08

108 14 0
                                    

Genap 1 bulan Abya meninggalkan dunia ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Genap 1 bulan Abya meninggalkan dunia ini. Banyak hal yang ia tinggalkan, mulai dari barang-barang sampai makhluk hidup yang kian hari makin mirip dengannya. Mulai dari sikap sampai ke cara bicaranya.

"Ayah?!" nada Swara mulai meninggi ketika diberi tahu apa yang akan terjadi beberapa hari kedepan. Sementara orang yang di tanyanya hanya diam dan memperhatikan sang anak dari seberang tempat duduknya.

"Kamu hanya perlu hadir, jika tidak mau juga tak apa," Akra memberi jawaban dengan nada bergetar tapi tetap mencoba tenang.

Swara meneteskan air mata nya dan pergi meninggalkan Akra yang terdiam di ruang tamu. Swara berjalan dengan mantap tanpa membalikan kembali tubuhnya untuk melihat sang ayah. Ia berjalan dengan air mata yang mulai deras sampai akhirnya.

Brugh!
Tubuh kecil Swara terjatuh saat mau menaiki anak tangga ke 3.

Akra langsung melirik ke arah tangga. Mata hitamnya melotot seperti akan keluar dari tempatnya saat melihat Swara yang terjatuh.

"SWARA!"

_______

"Dia hanya kecapean saja pak, untuk sekarang jangan di beri sesuatu yang membuat nya kefikiran dulu. Dia harus menenangkan fikiran dulu."

Akra hanya diam tak mengubris pernyataan dari dokter tentang Swara. Ia tetap duduk di samping Swara dengan tangan yang mengusap pelan rambut sang anak. Banyak hal yang ingin ia tanyakan kepada Swara.

'Apa yang terjadi selama ini?"

'Kamu menyimpan kesedihan sampai begini?'

Tapi semua hal itu tak bisa ia sampaikan. Ia takut jika ia memperlakukan Swara dengan baik. Swara akan tumbuh menjadi anak yang manja dan bergantung kepadanya. Tapi niat awalnya bukan untuk menyakiti Swara seperti ini. Ia lupa bahwa Swara tak punya tempat cerita selain mamahnya. Perasaan yang Swara pendam sampai membuatnya pingsan karena kelelahan memendamnya sendirian. Membatin dengan keadaan.

"Mamah..." hal yang terucap dari mulut Swara. Tanpa sadar ia mengucapkan hal itu. Akra yang mendengar dan melihat sang anak yang seperti ini, ternyata menyakiti hatinya sendiri.

"Swara kangen mamah," lanjut Swara.

"Mamah kamu udah bahagia disana Swara," jawab Akra yang lanjut mengusap-ngusap rambut Swara.

"MAMA!!"sentak Swara yang terbangun dari pingsannya. Ia melirik ke sekeliling ruangan, ternyata ia masih ada di kamarnya. Ia melirik ke segala arah dan tak melihat siapa-siapa di sampingnya. Tangannya mengusap rambut.

"Perasaan tadi ada yang ngusap rambut Swara," ucapnya dalam bingung.

Ia mengerutkan kepala karena sakit yang ia rasakan. Lanjut ia merebahkan tubuhnya lagi. Air mata yang awalnya sudah mengering akhirnya basah lagi. Swara langsung mengingat hal yang terjadi tadi.

SWARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang