aib dan jejak digital. Meskipun setiap orang memiliki masa lalu, dan hal itu bukan berarti akhir dunia. Namun tetap saja bencana, hukuman sosial berat untuk di tanggung.
Renjun mengerti, tersebarnya video aib seperti itu bukanlah hal yang mudah untuk dihadapi. Akan banyak spekulasi dan penghakiman dari orang-orang dan hal itu akan membekas selamanya.
Tanpa banyak bicara lagi, Renjun kembali memeluk tubuh Haechan, dia berusaha memberikan dukungan emosional pada gadis itu seolah memberitahu bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Sedangkan disisi lain Haechan masih tetap menyalurkan emosinya, dia bahkan menangis semakin kencang begitu mendapatkan pelukan Renjun.
Hal itu berlangsung cukup lama, sampai Haechan tak lagi memiliki energi untuk menangis, dia sudah kelelahan dan lemas. Kepalanya turut sakit karena kebanyakan menangis.
Renjun mengusap dahi Haechan yang berkeringat dengan penuh perhatian.
Dia juga mengambilkan air minum untuk gadis itu, yang awalnya dia tolak, namun tetap Renjun paksa."Sebaiknya kau mandi dulu. Setelah itu ganti baju, makan dan beristirahat" Perintah Renjun lembut berlagak seperti seorang ibu yang menyuruh anaknya.
Meskipun tubuh Haechan tidak tercium bau. Tapi gadis itu terasa sangat lengket karena sehabis berkeringat."Menurut mu apakah aku seperti dalam kondisi bisa melakukan hal-hal itu?" Tanya Haechan dengan suara seraknya. Dia mengulurkan tangan meminta Renjun untuk memeluknya lagi.
"Tidak tentu saja, tapi kau harus! Setidaknya agar merasa lebih baik" menolak untuk memeluk Haechan lagi.
"Lebih baik?" Tanya Haechan sambil menelengkan kepalanya. Respon kekecewaan mendapat penolakan Renjun. "Apa kau tau aku tak ingin melakukan apapun selain ingin mati saat ini?" Ujar Haechan bersungguh-sungguh. "Aku benar-benar malu! Kehilangan harapan! Setelah ini bagaimana aku melanjutkan hidup? Bukankah lebih baik mati saja!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Accident, I'ts About That Night
RomanceMeskipun dia cantik, dan berasal dari keluarga Suh yang tersohor. Haechan tidak pernah sekalipun menjadi sorotan, dia selalu menyembunyikan kehidupan pribadinya dengan tidak menonjol di depan publik. Namun semua itu berubah ketika video syur diriny...