♠︎ Chapter II ♠︎

671 68 6
                                    

Melihat gelagat kakaknya yang aneh, Vivian mengerutkan kening. "Kenapa? Apa kakak dicampakkan lagi?"

"Aku tidak dicampakkan." Ruth menjawab cepat seolah sudah otomatis, dia lalu menghela napas lagi dan menambahkan, "Hanya saja ada yang mengganggu pikiranku jadi aku ingin tetap di rumah hari ini"

"Gunakan waktumu hari ini untuk istirahat dengan baik di rumah, ayah akan mengirim orang untuk membantu pekerjaan mu" Duke berkata dengan ekspresi datar, Ruth menggeleng

"Tidak, ayah. Saya masih bisa mengatasi pekerjaan saya sendiri" tolaknya tegas

"... Baiklah kalau itu keputusanmu"

Setelah itu suasana ruang makan kembali hening, tidak ada yang berbicara namun anehnya, meski hanya suara perlatan makan yang terdengar, suasana ruang makan keluarga Spade hari itu terasa hangat dan menyenangkan

Ruth diam-diam menyunggingkan senyuman tipis, dia senang ternyata keputusannya untuk tidak pergi ke istana hari ini tidak seburuk itu. Makan siang bersama tanpa ada acara resmi seperti ini ternyata menyenangkan

Kenapa dia dulu berpikir makan bersama terasa seperti formalitas belaka dan penuh beban? Ruth bahkan merasa hari ini dia bisa makan jauh lebih banyak daripada yang biasanya dia konsumsi saat makan siang bersama keluarga Kerajaan di Istana

Aneh, karena keluarga Kerajaan sendiri tak lama lagi juga akan menjadi keluarganya sama seperti keluarga Spade, tapi seperti ada yang membuatnya sulit menelan makanan dengan tenang ketika bersama mereka

Sibuk memikirkan keanehan yang dialaminya, Ruth tidak sadar dia sudah menghabiskan hidangan penutupnya. Dia berkedip terdiam melihat gelas yang tadinya berisi panna cotta mangga yang lezat sekarang sudah kosong

Iris merahnya melirik iri ke arah makanan penutup milik ayah dan adiknya yang masih utuh.

Seolah tahu apa yang ada di kepala putrinya, tanpa berbicara apapun, bahkan tanpa menoleh, Duke menggeser gelas panna cotta miliknya ke arah Ruth. Ekspresinya tetap datar cenderung tak acuh saat sang putri menatapnya bingung dan heran

"Ayah memberikannya untukmu" Vivian, seolah menjadi penerjemah untuk kakak dan ayahnya yang terkenal kaku. Dia mengibaskan tangan santai saat kakaknya mengerutkan kening samar seolah bertanya 'kenapa diberikan padaku?'

"Sudah, makan saja kak" ujar gadis bersurai perak tersebut sambil menyendok hidangan penutupnya. "Atau kalau kakak tidak mau berikan saja padaku,"

Duke langsung berdehem dengan kening berkerut mendengar ucapan Vivian, dan hal itu membuat putri keduanya tersenyum jahil. "Bercanda, ayah" ucapnya sambil terkekeh

Sementara itu, Ruth menatap dalam panna cotta pemberian ayahnya seolah mencari sesuatu. Bukannya apa, hanya saja dia heran kenapa hidangan penutup ini membuatnya lebih senang dan bersemangat padahal dia tadi sudah makan panna cotta yang sama

Ruth tidak pernah tahu ada begitu banyak hal baru yang bisa dia alami ketika makan siang bersama keluarganya. Dia mengambil sendoknya tanpa mengalihkan pandangan, mengambil sesendok panna cotta mangga pemberian ayahnya dengan hati-hati dan memakannya.

Panna cotta yang manis dan lembut meleleh di mulutnya, membuatnya reflek memejamkan mata sambil tersenyum senang menikmati

Untuk pertama kalinya, Duke serta Vivian hari itu melihat Ruth tersenyum lebar dengan natural dan terlihat sangat cantik. Mata rubynya bersinar-bersinar dengan indah saat melihat ke arah dessertnya, membuat mereka yang melihatnya jadi tanpa sadar ikut tersenyum

Duke bahkan sampai mengingatkan dirinya berkali-kali untuk memerintahkan koki keluarga untuk membuat panna cotta mangga setiap hari sebagai hidangan penutup mulai sekarang

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Villainess Ruth SpadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang